Museum Balanga di Palangkaraya
Anda berencana buat berlibur dalam waktu dekat ini? Sekali-kali coba deh ke Palangkaraya . Kota nan merangkap sebagai ibukota provinsi Kalimantan Tengah ini memiliki berbagai objek wisata menarik. Palangkaraya ialah kota nan memiliki wilayah terluas di Indonesia. Makanya kan sempat ada wacana juga buat menjadikan Palangkaraya sebagai ibukota negara.
Ketika Palangkaraya diresmikan menjadi ibukota Kalimantan Tengah pada 1957, Soekarno nan saat itu menjabat sebagai Presiden Indonesia pun mengungkapkan keinginannya buat menjadikan kota tersebut sebagai ibukota negara. Palangkaraya memiliki luas daerah sebesar 2.678,51 km persegi, sedangkan Jakarta hanya 661,52 km persegi.
Secara geografi dan geologi, di Palangkayara tak ada gunung barah dan jauh dari potensi gempa. Berbeda dengan Jakarta nan lumayan sering dilanda gempa, sebab Jakarta merupakan wilayah dekat perbatasan antar lempeng besar nan mudah bertubrukan. Lempeng tersebut ialah lempeng Australia dan lempeng India nan bertabrakan dengan lempeng Sunda.
Wilayah Dayak Besar tercakup dalam wilayah Palangkaraya ini. Adapun majemuk suku hayati secara berdampingan di Palangkaraya, yaitu Dayak, Banjar, Bugis, Cina, Jawa, Bali, Batak. Begitu pula dengan agama dan kepercayaan penduduknya nan terdiri dari Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Kaharingan, Buddha, dan Kong Hu Cu. Bahasa nan digunakan pada daerah ini selain bahasa Indonesia ialah bahasa Dayak dan Banjar.
Jika Anda ingin berkunjung ke Palangkaraya, dan bingung akan menyambangi lokasi mana saja, berikut ini ialah beberapa loka nan pantas dijadikan loka wisata.
Susur Sungai Rungan Kahayan – Palangkaraya
Salah satu bentuk wisata baru di Kalimantan Tengah ialah Wisata susur sungai. Wisata nan unik dan khas di Palangkaraya ini ialah Susur Sungai Rungan-Kahayan Kota Palangkaraya, yaitu berwisata di suatu kapal berlayar menyusuri sungai jernih nan membelah suasana hutan bergambut. Sesekali melintasi kawasan perkampungan suku Dayak.
Selama menyusuri sungai, pelancong bisa menemukan flora dan fauna khas daerah Palangkaraya. Fauna nan terlihat saat melakukan perjalanan di atas air menyusuri Sungai Rungan dan Kahayan antara lain ialah bekantan atau Nasalis larvatus, biawak, kera abu-abu, orang utan atau Pongo pygmaeus dan uwa-uwa atau Hylobates sp.
Adapun flora khas Palangkaraya ialah tumbuhan kayu balngeran, tumbuhan kayu ulin, hutan rawa gambut dan rasau (jenis pandan) nan menghijau. Kapal wisata nan digunakan menyusuri sungai ini berbahan kayu ulin atau kayu besi dengan dua taraf nan memiliki kamar tidur dengan AC atau pendingin ruangan, bar, live music, dan loka bersantai.
Bagaikan menaiki Yacht saat berpelesir. Rute wisata susur sungai di Palangkaraya ini tak terbatas hanya sekadar melihat-lihat flora dan fauna di sekitar sungai. Sebab jalur wisata bergantung pilihan rute dan jumlah anggota rombongan. Anda bisa saja mampir ke lokasi pemancingan, atraksi burung elang, sanding Temanggung Komedi Surapati nan merupakan situs sejarah dan habitat orang utan di Pulau Kaja.
Biaya nan harus dikeluarkan buat wisata susur sungai di Palangkaraya ini sangat terjangkau. Satu paket wisata buat 10 orang hanya dibandrol Rp 750 ribu, itupun sudah termasuk kudapan makanan ringan. Saat menginjakkan kaki di Palangkaraya jangan risi kebingungan, bagaimana cara buat menikmati paket wisata susur sungai ini. Sebab pemerintah kota Palangkaraya telah berinisiatif buat membuat buku saku, brosur dan pamflet kepariwisataan Palangkaraya nan termasuk wisata sungai susur ini.
Wisata ini sangat cocok bagu pelancong nan mencintai alam dan kehidupan sungai di Palangkaraya, apalagi Pulau Kalimantan memang sangat eksotis.
Rumah Betang di Palangkaraya
Rumah Betang merupakan rumah adat khas Kalimantan nan bisa ditemui di berbagai penjuru Kalimantan, termasuk di Palangkaraya. Rumah ini banyak terdapat di daerah hulu sungai nan menjadi pusat pemukiman Suku Dayak. Sungai menjadi bagian nan krusial bagi suku Dayak sebab merupakan wahana transportasi primer buat melakukan kegiatan sehari-hari nan mencakup bekerja di ladang atau perdagangan.
