Tokoh Peristiwa Bandung Lautan Api

Tokoh Peristiwa Bandung Lautan Api

Sejarah bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan begitu panjang, termasuk sejarah peristiwa Bandung Lautan Api. Mengusir penjajah dari bumi Indonesia agar negara Indonesia meraih kemerdekaan tak mudah. Negeri nan kaya raya ini memang diburu oleh para tangan-tangan penjajah nan ingin mengambil seluruh sumber daya alam Indonesia. Tak hanya itu, para penjajah menginginkan negara ini menjadi aset berharga bagi mereka.

Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan pembumihangusan Kota Bandung Raya agar semua fasilitas krusial nan ada di wilayah tersebut tak bisa dimanfaatkan oleh tentara pendudukan Belanda (sekutu). Seluruh loka penting, seperti bangunan sekolah dan gedung dibakar oleh rakyat Bandung.

Peristiwa ini ialah pembakaran besar-besaran Kota Bandung. Dalam waktu tujuh jam, hampir 200 ribu penduduk Bandung secara serempak membakar rumah loka kediaman mereka dan bergerak meninggalkan Bandung menuju pegunungan di daerah Bandung Selatan.

Bandung Lautan Barah terjadi tak lepas dari aksi heroik pejuang Mohammad Toha nan dengan sengaja telah mengorbankan dirinya buat ditangkap oleh tentara pendudukan Belanda di daerah Bandung Selatan. Saat ditahan di dalam markas tentara pendudukan tersebut, Mohammad Toha dengan ikhlas meledakkan dinamit bersama dirinya di dalam gudang amunisi dan senjata Belanda.

Namun, sayangnya hingga sekarang tindakan heroik Mohammad Toha belum mendapat penghargaan dari pemerintah. Beliau belum dianggap sebagai Pahlawan Nasional secara resmi oleh pemerintah. Padahal, bukankah sebuah bangsa nan besar ialah bangsa nan tak akan melupakan pahlawannya dan akan menghargai jasa para pahlawannya?



Peristiwa Bandung Lautan Barah - Kisah Perjuangan nan Heroik

Peristiwa Bandung Lautan Barah terjadi pada 23 Maret 1946. Sebenarnya, pasukan Sekutu telah memasuki Kota Bandung pada Oktober 1945. Saat itu, para pemuda sedang sibuk buat merebut seluruh persenjataan dari Jepang. Pasukan sekutu lalu memberikan ultimatum agar Bandung Utara dikosongkan. Pengosongan tersebut selambat-lambatnya pada 29 November 1945. Namun, rakyat Bandung tak ingin menyerahkan Kota Bandung walau sejengkal tanah kepada tentara sekutu.

Melihat kekerashatian rakyat Bandung, pihak sekutu kembali memberikan ultimatum kedua pada 23 Maret 1946. Mendengar hal tersebut, pemerintah Republik Indonesia di Jakarta memberikan instruksi agar Kota Bandung tak dikosongkan. Sementara, Markas Komando TRI di Yogyakarta memberikan perintah agar Kota Bandung segera dikosongkan.

Instruksi tersebut menyebabkan rakyat Bandung kebingungan. Mereka bingung sebab mendapatkan dua instruksi nan berbeda. Di tengah kebingungan tersebut, rakyat Bandung kemudian menyerbu kedudukan sekutu sebelum meninggalkan kota Bandung. Langkah selanjutnya, mereka membakar sebagian wilayah kota. Peristiwa pembakaran kota Bandung secara besar-besaran ini kemudian terkenal dengan sebutan peristiwa Bandung Lautan Api.

Kota Bandung benar-benar luluh-lantak dimakan api. Peristiwa Bandung Lautan Barah membuat rakyat Indonesia membuka mata buat tetap mempertahankan kemerdekaan nan telah diperjuangkan. Rakyat di seluruh wilayah Indonesia melihat aksi perjuangan nan heroik rakyat kota Bandung. Selain itu, Bandung Lautan Barah membuat para penjajah mengerti kalau bangsa Indonesia tetap ingin mempertahankan kemerdekaannya.

Namun, rupanya peristiwa Bandung Lautan Barah tidak menyurutkan pihak tentara Belanda buat terus menguasai negara Indonesia kembali. Bersama bekas tawanan Belanda, tentara Belanda berusaha menggalang kekuatan dengan tujuan menguasai kembali Indonesia. Banyak peristiwa berdarah nan terjadi atas kekejaman Belanda hingga akhirnya sukses menguasai kota-kota besar di Indonesia, seperti Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Manado.



