Ethos dalam Dotcom
Siapa nan tidak tahu Sule sekarang? Salah satu pelawak multitalenta nan makin sering muncul di layar televisi, dari mulai iklan, acara komedi, film, sampai nyanyi. Padahal dulu, Sule tidak seterkenal sekarang. Lalu, apa nan menyebabkan karier Sule melesat cepat? Selain kerja kerja kerasnya, ada satu hal nan tidak kalah berpengaruh dalam pencapaian kariernya sekarang, yaitu komunikasi massa .
Komunikasi massalah nan membuat nama seseorang diangkat setinggi-tingginya bahkan global mengenalnya sekaligus dapat mengubur nama seseorang sedalam-dalamnya hingga global melupakannya. Itulah dahsyatnya sifat komunikasi massa.
Sesuai namanya komunikasi massa, cabang ilmu komunikasi ini mengomunikasikan warta dengan menggunakan media massa, baik elektronik: televisi, radio, internet atau cetak: koran, majalah, tabloid dan media massa lainnya.
Penyebaran warta dalam komunikasi massa bersifat serempak dan jeda jauh bahkan mendunia, sehingga warta tersebut mengakibatkan respon nan sama di kalangan masyarakat, meskipun ada juga nan responnya berbeda, tapi paling tidak, masyarakat generik mengetahui warta nan sama.
Sebagai citra dari keserempakan respon, misalnya saja pada awal tahun ini, warta politik internasional nan terkenal ialah demo besar-besaran rakyat Mesir nan menuntut Husni Mubarrak sebagai presiden, supaya mengundurkan diri. Jeda antara Mesir dan Indonesia beribu-ribu kilometer, namun dengan komunikasi massa, rakyat Indonesia dan global dapat mengetahui warta teraktual di Mesir.
Sebagai masyarakat, sangat diharapkan tak menelan bulat-bulat warta seperti nan disampaikan media massa. Bagaimanapun, media massa baik cetak atau elektronik sulit sekali buat menempatkan diri sebagai media nan independen, hampir selalu ada kepentingan dan efeknya membentuk opini publik.
Tak salah jika ada ungkapan buat meminimalisir masalah independensi media massa, daripada memperdebatkan objektifitas lebih baik mengurangi subyektifitas. Maka, buat berpartisipasi dalam menyukseskan citizen journalism (jurnalisme masyarakat) nan kritis dalam menilai sebuah berita, perlu kiranya mengetahui sifat-sifat komunikasi massa, di antaranya:
a. Media Massa Terlembaga
Tak mungkin media massa baik cetak maupun elektronik di- handle oleh satu atau dua orang saja. Sementara tugasnya begitu banyak dari mulai pencarian warta hingga penerbitannya. Tentunya dalam operasional media massa berbentuk lembaga, kelompok, atau industri.
b. Warta Bersifat Umum
Karena sifatnya massa, maka siapa pun pada dasarnya dapat menggunakan media tanpa melihat usia, jenis kelamin, jenjang pendidikan, profesi, dan kategori lainnya. Hanya saja, minat terhadap jenis dan bentuk media massa dipengaruhi oleh kategori nan nan telah disebutkan tadi. Misalnya dosen, lebih menyukai koran daripada majalah remaja.
c. Penggunanya Tidak Diketahui dan Berbeda
Adalah wajar jika pengguna media massa tak diketahui, sebab tak terjadi face to face (bertemu langsung) antara pembuat dan pengguna. Disamping itu, sebab sifatnya umum, maka penggunanya beranekaragam nan segmentasinya ditentukan oleh media massa sendiri, misalnya majalah anak, segmentasinya tak mungkin remaja.
d. Mengutamakan Isi Daripada Hubungan
Berita nan singkat, padat, jelas, dan informatif sehingga penggunanya dapat memahami setelah membaca atau menonton media massa. Itulah nan terpenting dalam komunikasi masa, meskipun antara pembuat dan pengguna tak saling kenal.
e. Terbatasnya Stimulasi Alat Indra
Ada dua cara media massa dalam menyampaikan berita, yaitu visual (dilihat) dan audio visual (didengar dan dilihat). Visualisasi ialah karakteristik khas media cetak nan menggunakan indera penglihatan. Sementara audio visual ialah karakteristik khas media elektronik terutama televisi nan menggunakan indera penglihatan dan pendengaran. Antara pembuat dan pengguna media massa sulit buat mendeteksi perasaan masing-masing terhadap warta nan beredar.
