Aktivitas Transfer Pemain Terbaik dan Terburuk

Aktivitas Transfer Pemain Terbaik dan Terburuk

Kesuksesan sebuah klub di Perserikatan Inggris berhubungan erat dengan kejelian dalam memanfaatkan bursa transfer pemain. Sasaran berada di posisi teratas akhir klasemen bisa dicapai apabila mendatangkan seorang pemain nan tepat. Pemain nan tak sinkron dengan kebutuhan justru membawa kerugian finansial.

Sebagai contoh, klub nan bermarkas di stadion Etihad, Manchester City nan akhirnya merengkuh gelar kampiun Perserikatan Inggris setelah menunggu 44 tahun patut dikedepankan. Pada saat bursa transfer pemain musim 2011/2012 dibuka mereka dengan cermat mendatangkan tiga pemain berkualitas. Tiga pemain sepak bola terbaik di posisinya masing-masing, yaitu Sergio Aguero, Samir Nasri, dan Gael Clichy terbukti memberi kontribusi besar. Apresiasi perlu diberikan kepada jajaran manajerial nan mampu menggunakan uang secara efektif buat merekrut pemain.

Namun, kekuatan uang seperti nan ditunjukkan oleh Manchester City sebenarnya tak absolut menentukan keberhasilan sebuah klub. Beberapa tim mempunyai aturan belanja pemain nan jumlahnya masih jauh dibawah Manchester City mampu menunjukkan kinerja nan optimal di lantai bursa transfer pemain. Tottenham Hotspur dan Newcastle United nan hanya memiliki bujet terbatas mampu membuktikan diri tampil sebagai tim kuat nan mengganggu persaingan klub-klub elit menuju tangga kampiun berkat transfer nan tepat.



Aktivitas Transfer nan Menguntungkan dan Merugikan

Transaksi paling bagus dilakukan manajer Newcastle United ketika mendatangkan duo striker dari benua Afrika, yaitu Demba Ba dan Pappis Cisse. Demba Ba datang pada awal musim sementara Pappis Cise baru bergabung pada pertengahan musim dan keduanya mampu membukukan total 29 gol di Perserikatan Inggris. Newcastle United sendiri mengeluarkan uang sebesar 10,6 juta euro buat mendatangkan kedua pemain tersebut.

Peran manajer Newcastle United, Alan Pardew dalam membaca situasi klub merupakan poin pentingnya. Performa Demba Ba nan terlihat menurun memasuki pertengahan musim direspon dengan cepat. Bidikan langsung diarahkan kepada striker asal klub asal Jerman, Freiburg nan berstatus bebas transfer, yaitu Pappis Cisse.

Akhirnya, Pappis Cisse nan diberi nomor punggung sembilan datang sebagai jawaban atas kebutuhan juru gedor nan produktif dan menjaga konsistensi Newcastle United hingga meraih tiket kompetisi Europa League.

Kejelian bermain di pasar transfer pemain juga dilakukan oleh klub asal Kota London, Tottenham Hotspur. Berbekal uang 7 juta pounds, tim berjuluk The Lilywhites mendatangkan beberapa pemain nan menjadi pilar kesuksesan tim selama satu musim kompetisi. Sebut saja, Scott Parker nan dibeli dari West Ham senilai 5 juta pounds dan aturan 2 juta pounds buat meminjam jasa Emmanuel Adebayor dari Manchester City.

Kedua pemain tersebut memberikan kontribusi signifikan sehingga Tottenham Hotspur bersaing dengan tim papan atas Perserikatan Inggris dalam perebutan tiket ke Perserikatan Champions. Pada penghujung musim, Tottenham Hotspur mantap berada di peringkat empat klasemen Perserikatan Inggris.

Sayangnya, meskipun sudah mendapat jatah tampil di Perserikatan Champions tetapi tiket tersebut harus diberikan kepada Chelsea selaku kampiun bertahan Perserikatan Champions dan di klasemen akhir Perserikatan Inggris berada diluar zona empat besar.

Kejelian Tottenham Hotspur tak berhenti sampai disitu saja. Pemain lain sukses diboyong dengan status bebas transfer pun memberikan kontribusi positif misalnya Brad Friedel. Penjaga gawang asal Amerika Perkumpulan ini performanya stabil dan kokoh menjaga gawang.Sementara itu, striker berkebangsaan Perancis, Louis Saha dan Ryan Nelsen nan berposisi sebagai bek kanan dan tengah menjadi pemain pelapis nan berkualitas di posisinya masing-masing.

Di lain sisi, beberapa pemain baru justru tak menampilkan kontribusi sinkron ekspektasi klub. Hal ini tak hanya menimpa klub besar seperti Chelsea tetapi juga dialami klub nan berstatus tim underdog, Queen Park Rangers. Kebijakan transfer nan jelek dengan membelanjakan uang sebesar 23,1 juta pounds buat mendatangkan Djibril Cisse, Taye Taiwo, Samba Diakite, Joey Barton, dan Shaun Wright Phillips tak mampu mengangkat performa tim.

