Penasaran
Salah satu wanita agung nan dapat dijadikan acuan dalam bertindak di global ini ialah Fatimah Azzahra putri Rasulullah sang teladan hidup. Fatimah dikisahkan merupakan seorang wanita pekerja keras nan sangat patuh kepada ayah dan suaminya. Kepatuhan ini bukan merupakan kepatuhan nan membabi-buta. Fatimah bahkan pernah menanyakan kepada Rasulullah banyak hal nan menyangkut taraf keadilan bagi seorang wanita. Bagaimanapun, kecerdasannya membuatnya mampu menyerap banyak ilmu tentang keislaman nan membawanya sangat kritis menanggapi beberapa hukum nan menurutnya patut dipertanyakan. Tidak mengherankan kalau kisah Fatimah Azzahra seharusnya dibaca, didiskusikan, dan diupayakan buat dicontoh oleh para wanita muslim saat ini.
Penasaran
Banyak umat Islam nan tertarik sekaligus penasaran buat mengikuti riwayat atau kisah tentang Fatimah Azzahra. Selain sebab dia ialah putri kesayangan Nabi Muhammad SAW, ia patut menjadi contoh sebab ia mempunyai pribadi nan menyenangkan dan simbol kecerdasan seorang wanita. Selain itu Fatimah Azzahra juga terkenal sebagai pribadi nan mau mengesampingkan kepetingan dirinya demi perjuangan Islam beserta semua ajarannya.
Ketika ia merasa sangat kelelahan bekerja di rumah. Ia mengadu kepada ayahnya. Ia memperlihatkan tangannya nan rusak sebab terlalu lelah bekerja. Ia harus menggiling gandum dan mengerjakan semua pekerjaan ruamh tangga sendiri. Padahal ia ialah anak kesayangan Rasulullah. Apa nan dilakukan oleh ayahnya buat menenangkan jiwa dan hati sang putri nan sedang galau? Rasulullah mengatakan bahwa putrinya itu tidak perlu pembantu sebab ia telah mempunyai 10 buah pembantu, yaitu jari-jari tangannya. Jari-jari tangan itu akan bekerja sama membuat pekerjaan sang putri menjadi lebih mudah.
Pahala nan didapatkan dari bekerja di rumah itu ialah pahal surga. Fatimah tersenyum mendegar perkataan ayahnya. Ia kembali ke rumahnya dan sejak saat itu tak pernah mengeluh lagi. Dengan ikhlas ia melakukan apa nan harus di lakukan sebagai seorang istri dan ibu dari anak kembarnya. Ia baktikan semua waktu dan tenaganya demi mendapatkan ridho dari Allah Swt semata. Inilah satu sisi dari Fatimah nan dapat dipelajari. Tidak mengherankan kalau Rasulullah menggunakan nama anaknya ini ketika mengungkapkan bahwa semua orang sama di depan hukum. Bahkan kalau Fatimah, anaknya, nan mencuri pun, Rasul sendirilah nan akan memotong tangannya. Semua pun tahu betapa Rasulullah sangat sayang kepada Fatimah. Kalau tangan Fatimah saja akan Beliau pangkas sendiri jika sang putri mencuri, itu artinya hukum itu memang buat semua orang dan tak memandang buluh.
Hubungan nan dekat
Kisah Fatimah Azzahra dengan ayah kandungya Nabi Muhammad SAW digambarkan sangat dekat dan akrab. Setiap berjumpa dengan anaknya tersebut, Nabi selalu menyambutnya dengan berdiri dan mencium bagian kepala serta tangannya dengan lembut dan mesra. Kemesraan ini membuat orang lain jadi tahu bagaimana seharusnya memperlakukan seorang anak perempuan. Perlu diketahui bahwa sebelum Islam datang, kehadiran anak perempuan seolah menjadi aib keluarga. Bahkan seorang ayah tega mengubur anak perempuannya hidup-hidup demi menjaga prestise dirinya. Ia malu sebab tak dapat mempunyai anak laki-laki.
Umar bin Khattab pun pernah menangis terseduh ketika ia mengadu dan teringat betapa kejamnya dirinya nan mengubur anak perempuannya hidup-hidup. Rasa penyesalan nan sangat dalam itu membuat tangisan Umar bin Khattab menjadi satu bukti bahwa ternyata perbuatan nan sangat keji itu telah menjadi satu tradisi pada masa jahiliyah itu. Rasulullah mengatakan bahwa dosa nan dilakukan sebelum Umar masuk Islam telah dihapuskan. Umar bin Khattab sangat tahu itu. Ia pun tahu kalau ia mendapatkan jatah masuk surga tanpa dihisap bersama dengan kesembilan orang sahabatnya nan lain nan dijamin masuk surga. Namun, rasa penyesalan dikarenakan kelembutan hatinya itu, tidak dapat disembunyikannya. Ia menyesal.
Sesal nan diakui oleh Umar bin Khattab ini sangat krusial sebab sesal itu artinya tidak akan mengulangi lagi perbuatan tersebut. Taubat nasuhah nan dilakukan oleh Umar membuat para pengikut Rasulullah jadi menyadari bahwa penyesalan itu tak perlu disembunyikan kepada diri sendiri. Penyesalan itu akan membuat semangat terus berjuang meraih ridho Allah Swt dengan tak mengulanginya lagi.