Beberapa sifat komunikasi massa di atas memberikan inspirasi bahwa pembaca nan baik bukanlah pembaca nan sekadar membaca kemudian mempercayai tanpa mengkritisi beritanya, misalnya membandingkan dengan media massa nan boleh dibilang tandingannya, supaya warta nan beredar tak menambah benang kusut tapi justru menguraikannya.
Komunikasi Massa Kini, Dapat dipercaya seorang Ethos di Era Konvergen
Mengutip M.O Palapah dan Atang, [1983:120]. Secara bahasa, pengertian komunikasi massa dapat diartikan sebagai komunikasi dengan massa menggunakan peralatan teknik mencetak ataupun elektronika. Yang pada dasarnya merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris " Comunication " atau "Mass Comunication", nan sebenarnya bermakna "Mass Media Communication" atau sering juga disebut " Mediated Communication "
Titik tekan dari komunikasi massa ialah pesan itu sendiri. Ditujukan tak individual, berupaya mempengaruhi [ refreshing ] jalan pikiran orang banyak, satu maksud, satu tujuan, dan tegas dalam pemahaman nan baru. Tujuan lainnya ialah menghapuskan suatu kesan atau mitos nan sudah tertanam sebelumnya pada sebagian anggota masyarakat [ obliterated the recent ].
Dalam hal tertentu, komunikasi massa juga dapat dipakai menjadi wahana peneguh dari gangguan isu-isu lain di tengah masyarakat [ removing an obstacle information ]. Teori komunikasi massa telah lama diteliti para pakar Psikologi, Antropologi, Sosiologi, dan komunikasi.
Namun, tak ada nan sehandal teori dari Denis McQuail, terutama dari sisi cengkaraman media sebagai corong ratusan pakar agitasi. Dari kamar nan sempit dan gelap. Tanpa menunjukkan wajah, tanpa mimik ekspresi, tak jelas keseharian hidup, tak diketahui rekam jejak, tak ada kualitas personal, seseorang mampu menjadi ethos nan membakar orang banyak lewat tulisannya di media massa.
Karena pernah suatu massa seorang ethos, atau komunikator massa melakukan tindak tradisionil berdasarkan cara hidupnya, atau dapat dipercaya nan ada dalam dirinya itu. Seperti Hitler nan beken lewat wahana kedap politik. Soekarno nan berjaya di kursi rapat. Oprah Winfrey nan piawai lewat wawancaranya. Dapat dipercaya itu dipelajari oleh para pakar dengan rekayasa ethos hasilnya ialah ilmu public speaking .
Meskipun demikian, dapat dipercaya tak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi si komunikati. Orang nan diberi baju lusuh tak punya kredibiltas komunikator, orang nan lemah melempem tak akan diberikan mix podium. Namun tentu saja, masa jaya para agitator live sudah lewat.
Ethos dalam Dotcom
Anda dapat terpukau tanpa harus melihat sosok nan membuat terpukau. Semuanya dapat melalui fasilitas streaming dan uploading. Sinta dan Jojo ialah salah satu di antara contoh ethos nan memperlihatkan kemampuan agitasi advetorial bagi lagu 'keong racun' hanya dengan bergoyang, lipsing, uploading di Youtube.com dan menyerahkan sisanya pada Tuhan nan Maha Esa.
Mereka terkenal, lagu keong racun jadi beken. Inilah contoh komunikasi massa gaya baru di era internet, era konvergensi media. Konvergensi menjadi kata nan memulai semua pembicaraan ini.
Mengutip istilah dari Jeremy Black dalam bukunya Media Convergence or Divergence, Britain and the Continent (1994), masyarakat dengan budaya nan majemuk dan media diandaikan menghadapi sebuah jalur transportasi komunikasi informasi, di mana internet memfasilitasi gerak masyarakat nan makin tinggi, pada sebuah 'jalan tol informasi'.
Letak komunikasi massa ialah di loket tol nya. Anda bayar, maka Anda menjadi komunikator massa. Dan nan disebut massa ialah publik dari pengakses internet. Tidak semuanya menjadi admin dan penyedia layanan informasi pada publik, sebagaimana peran seorang ethos di global nyata. Sebagian di antara mereka masih nyaman melakukan browsing saja. Semua telah berubah, Anda tinggal klik saja.