Bunga Bangkai Tumbuh Sempruna di Tahura Djuanda, Bandung

Bunga Bangkai Tumbuh Sempruna di Tahura Djuanda, Bandung

Rafflesia arnoldi dan bunga bangkai merupakan dua jenis tanaman nan berbeda. Meskipun begitu, kedua kembang tersebut sering dianggap kembang nan sama bahkan saling tertukar oleh masyarakat. Memang, Rafflesia arnoldi dan kembang bangkai memiliki ukuran nan sama-sama besar dan mengeluarkan bau busuk. Akan tetapi, kedua kembang tersebut memiliki perbedaan.



Perbedaan Bunga Bangkai dan Rafflesia Arnoldi

Berikut ini klarifikasi mengenai dua kembang nan berukuran raksasa tersebut dan disparitas di antara keduanya.



1. Bunga Bangkai

Bunga bangkai ( Amorphophallus titanum ) merupakan kembang nan berukuran raksasa selain kembang Rafflesia arnoldi. Bunga raksasa ini banyak ditemukan di kawasan hutan Sumatera. Berbeda dengan Rafflesia, kembang bangkai memiliki rona krem pada bagian luarnya dan bagian nan menjulang ke atas. Mahkota kembang raksasa ini pun memiliki rona merah keunguan. Pertumbuhan kembang raksasa ini pun melebar ke samping, berbeda dengan Rafflesia nan tumbuh menjulang ke atas.

Bunga bangkai termasuk tumbuhan dari suku talas-talasan nan merupakan tumbuhan dengan kembang beragam terbesar di dunia. Berbeda dengan Rafflesia nan tak bisa tumbuh atau dibudidayakan di daerah lain, kembang raksasa ini bisa dibudidayakan. Hal lain nan membedakannya dengan kembang Rafflesia ialah kembang raksasa ini tumbuh di atas umbi sendiri sehingga tak parasit.

Bunga raksasa ini mengalami 2 fase dalam hidupnya nan muncul secara bergantian dan terus-menerus, yaitu fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif, di atas umbi akan muncul batang tunggal dan daun nan hampir mirip dengan pohon pepaya. Tinggi pohonnya dapat mencapai 6 meter.

Setelah beberapa tahun, organ generatif kembang raksasa ini akan layu kecuali umbinya. Jika lingkungan mendukung dan umbinya memenuhi syarat buat tumbuh, pohon ini akan digantikan dengan tumbuhnya kembang raksasa ini. Tumbuhnya kembang beragam menggantikan pohon nan layu merupakan fase generatif tanaman kembang raksasa ini.

Budidaya

Perlu diketahui bahwa spesies kembang langka ini diidentifikasikan pertama kali pada 1878 oleh seorang ilmuwan Italia bernama Odoardo Beccari di Sumatera, Indonesia. Sejak saat itu, kembang langka ini dibawa sekaligus dibudidayakan di berbagai taman nabati nan ada di seluruh dunia. Setelag sepuluh tahun ditemukan, kembang raksasa nan sangat langka ini sukses mengembang di kebun London dan mengembang kembali pada 1926.

Rekor Paling Besar

Sampai 2005 lalu, rekor kembang langka ini nan tertinggi di penangkaran dipegang oleh Kebun Raya Bonn, Jerman. Di sana, kembang ini tumbuh sampai ketinggian 2,74 meter pada 2003. Lalu, pada 20 Oktober 2005, rekor tersebut sukses dipecahkan oleh Kebun Nabati dan Hewani Wilhelma di Stuttgart, Jerman. Tinggi kembang ini ialah sekitar 2,91 meter.

Sementara itu, Kebun Raya Cibodas di Indonesia pernah mengklain mempunyai kembang raksasa nan tingginya mencapai 3,17 meter pada dini hari tanggal 11 Maret 2004. Pada waktu itu, kembang ini mengembang selama satu minggu. Lalu, pada 2010, rekor baru kembali muncul. Pada 18 Juni 2010, Louis Ricciardiello pernah mengklaim bahwa specimen kembang ini sempat mencapai tinggi sekitar 3,1 meter di taman nabati Orchids Winnipesaukee, New Hampshire, Amerika Serikat. Rekor terakhir ini lalu sukses dicatata di Guinness World Record.



2. Rafflesia Arnoldi

Rafflesia arnoldi termasuk tumbuhan parasit nan memiliki kembang berukuran besar. Bunga ini ditemukan di hutan hujan Indonesia oleh seorang pemandu dari Indonesia nan bekerja buat Dr. Joseph Arnold pada 1818. Inovasi kembang ini berdasarkan nama Thomas Stamford Raffles, pemimpin ekspedisi itu.