Hubungan Rasulullah dengan sang putri benar-benar menjadi satu bukti kalau Rasulullah masih dapat memberikan perhatian kepada anaknya walaupun Beliau sangat sibuk. Ini juga menjadi satu bukti betapa pentingnya kehadiran seorang ayah bagi seorang anak. Anak akan mampu mendapatkan rasa percaya diri nan tinggi dan tahu potensi dirinya kalau ayahnya ikut serta dalam mendidik dirinya. Ketika ibu tercintanya yaitu Siti Khadijah meninggal, Fatimah Azzahralah nan selalu mendampingi dan menemani Nabi dalam menjalankan tugas tugasnya sebagai utusan Allah. Dia selalu berusaha agar dapat mengambil peran arlmahumah ibunya bagi sang ayah. Walaupun merasa terhibur, Rasulullah masih merasa sangat kehilangan salah satu orang nan sangat dicintainya itu. Bahkan Rasulullah mengatakan bahwa kedudukan Khadijah di hatinya tidak tergantikan dengan siapa pun. Hal ini terungkap ketika Aisyah, istri kesayanganya, merasa cemburu dengan keberdaan Khadijah di hati sang suami.
Rasulullah mengatakan bahwa Aisyah tak dapat cemburu dengan Khadijah. Ketika tak ada orang nan percaya tentang kerasulannya, Khadijah ialah orang pertama nan percaya. Ketika tidak ada nan membiayai perjalanan dakwahnya, Khadijah ialah orang nan menyumbangkan semua hartanya buat perjuangan suaminya. Ketika tidak ada nan membantunya, Khadijah ialah orang nan paling gemar membantu. Selain itu, hanya dari rahim Khadijahlah Rasulullah mendapatkan keturunan. Dari ibu nan begitu hebat dengan kecerdasan nan luar biasa itu, lahirlah anak-anak nan juga hebat termasuk Fatimah Azzahra.
Contoh afeksi nan diberikan ibunya kepada sang pembawa pesan kehidupan itu telah membuat Fatimah sangat tahu bagaimana memperlakukan ayahandanya. Bahkan ketika Nabi mendapat cobaan dilempar batu oleh warga kota Mekkah nan membenci dan menyerangnya, dengan penuh perhatian Fatimah Azzahra merawat luka sekaligus membersihkan kotoran pada tubuh Nabi. Demikianlah citra kisah Fatimah Azzahra dan interaksi dekatnya dengan sang ayah tercinta.
Pernikahan dan Kehidupan Rumah Tangga
Kisah tentang Fatimah Azzahra ketika menjalani pernikahan serta kehidupan rumah tangganya juga bagus buat disimak. Karena kehidupan rumah tangganya ialah merupakan cermin suatu keluarga nan serasi dan selalu diliputi dengan kebahagiaan dan kedamaian. Fatimah Azzahra dan suaminya Ali selalu saling bahu membahu buat menegakkan tiang kehidupan keluarga nan selalu berlandaskan pada interaksi cinta kasih, tolong menolong, kolaborasi dan saling menghormati.
Kisah Fatimah Azzahra dan suaminya Ali dalam kehidupan keluarganya ialah teladan atau contoh bagi perjalanan sebuah rumah tangga nan selalu diwarnai dengan kegembiraan. Meski berkedudukan sebagai kepala rumah tangga, Ali tak sungkan buat melakukan pekerjaan nan umumnya dilakukan oleh kaum wanita. Ia membantu istrinya. Ia tidak segan melakukan apa nan seharusnya dilakukan oleh wanita di rumah tangga. Hal inilah nan membuat kehidupan rumah tangga mereka berjalan sangat harmonis.
Ini merupakan tanda bukti kecintaan Ali pada isteri nan sangat disayanginya tersebut. Sebaliknya dengan Fatimah Azzahra, dia juga selalu memberi dukungan penuh terhadap suaminya ketika sedang menjalankan tugas negara atau segala hal nan berhubungan dengan perjuangan buat menegakkan ajaran Islam.
Sepeninggal Nabi dan Wafatnya Sang Putri Nabi
Suatu saat ketika Nabi baru pulang usai menjalankan ibadah Haji Wada’, beliau jatuh sakit. Maka Fatimah Azzahra segera mendatanginya dan berusaha buat menyembuhkannya. Namun apa daya, Allah punya kehendak nan lain. Nabi meninggal di hadapan putri kesayangannya tersebut nan sedang khusyu membacakan ayat ayat kudus Al-Qur’an di hadapan beliau sendiri.
Kepergian sang ayah nan sangat disayangi dan dicintainya ini meninggalkan luka hati nan sangat dalam. Apalagi ketika Fatimah Azzahra melihat beberapa dari teman dekat Nabi Muhammad saling berebut kekuasaan buat menjadi pemimpin. Untunglah masih ada Ali suaminya nan selalu setia dan memberi pengertian kepada Fatimah Azzahra agar selalu tabah dan sabar.
Karena terlalu sedih ditinggal ayah nan sangat disayanginya, akhirnya, Fatimah Azzahra mulai kehilangan semangat hidup. Hampir tiap hari dia selalu merindukan sosok ayahnya tersebut. Dan pada akhirnya wanita nan sering dijadikan teladan bagi umat Islam perempuan di seluruh global ini juga meninggal. Ia tidak mampu menahan kesedihan nan begitu mendalam.
Demikianlah kisah Fatimah Azzahra nan namanya terus dikenang sebab kegigihannya dalam menemani Rasul dan membela serta memperjuangkan agama Islam.