Peninggalan Sejarah Peradaban Persia Kuno
Jika menyebut nama Persia, kita lantas akan teringat sebuah judul film dan game adapatasi film tersebut yaitu “Prince of Persia.” Peradaban Persia antik mencapai puncak kejayaannya pada masa Raja Darius. Syahdan kabarnya, dahulu negeri Persia terkenal akan kemahsyuran peradaban dan estetika negerinya.
Sebut saja Kota Antik Persepolis atau dalam bahasa Persia disebut Takht-e Jamshid nan dibangun pada masa Raja Darius. Raja Darius juga telah menyelesaikan terusan nan menghubungkan Bahari Tengah dengan Bahari Merah nan dibangun oleh Firaun Senusret tercatat pada awal tahun 1850 SM. Pada masa modern, terusan tersebut disebut dengan Terusan Suez.
Peradaban pertama nan berkembang pada daerah nan kini lebih dikenal sebagai Iran ialah peradaban bangsa Elarnit. Bangsa Elarnit telah mendiami bagian barat daya Iran sejak tahun 3000 SM. Kemudian datanglah bangsa Arya ke Iran. Dua suku besar bangsa Arya nan kemudian menetap di Iran ialah klan Persia dan klan Medes.
Klan nan satu memilih menetap di bagian barat bahari Iran dan mendirikan Kerajaan Media. Sedangkan klan bangsa Arya nan lainnya mendiami Iran Selatan. Daerah ini di kemudian hari disebut dengan nama Persia oleh bangsa Yunani. Kedua suku bangsa Arya ini menyebut daerah nan menjadi tanah air mereka nan baru dengan nama Iran (tanah bangsa Arya).
Peradaban Persia Kuno
Berikut ialah beberapa kerajaan nan ada saat peradaban Persia kuno.
Kerajaan Achaemenid atau Acheminiyah
Di dalam satu tempat, tak mungkin ada dua penguasa. Itulah nan kemudian terjadi pada suku Medes dan suku Persia. Bangsa Persia, di bawah pimpinan Cyrus II atau juga dikenal dengan sebutan Koresh Yang Agung, menduduki kerajaan suku Medes dan menggulingkan pemerintahan mereka.
Cyrus II mendirikan dinasti Kerajaan Achaemenid dan sukses memenangkan peperangan dengan kerajaan-kerajaan lain seperti Babilon dan Lydian. Ia sukses menyatukan hampir seluruh wilayah Timur Tengah era kuno. Cyrus II sendiri merupakan keturunan penguasa nan dulu menjadi bawahan Raja Medes.
Setelah menggulingkan kekuasaan Raja Medes, Cyrus II berkeinginan buat menaklukan kerajaan-kerajaan lain. Pada tahun 564 SM, Cyrus II menaklukan Kerajaan Lydan nan dipimpin oleh Raja Croesus. Cyrus II sukses menguasai hampir seluruh wilayah dari Persia ke timur jauh sampai ke Sungai Indus, India.
Tak lama, ia pun sukses merebut daerah bulan sabit, yaitu Babilon nan kala itu dipimpin oleh Kaisar Nabonidus. Kala itu, wilayah Babilon mencakup Palestina dan Suriah. Cyrus II terbunuh dalam peperangan kedua melawan suku nomad nan hayati di Asia Tengah, yaitu suku Massagetae. Putranya, Cambyses II, menggantikan ayahnya dan memenangkan pertempuran dengan suku Massagetae.
Untuk menyatukan seluruh wilayah Timur Tengah ke dalam kekaisaran Persia , Cambyses II memerintahkan pasukannya buat menyerbu Mesir dan menaklukannya. Kekaisaran Persia mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Darius. Kebudayaan Persia sangat mempengaruhi daerah-daerah kekuasaannya misalnya Kerajaan Maurya di India.
Jalur pelayaran dan sistem uang logam emas dan perak mulai diperkenalkan pada masa Raja Darius. Kekuasaan Persia bertambah dengan keberhasilan mereka menaklukan daerah nan pada masa modern dikenal sebagai wilayah Rusia Selatan. Pada tahun 490 SM, Raja Darius berusaha menyerang Yunani.
Namun, pasukan Raja Darius kalah telak oleh pasukan Athena. Penyerangan ini diulangi kembali pada masa Xerxes, putra Darius. Namun, usaha ini tak sukses dan menyebabkan melemahnya kekaisaran Persia. Kemahsyuran dinasti Achaemenid pun berakhir di tangan Alexander nan berasal dari Macedonia pada tahun 331 SM, setelah sukses mengalahkan tentara Persia di Arbela.
Kerajaan Parthian
Sekitar sepuluh tahun lebih setelah wafatnya Alexander, muncullah dinasti Seleucid nan sukses menguasai Iran, Mesopotamia, dan Suriah. Dinasti ini didirikan oleh panglima Seleucus. Namun, kekuasaan dinasti ini terhadap Iran hanya berlangsung sampai pertengahan abad ke 2 SM. Timbullah pemberontakan nan dipimpin oleh Arsaves I, nan mengaku sebagai keturuanan dari Raja Cyrus II (Dinasti Achaemenid).
