Keadaan Ekonomi Kerajaan Samudera Pasai
Menilik keragaman budaya masa lalu di Indonesia tak akan terlepas dari kisah-kisah berbagai macam kerajaan di dalamnya, misalnya kesultanan Samudera Pasai . Sangat menarik mendengar bagaimana sebuah kerajaan berdiri, berganti sistem pemerintahan, dan bertahan sebab perebutan kekuasaan.
Sebenarnya kebudayaan Indonesia tak hanya itu, ada berbagai macam hasil budaya lain nan sangat majemuk dan sepertinya memang tak akan ada habisnya buat dikupas.
Indonesia sebenarnya sangat terbuka terhadap kebudayaan baru nan masuk. Misalnya saja setiap Indonesia memperoleh ajaran agama baru, maka penduduknya tak akan mengusir sang pendatang.
Para pendatang nan masuk tadi kadangkala menetap buat menunggu angin muson bertiup setelah berdagang agar mereka dapat pulang, menyebarkan agamanya, atau bahkan menikah dengan penduduk lokal. Dan, hampir bisa dipastikan setiap ada agama baru nan masuk akan ada kerajaan baru pula nan berdiri.
Kerajaan-kerajaan tadi memiliki fungsi tertentu, yaitu membantu penyebaran agama nan telah masuk. Biasanya, kerajaan tadi dipimpin oleh seorang raja nan agamanya juga dipeluk oleh rakyatnya. Jadi, raja di sini memiliki peran krusial dalam penyebaran sebuah agama. Raja menjadi orang nan diagung-agungkan. Ajaran dan perintahnya selalu dipatuhi, sehingga apa pun nan dilakukan sang raja akan ditiru rakyatnya.
Jika kerajaan nan pertama kali berdiri ialah Kutai, yaitu kerajaan Hindu nan berdiri pada abad 4 Masehi di Kalimantan Timur. Kerajaan nan lain pun menyusul dengan corak agama lain, seperti Buddha, Kristen, dan Katholik.
Agama Islam pun masuk ke Indonesia. Pengaruh Islam nan masuk ke Indonesia pertama kali berkembang di wilayah bagian utara Pulau Sumatra. Dari sanalah kemudian ada banyak kerajaan nan berkembang. Muncul berbagai teori nan menerangkan bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia.
Teori pertama menyatakan bahwa Islam datang dari Gujarat, India. Hal ini dibuktikan dengan adanya batu nisan nan modelnya hampir sama dengan model batu nisan di India. Bukti lain ialah catatan Ibnu Batutah, seorang pengembara nan berasal dari Maroko.
Beliau menulis catatan tentang Kerajaan Samudera Pasai nan saat itu keadaannya makmur sehingga banyak pedagang nan datang ke sana. Kesultanan Samudera Pasai muncul sebagai kerajaan pertama nan bercorak Islam. Bukti adanya kerajaan diperkuat dengan inovasi makam-makam raja nan pernah memerintah di Kerajaan Samudera Pasai.
Letak Kerajaan Samudera Pasai
Berdasarkan letak geografisnya, Kerajaan Samudera Pasai terletak di daerah pantai timur Pulau Sumatra bagian utara nan dekat dengan Selat Malaka sebagai jalur pelayaran perdagangan internasional nan sangat ramai. Posisi Kerajaan Samudera Pasai sangat strategis. Karena berdekatan dengan Selat Malaka, Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan nan signifikan sebagai kerajaan Islam saat itu.
Selain itu, hasil bumi nan dihasilkan oleh kerajaan berupa rempah-rempah seperti lada turut membuat kerajaan ini semakin ramai. Faktor lain nan juga tidak kalah krusial ialah bandar-bandar dari Kerajaan Samudera Pasai menjadi bandar nan menghubungkan para pedagang dari arah barat dan timur, nan keduanya mayoritas beragama Islam.
Perkembangan pesat saat itu meliputi kehidupan politik, sosial, ekonomi, budaya, dan agama. Dan, hampir semuanya berkembang sebab pengaruh lokasi kerajaan nan sangat strategis.
Keadaan Politik Kesultanan Samudera Pasai
Kapan waktu tepat berdirinya Kerajaan Samudera Pasai memang belum bisa disimpulkan, mengingat adanya berbagai teori nan membahas termin masuknya Islam di Indonesia .
