Komoditas Bisnis

Komoditas Bisnis

Adalah Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan 2004-2009, nan berani mempertanyakan dapat dipercaya World Health Organization (WHO). Siti Fadilah Supari geram atas ulah WHO nan dituduh menjual virus flu burung. Administrasi kebijakan kesehatan WHO dipertanyakan sebab cenderung tertutup.

Virus ini jadi komoditas bisnis dalam industri kesehatan. Negara berkembang macam Indonesia harus menyerahkan sampel virus kepada WHO. Siti Fadilah Supari juga pernah membuat gempar ketika menuduh NAMRU melakukan kegiatan spionase di Indonesia.

Menteri perempuan nan satu ini memang terbilang berani. Kebijakan kesehatannya pun patut diacungi jempol. Salah satunya ialah agunan kesahatan masyarakat (jamkesmas).



WHO

WHO dianggap menguntungkan negara maju. Sistem di sana memungkinkan negara maju memiliki hak suara nan besar dan berpengaruh. Sedangkan negara berkembang terkesan jadi pelengkap semata. Namun, Siti Fadilah Supari tak berdiam diri. Not all silence is gold. Siti melawan. Berontak dengan bersuara keras di media massa.

Sontak saja pernyataan Siti jadi headline di berbagai media terkemuka dunia. Siti bahkan dianggap ikon negara berkembang nan berani melawan. Tidak gentar dengan nama besar AS dan sekutunya.

Akhirnya perjuangan Siti menuai hasil. Setelah melalui proses perundingan alot prosedur pemberian virus menjadi terbuka. Transparansi ini diperoleh berkat lobi Siti pada negara-negara berkembang lainnya. Dalam kedap pleno WHO akhirnya sistem lama diganti. Administrasi kebijakan kesehatan WHO dirombak total. Siti membuktikan tak semua semut takut dengan gajah.



Komoditas Bisnis

Kesehatan kini didominasi corak bisnis. Unsur sosial dalam pemberian services lambat laun sirna. Kesehatan dianggap barang mahal bagi si miskin. Itu sebabnya banyak rumah sakit nan menolak pasien kurang mampu. Padahal kesehatan tak melulu soal bisnis.

Namun, desain kebijakan pemerintah dan partikelir nan membuat ini kian parah. Negara berkembang dan negara maju silih menancapkan pengaruhnya. Bahkan di negara AS saja kesehatan dijamin. Di Indonesia komoditas bisnis kentara terasa.

Berkaca pada keberanian Siti. Kita membutuhkan leader yang demikian. Soal kesehatan bertaruh dengan nyawa. Lalai sedikit nyawa melayang. Itu sebabnya administrasi kebijakan kesehatan perlu berorientasi publik. Misal jangan mempersulit akses si miskin buat berobat.

Kita naas melihat bayi nan ditahan gara-gara si ibu tidak sanggup membayar biaya persalinan. Separah itukah administrasi kebijakan kesehatan kita? Tidak punya sentuhan humanitas.

Kebijakan kesehatan menyangkut masyarakat si miskin harus berpihak. Tidak boleh hanya sebab materi, lantas nurani kita lumpuh. Manusia harus dapat memanusiakan. Kesehatan dapat memanusiakan manusia.