Setelah huru-hara tersebut, kekuasaan atas Persia diambil alih oleh bangsa Parthian dan dinasti mereka bertahan sampai tahun 224 M. Pada masa pemerintahan bangsa Parthian inilah, Persia harus berperang menghadapi bangsa Romawi. Dinasti ini runtuh setelah sukses digulingkan oleh Ardhasir, seorang Persia.
Kerajaan Sassanid atau Sasanian
Dinasti Sassanid mengaku masih memiliki darah keturunan Archaeminid dan kekuasaannya bertahan hingga lebih dari 400 tahun lamanya. Pada masa kekuasaan dinasti ini, Iran mengalami kemajuan dalam bidang kebudayaan, arsitektur, dan tata kota dengan dibangunnya jalan-jalan irigasi.
Perang masih mewarnai dinasti ini, terutama peperangan melawan bangsa Romawi dan perang antar bangsa Persia sendiri. Kerajaan Sassanid mengalami puncak kejayaannya pada abad ke-6 M, ketika Persia sukses mengalahkan beberapa peperangan melawan Romawi. Namun, mereka tak sukses menguasai Konstatinopel, ibukota Byzantium (Romawi Timur).
Era Dinasti Sassanid lebih terorganisasi dan bersifat sentralistik dengan Zoroastrianisme sebagai agama resmi. Akan tetapi, era dinasti ini bukan berarti tanpa kesewenang-wenangan dan penindasan. Perbudakan, eksploitasi, dan penindasan terhadap rakyat nan telah dilakukan oleh para bangsawan telah melampaui batas.
Hal ini memicu terjadi revolusi besar nan dipimpin oleh Mazdak. Ia menyerukan buat memberikan kesejahteraan nan adil terhadap rakyat, pelarangan terhadap poligami atau memiliki istri lebih dari satu, dan penghapusan sistem feodalisme dan kebangsawanan. Namun, pada masa Raja Nosherwan, gerakan revolusi Mazdak dibungkam dengan cara membinasakan seluruh pengikutnya.
Gerakan revolusi Mazdak menjadi catatan sejarah krusial dan menginspirasi bangsa Iran hingga saat ini. Mazdak menorehkan sejarah revolusi nan mengakar kuat pada darah keturunan-keturunannya kelak.
Tentara Arab memasuki Iran pada abad ke-7 M dan memperkenalkan Islam. Rakyat Persia nan telah muak dan lelah dengan penindasan nan dilakukan Dinasti Sassanid, menyambut pencaplokan nan dilakukan tentara Arab ini. Walaupun, dalam sejarah Iran, pencaplokan tentara Arab ini merupakan suatu bentuk penjajahan bangsa asing dan kekalahan bangsa Persia.
Peninggalan Sejarah Peradaban Persia Kuno
Beberapa peninggalan bersejarah Persia antik menunjukkan bahwa pada masanya, Persia telah mencapai suatu kebudayaan nan tinggi. Misalnya saja kincir angin bangsa Persia antik nan dianggap sebagai salah satu kincir angin tertua dalam sejarah. Menurut catatan sejarah, kincir angin ini ditemukan sekitar abad 500 sampai 900 M.
Pada masa Persia kuno, kincir angin ini dioperasikan buat membantu penggilingan gandum dan buat memompa air. Desain awal kincir angin Persia antik terbuat dari homogen tanaman alang-alang atau buluh nan diikat manjadi satu kesatuan berbentuk bantalan. Kemudian, bantalan tersebut diletakkan di sumbu pusat kincir.
Kota Nashtifan di Iran terkenal sebab tiupan angin kencangnya. Di kota ini terdapat kurang lebih 30 kincir angin. Kincir angin dipercaya berasal dari zaman Dinasti Safawiyah, salah satu dinasti krusial dalam sejarah Iran setelah penaklukan Persia antik oleh tentara Arab.
Awalnya, kincir angin ini dibuat dari tanah liat, jerami, dan kayu. Bilah kincir angin nan terbuat dari kayu memutar batu penggiling nan terbuat dari tanah liat. Setiap kincir angin terdiri atas delapan ruangan nan memuat enam bilah kincir nan diletakkan secara vertikal.
Hasil peradaban Persia antik lainnya ialah sistem jendela udara nan menggunakan menara angin. Menurut catatan sejarah, masyarakat Persia antik telah menggunakan sistem jendela udara nan lebih rumit daripada sistem jendela modern, kecuali jika jendela modern menggunakan teknologi dalam pembuatan dan aplikasinya.
Bayangkan, mereka telah mengembangkan inovasi nan fantastis ini sejak 2000 tahun nan lalu. Tak ada salahnya jika kita bercermin pada masa lampau. Karena, sejarah lampau niscaya akan senantiasa mengajarkan kita suatu kebijaksanaan dan pengetahuan nan bisa kita aplikasikan atau kembangkan di era modern ini.