Prestasi QPR justru sering berkutat dipapan bawah klasemen dibandingkan dua tim promosi lainnya, Swansea City dan Norwich City nan konsisten berada di papan tengah klasemen Perserikatan Inggris. Ironisnya, klub berjuluk The Hoops ini nyaris terdegradasi ke divisi Championship pada akhir musim kompetisi. Padahal alokasi dana transfer nan disediakan manajemen QPR merupakan bujet terbesar diantara tim nan menyandang status tim promosi.

Aktivitas transfer nan jelek juga dialami Chelsea ketika mengeluarkan uang belanja sebesar 76,9 juta pounds. Pengeluaran tersebut ialah nan terbesar kedua di Perserikatan Inggris setelah Manchester City. Namun, prestasi pasukan London Barat tak mampu menyamai torehan Manchester City.Pada akhir musim, klub berjuluk The Blues hanya mampu berada di posisi keenam tangga klasemen dan sempat terancam tak memperoleh kesempatan bermain di kompetisi elit Eropa, Perserikatan Champions.

Kehadiran pemain, seperti Oriol Romeu dan Raul Meireles tak memberi perubahan berarti didalam tubuh tim. Striker Romelu Lukaku pun tak menampilkan performa nan menawan saat turun di lapangan sehingga lebih banyak menjadi penghangat bangku cadangan.



Aktivitas Transfer Pemain Terbaik dan Terburuk

Strategi dalam aktivitas transfer sebuah klub memang berbeda satu sama lain. Demi meraih prestasi instan, sebuah klub lebih condong mendatangkan pemain berlabel bintang dengan harga mahal seperti Manchester City. Konsekuensinya, dana transfer pemain membengkak dan mendatangkan kerugian besar nan besar apabila tak memberikan kontribusi nan sepadan.

Bagi klub dengan bujet nan minim memilih pemain nan berstatus bebas transfer menjadi pilihan bijak. Pemain bebas transfer memang berharga murah tetapi bukan berarti kualitasnya murahan. Newcastle United ialah contoh klub nan mengambil pemain nan telah habis masa kontrak kerjanya di klub sebelumnya dan menikmati laba nan besar dalam hal teknis.

Opsi lain nan diambil buat penghematan bujet transfer pemain adalah peminjaman pemain dari klub lain. Uang nan dikeluarkan pun tak sebesar aktivitas transfer pemain secara permanen sebab pemain hanya dipinjam dalam durasi waktu tertentu. Gaji pemain pun biasanya dikotomi antara klub nan meminjamkan dan klub peminjam nan sudah diatur dalam kesepakatan peminjaman.

Aktivitas pembelian terbaik nan dilakukan selama musim 2011/2012 patut disematkan kepada pemain asal Argentina, Sergio Aguero nan memang tampil cemerlang sejak pertama kali didatangkan. Manchester City rela memindahkan pemain nan akrab dipanggil Kuna Aguero ini dengan kompensasi uang sebesar 39,6 juta pounds dari Atletico Madrid. Nilai transfer tersebut menjadi rekor pemain termahal dalam aktivitas transfer Perserikatan Inggris 2011/2012.

Jumlah uang transfer nan besar tak terasa sia-sia sebab jumlah 23 gol menempatkannya berada diurutan kelima pemain terbaik Perserikatan Inggris versi EA Sports. Namun, kontribusi nan paling diingat tentu saja gol nan dicetaknya pada pertandingan terakhir musim 2011/2012 melawan Queen Park Rangers. Berkat gol telat nan hadir pada masa injury time, Manchester City menjadi kampiun Perserikatan Inggris dan menggusur intervensi raksasa sepak bola Inggris, Manchester United selama satu dasa warsa ke belakang.

Bercermin dari fakta sebelumnya nan memaparkan pembelian terbaik. Kali ini pembelian terburuk disandang oleh pemain Chelsea berkewarganegaraan Belgia, Romelu Lukaku. Pemain nan dibeli dari RC Genk seharga 19,4 juta pounds bermain dalam delapan pertandingan diantaranya hanya sekali bermain sebagai pemain inti sejak menit pertama.

Romelu Lukaku digadang-gadang sebagai pengganti sepadan striker primer Chelsea nan sudah uzur, Didier Drogba. Hal nan wajar mengingat selama 2 tahun memperkuat klub Anderlecht sukses mencatatkan 33 gol. Catatan nan mengesankan bagi pemain nan masih berusia 19 tahun ini.

Kenyataan berbicara lain, menyandang asa besar dari publik Stamford Bridge justru membuat Romelu Lukaku tak berkembang diusianya nan masih belia. Gaya permainan Chelsea dan atmosfer sepak bola di inggris tak menyatu dengannya. Maka jadilah aktivitas transfer Romelu Lukaku nan menduduki transfer termahal kelima di Perserikatan Inggris menjadi investasi nan kurang baik.