Ladang suku dayak memang letaknya jauh dari pemukiman. Ukuran dan bentuk rumah Betang khas Palangkaraya bervariasi, ada nan memiliki panjang 150 meter dan lebar 30 meter. Biasanya bentuk rumah Betang seperti anjung dengan ketinggian tiga hingga lima meter dari tanah. Kemungkinan ketinggian ini ditujukan buat menghindari banjir di musim hujan.
Di Palangkaraya ini, beberapa unit pemukiman bisa memiliki lebih dari satu rumah Betang. Hal ini bergantung dari ukuran rumah tangga atau keluarga dari anggota komunitas nan menempati loka tersebut. Masing-masing keluarga menghuni ruangan nan disekat-sekat dari rumah Betang nan besar. Selain rumah Betang, juga terdapat rumah-rumah tunggal nan dibangun sementara buat kegiatan perladangan.
Rumah Betang ialah jantung struktur sosial kehidupan masyarakat Dayak termasuk nan bermukim di Palangkaraya. Budaya tersebut mencerminkan kebersamaan nan merupakan keseharian Suku Dayak. Setiap kehidupan individu dalam keluarga dan masyarakat di dalam rumah Betang diatur secara sistematis melalui kesepakatan bersama nan diwujudkan dalam hukum adat.
Komunalisme atau nilai kebersamaan di antara para penghuni rumah Betang merupakan nilai primer nan ditonjolkan. Keamanan bersama, pembagian kerja di ladang hingga berbagi makanan. Sebagai salah satu daya tarik wisata di Palangkaraya, rumah Betang sering digunakan buat loka pertunjukkan seni budaya nan ditampilkan tiga kali dalam sebulan.
Beberapa pertunjukan seni budaya khas Palangkaraya tersebut antara lain ialah tari balian-dadas, tari giring-giring, tari Mandau, tari manusai dan tarian tradisional Dayak lain. Bagian-bagian pelengkap dari rumah Betang ialah Sandung, Patahu dan Sapundu. Sandung ialah loka menyimpan tulang belulang nenek moyang penghuni betang nan telah mati dan melalui ritual upacara adat Tiwah.
Patahu ialah kelengkapan dari bangunan sanding, nan merupakan media komunikasi antara arwah di dalam sanding dengan alam atas. Sapundu merupakan patung dari kayu di samping Sandung. Ukiran tersebut mencerminkan sifat dari orang atau nenek moyang nan tulangnya di dalam sandung. Hal-hal ini menjadi krusial bagi masyarakat Palangkaraya .
Museum Balanga di Palangkaraya
Museum Balanga, bertempat tidak jauh dari Bundaran Besar nan juga merupakan karakteristik khas kunjungan wisata di Palangkaraya. Letak museum ini sekitar 2,5 km dari Bundaran Besar, tepatnya di Jalan Tjilik Riwut. Anda bisa menjangkaunya menggunakan transportasi umum.
Museum Balanga didirikan oleh Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah (Palangkaraya) pada 1973. Di dalam museum terdapat koleksi kebudayaan nan dikelompokkan dalam kategori arkeologi, etnografi, historika, keramologika, numismatika dan heraldika. Selain itu terdapat juga koleksi benda alam nan terdiri dari koleksi biologika dan geologika.
Sebagian koleksi dipamerkan di dua gedung, sisanya disimpan dalam gudang koleksi. Perbedaan makna kehidupan tradisional Suku Dayak terasa dalam ruang pameran Museum Balanga di Palangkaraya ini. Penataan koleksi diatur menurut alur hidup, mulai dari peralatan upacara kelahiran, lalu dilanjutkan perkawinan dan diakhiri dengan kematian. Anda akan didampingi pemandu nan akan menjelaskan mengenai keunikan upacara Tiwah.
Beberapa senjata tradisional nan dipajang di Museum Balanga di Palangkaraya ini antara lain Duhung, Mandau, Sumpit dan terdapat pula miniatur rumah Betang. Peralatan lain ialah Mihing nan berfungsi buat memanggil ikan, jimat Penyang, patung Sapundu dan Jampatung Karuhei, serta majemuk barang kuningan. Terdapat juga berbagai tempayan keramik dari Cina berupa Balanga dan piring Malawen nan berasal dari dinasti Ming dan Ching yang.
Selain itu terdapat juga koleksi unik lain. Di dalam museum ini juga pada koleksi historika terdapat senjata-senjata sitaan dari konflik etnis di Sampit pada tahun 2001.Bagi Anda nan sedang di Palangkaraya, sempatkanlah buat berkunjung ke Museum Balanga. Selamat berwisata di Palangkaraya!