Politik Bumi Hangus pada Peristiwa Bandung Lautan Api

Setelah kemerdekaan diumumkan pada 17 Agustus 1945, masih saja pihak penjajah menginginkan kembali negara Indonesia. Peristiwa Bandung Lautan Api menjadi bukti kegigihan bahwa bangsa Indonesia tetap ingin mempertahankan kemerdekaannya.

Saat itu, ultimatum dari tentara sekutu nan menyuruh semua TRI (Tentara Republik Indonesia) meninggalkan kota Bandung dan seluruh rakyatnya, akhirnya melahirkan "politik bumi hangus". Rakyat Bandung tak rela kota mereka dimanfaatkan oleh para penjajah.

Mereka kemudian mengungsi ke daerah Bandung Selatan bersama para pejuang. Pembumihangusan Kota Bandung diambil berdasarkan putusan musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan atau MP3 di hadapan semua pejuang. Putusan musyawarah tersebut diambil pada 24 Maret 1946.

Pengumuman tersebut disampaikan oleh Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III. Beliau menyampaikan dan memerintahkan agar seluruh rakyat Bandung meninggalkan kota. Pada hari itu juga, usai adanya pengumuman, rakyat Bandung berbondong-bondong meninggalkan kota Bandung.

Kemudian, terjadilah pembakaran besar oleh TRI (Tentara Republik Indonesia) dan seluruh rakyat Bandung agar para sekutu dan musuh tak dapat menggunakan fasilitas krusial dan Kota Bandung. Asap hitam membumbung tinggi, lautan barah membara di kota, listrik pun wafat membuat Kota Bandung benar-benar hanya terang oleh lautan api.

Tentara Inggris mulai menyerang sehingga terjadi pertempuran sengit. Pertempuran nan paling seru terjadi di daerah selatan Bandung, yaitu di Desa Dayeuhkolot. Di desa tersebut, terdapat gudang mesiu milik tentara sekutu.

Tentara Republik Indonesia berniat menghancurkan gudang mesiu sekutu. Kemudian, mereka mengutus dua pemuda, yaitu Muhammad Toha dan Ramdan. Kedua pemuda tersebut sukses menghancurkan dan meledakkan gudang mesiu memakai granat tangan. Gudang mesiu tersebut meledak dan terbakar. Namun, kedua pejuang tersebut pun ikut terbakar di dalam gudang.

Setelah Kota Bandung menjadi lautan api, para pejuang Tentara Republik Indonesia bersama rakyat melakukan perlawanan secara gerilya. Dari luar kota Bandung, mereka bergerak menyerang para musuh. Peristiwa pembakaran kota Bandung dan perjuangan para pahlawan Tentara Republik Indonesia kemudian menjadi penyebab lahirnya lagu berjudul “Halo-Halo Bandung”. Lagu tersebut berisi semangat juang nan tinggi para pejuang dan rakyat Indonesia.



Tokoh Peristiwa Bandung Lautan Barah

Mohammad Toha lahir di Bandung pada 1927. Ia meninggal global pada peristiwa Bandung Lautan Barah 24 Maret 1946. Mohammad Toha ialah seorang hulubalang Barisan Rakjat Indonesia, sebuah kelompok milisi pejuang nan aktif pada masa perang kemerdekaan Indonesia. Mohammad Toha dikenal sebagai tokoh dalam peristiwa Bandung Lautan Barah nan terjadi di kota Bandung pada 24 Maret 1946 atau setahun pascakemerdekaan bangsa Indonesia tahun 1945.

Pada peristiwa Bandung Lautan Barah tersebut, Mohammad Toha meninggal dalam kebakaran dalam misi penghancuran gudang amunisi milik tentara Sekutu. Ia meninggal bersama rekannya nan bernama Ramdan. Keduanya meninggal global setelah meledakkan dinamit dalam gudang amunisi tentara sekutu.

Bangsa Indonesia harus berbenah diri dalam menyikapi semua tindakan para pahlawannya. Menghargai jasa para pahlawan dengan memberikannya status sebagai Pahlawan Nasional saja rasanya tak cukup.

Memberikan sumbangsih atau pemberian tanda balas jasa berupa materi tentu saja akan membantu keluarga para pahlawan tersebut mengingat sejarah panjang bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan sangat panjang dan berliku. Banyak pertempuran dan peristiwa besar nan dialami oleh para pejuang Indonesia, salah satunya ialah peristiwa Bandung Lautan Api.

Demikianlah sejarah singkat peristiwa Bandung Lautan Api. Semoga kita sebagai bangsa Indonesia umumnya dan rakyat Bandung khususnya bisa mengingat dan mengambil makna dari peristiwa ini, bahwa keutuhan bangsa Indonesia harus terus dipertahankan sampai kapan pun.