Bunga Rafflesia arnoldi memiliki sekitar 27 spesies. Semua spesies kembang rafflesia arnoldi ditemukan di Asia Tenggara, di semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatera, dan Filipina. Tumbuhan kembang ini tak memiliki batang, daun, ataupun akar nan sesungguhnya. Bunga ini diklaim sebagai kembang terbvesar di global dengan berat mencapai 11 kilogram dan diameter 1 meter.

Rafflesia arnoldi tumbuh di jaringan tumbuhan merambat dan tak memiliki daun sehingga tak dapat berfotosistesis. Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci merupakan daerah perlindungan primer spesies ini. Namun sekarang, status keberadaan tanaman kembang ini mulai terancam punah dampak penggundulan hutan nan dahsyat.

Ciri primer nan mudah dikenali buat membedakan Rafflesia arnoldi dengan kembang raksasa bernama bangkai ini ialah bentuk kembang raflesia nan melebar (bukan tinggi) dan berwarna merah. Saat mekar, rafflesia dapat mencapai diameter sekitar 1 meter dan tinggi 50cm. Bunga ini pun tak memiliki akar, tangkai, maupun daun. Bunga rafflesia memiliki 5 mahkota. Di dasar kembang nan berbentuk gentong, terdapat benang sari atau putik, bergantung jenis kelamin bunga.

Keberadaan putik dan benang sari nan tak dalam satu rumah membuat kemungkinan terjadinya pembuahan nan dibantu oleh serangga sangat kecil. Hal ini sebab belum tentu dua kembang berbeda kelamin tumbuh dalam waktu bersamaan di loka nan berdekatan. Bunga ini memiliki masa pertumbuhan hingga 9 bulan, sedangkan masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah masa mekarnya selesai, kembang ini akan layu dan mati. Bunga Rafflesia tak dapat dibudidayakan di loka selain habitat aslinya.



Bunga Bangkai Orisinil Indonesia Tumbuh Mengembang di Brazil

Bunga raksasa ali Indonesia atau nama Latin nan cukup populernya ialah Titan Arum ( Amorphophallus titanium ) telah mengembang di sebuah taman nabati di Brazil. Tumbuh mekarnya kembang langka ini tentu saja memancing rasa penasaran para pengunjung buat menyaksikan estetika sekaligus juga mencium bau nan sangat menusuk hidung.

Bunga langka dari Indonesia dari Brazil ini berumur sekitar 72 jam, berbau, dan daging bunganya menarik perhatian lalat atau kumbang. Spesimen Brazil ini tumbuh hingga mencapai tinggi sekitar 1,6 meter dan bisa tumbuh sampai ketinggian lebih dari 10 meter. Bunga langka ini buat kedua kalinya mengembang dan pertama kali mengembang pada Desember 2010 lalu.

Ketika mulai mekar. Bunga langka ini mempunyai suhu sama dengan tubuh manusia dan ini membantu kembang tersebut meneybarkan bau busuknya. Karena termasuk tanaman langka, kembang ini sangat susah buat dibudidayakan dan memerlukan waktu sekitar enam tahun buat dapat tumbuh.



Bunga Bangkai Tumbuh Sempruna di Tahura Djuanda, Bandung

Bunga raksasa dan langka orisinil Indonesia nan tumbuh di Taman Hutan Raya, Bandung, Provinsi Jawa Barat, sempat mengembang dengan paripurna pada Desember 2012 lalu. Peristiwa tersebut terjadi bersamaan dengan akhir pekan, sehingga otomatis menarik perhatian para pengunjung Taman Hutan Raya nan memang selalu ramai pada hari Sabtu atau hari Minggu.

Berdasarkan klarifikasi dari Kepala Seksi Perlindungan Balai Pengelolaan Tahura Djuanda, proses mekarnya kembang langka ini dimulai satu hari sebelumnya, yaitu pada Jumat pukul sebelas siang. Bunga ini baru mengembang dengan sangat paripurna saat petang hari atau sekitar pukul 18.00 WIB.

Sementara itu, tinggi tongkol mahkota kembang nan warnanya kuning muda ini ialah sekitar 193 sentimeter dengan diameter mahkota sekitar 86,6 sentimeter. Tanaman langka ini diambil dari daerah Bengkulu pada 2006, yaitu berasal dari Cagar Alam Taba Penanjung. Setelah itu, mulai ditanam di Taman Hutan Rakyat Djuanda sebanyak empat umbi pada Januari 2007.

Itulah ulasan seputar keberadaan kembang bangkai. Semoga bermanfaat!