Akan tetapi, berdasarkan bukti-bukti nan diperoleh dari para pakar nan didapat dari hasil analisis berbagai macam teori di atas, para peneliti mendapat bukti nan menunjukkan perkembangan kekuasaan kesultanan Samudera Pasai pada saat itu, di antaranya bahwa Nazimuddin al Kamil ialah pendiri Kerajaan Samudera Pasai.
Beliau seorang laksamana bahari nan berasal dari Mesir dan pada tahun 1238 mendapatkan perintah buat melakukan perebutan pelabuhan Kambayat di Gujarat nan saat itu menjadi pusat pemasaran barang-barang perdagangan dari timur.
Nazimuddin al Kamil juga mendirikan sebuah kerajaan di Pulau Sumatra bagian utara dengan tujuan primer buat mempermudah dalam menguasai hasil perdagangan rempah-rempah. Nazimuddin al Kamil meletakkan dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai berlandaskan hukum ajaran Islam.
Di bawah pemerintahan beliau, kerajaan ini mengalami perkembangan nan pesat dan mencapai puncak kejayaannya, walaupun secara politis kerajaan ini masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit nan saat itu menjadi kerajaan terbesar.
Sultan Malik al Saleh melanjutkan tonggak pemerintahan Nazimuddin al Kamil mulai 1285-1297 M. Diketahui bahwa Sultan Malik al Saleh berubah mahzab dari genre Syi’ah menjadi genre penganut mahzab Syafi’i.
Dalam masa pemerintahan beliau, pernikahannya dengan Putri Ganggang Sari turut menjadi faktor nan membuat kedudukan kerajaan ini lebih kuat di wilayah timur sehingga Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan di Selat Malaka.
Sultan ke tiga nan memimpin Kerajaan Samudera Pasai ialah Sultan Malik at Tahir. Beliau melanjutkan pemerintahan Sultan Malik al Saleh, ayahnya, setelah beliau wafat. Kerajaan Malaka nan muncul membuat pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai sebagai penguasa jalur perdagangan kala itu menjadi redup.
Keadaan Ekonomi Kerajaan Samudera Pasai
Karena letaknya dengan jalur perdagangan nan sangat strategis di jalur Selat Malaka, kreativitas masyarakat di Kerajaan Samudera Pasai meningkat sehingga mereka terjun langsung ke global maritim. Kerajaan Samudera Pasai juga mempersiapkan bandar-bandarnya buat melakukan hal-hal berikut.
- Penambahan perbekalan buat pelayaran selanjutnya.
- Pengurusan masalah nan berkaitan dengan perkapalan.
- Pengumpulan barang-barang nan akan diekspor.
- Penyimpanan barang dagangan sebelum didistribusikan di wilayah Indonesia.
Namun, sebab faktor inilah kerajaan-kerajaan lain menjadi merasa tersaingi sehingga Kerajaan Samudera Pasai selalu menjadi incaran dan menjadi pusat perhatian. Kerajaan Samudera Pasai pun lambat laun runtuh sebab jatuh ke Kerajaan Malaka sehingga pusat perdagangannya dipindahkan ke Bandar Malaka.
Kehidupan Sosial dan Budaya di Kerajaan Samudera Pasai
Karena termasuk kerajaan Islam , maka gaya hayati dan keadaan sosial masyarakatnya pun kental dengan nilai-nilai Islam. Hukum nan dijalankan di kerajaan ini ialah hukum Islam. Pada pelaksanaannya, ditemukan banyak kemiripan antara kehidupan di sini dengan kehidupan masyarakat di Mesir maupun Arab.
Dugaan nan muncul nan menjelaskan mengapa kenyataan ini bisa terjadi ialah sebab pemimpin sekaligus pendiri Kerajaan Samudera Pasai nan pertama, Nazimuddin al Kamil berasal dari wilayah Mesir. Daerah Aceh mendapatkan julukan serambi Mekah sebab sistem kehidupan nan ada di sana, terutama kehidupan sosialnya banyak ditemukan persamaan dengan sistem kehidupan nan ada di daerah Arab.
Peninggalan budaya dari kerajaan ini tak banyak ditemukan, mengingat Kerajaan Samudera Pasai memiliki masyarakat nan banyak terjun ke global maritim. Walaupun banyak ditemukan bukti-bukti nan memperkuat adanya kerajaan nan berdiri di sana, namun bukti tersebut tak semuanya berasal dari Kerajaan Samudera Pasai.
Selain inovasi makam-makam raja nan pernah menjadi pemimpin di Samudera Pasai, tak ditemukan lagi bukti lain nan menunjukkan perkembangan seni budaya masyarakatnya.