a.Teori Depresi – Teori Biologi
Kita perlu mengetahui teori depresi , sebab boleh jadi gangguan kejiwaan ini tanpa sadar diderita oleh orang-orang dekat kita, atau bahkan mungkin oleh diri kita sendiri. Menurut para pakar kesehatan, ternyata penduduk Indonesia cukup banyak menderita gangguan mental.
Maraknya kasus bunuh diri merupakan kenyataan puncak gunung es para penderita depresi. Kita perlu mengetahui apa itu depresi, apa gejala dan penyebabnya, lalu bagaimana cara mengatasinya.
Teori Depresi
Depresi ialah gangguan mood , suatu kondisi emosional nan berkepanjangan, nan mempengaruhi seluruh proses mental seseorang (Rice P.L., 1992). Proses mental sendiri meliputi kegiatan berpikir, berperasaan dan cara berperilaku seseorang.
Berawal dari stres nan tak ditangani dengan baik, seseorang bisa mengalami depresi. Dimulai dengan rasa sedih nan mendalam, kehilangan semangat serta kegembiraan, mudah lesu, hingga berakibat pada gangguan kesehatan. Yang paling parah, depresi mengakibatkan rasa putus asa. Menurut para pakar jiwa, 50% penderita depresi mempunyai pikiran buat bunuh diri, dan 15% dari mereka semua benar-benar melakukannya.
Beragam Teori Depresi
Teori depresi ialah teori-teori nan mengungkapkan segala hal terkait depresi nan dialami seseorang. Melalui teori depresi, setidaknya kitabisa mengenali gejala awal atau penyebab timbulnya depresi. Setidaknya terdapat beberapa teori depresi nan berkembang dalam global kesehatan. Berikut ialah klarifikasi dari masing-masing teori depresi nan dimaksud.
a.Teori Depresi – Teori Biologi
Teori depresi biologi ini menyimpulkan bahwa faktor penyebab depresi sebenarnya bersumber pada gen seseorang dan ketidakberfungsian beberapa fisiologi dalam tubuh nan memungkinkan mampu melahirkan depresi (dalam Sarason dan Sarason,1989). Ya, menurut teori depresi nan satu ini, penyebab depresi sebenarnya tak dating dari luar, melainkan dari dalam diri.
b.Teori Depresi - Pandangan Psikodinamika
Adalah Sighmund Freud dan Karl Abraham nan memulai studi psikologik terhadap gejala depresi. Mereka berdua memiliki kecenderungan tentang depresi. Menurut teori depresi mereka, depresi merupakan reaksi kompleks terhadap suatu kehilangan atau loss . Dalam buku “Mourning and Melancholia”, Freud menggambarkan rasa sedih nan normal dan depresi sebagai respon dari kehilangan seseorang atau sesuatu nan dicintainya (Davidson dan Neale, 1997).
Pada orang nan mengalami depresi terjadi pengurangan harga diri secara luar biasa dan mengalami kemiskinan ego pada skala nan besar (dalam Sarason dan Sarason,1989). Mereka nan mengalami depresi tak akan merasa malu ketika menangis sejadi-jadinya di hadapan banyak orang, atau tertawa cekikikan saat tak ada hal lucu.
c.Teori Depresi - Pandangan Behavioral
Menurut teori depresi behavioral, orang nan mengalami depresi kurang menerima penghargaan (rewards) atau dengan kata lain lebih mengalami sanksi (punishment) daripada orang nan tak mengalami depresi (dalam Sarason dan Sarason,1989). Mereka nan mengalami depresi akan dikucilkan dan dijauhi. Tindakan seperti itu, jika dilakuakn secara terus menerus oleh lingkungannya akan semakin memperparah taraf depresi penderita. Mereka merasa keberadaannya tak lagi diharapkan.
d.Teori Depresi - Pandangan humaistik – eksistansial
Menurut teori eksistensial penyebab primer depresi ialah kehilangan harga diri. Kehilangan harga diri diri di sini bias berupa hal konkret mauoun simbolik. Seorang perempuan korban pemerkosaan atau seseorang nan kehilangan jabatan sehingga mendadak miskin sangat besar kemungkinan buat menjadi depresi.Sedangkan menurut teori humanistic, depresi bisa terjadi ketika keadaan seseorang berbeda dengan keadaan nyata. Misal, dalam pergaulan seseorang ingin terlihat kaya, sedangkan kenyataannya tidaklah demikian.
e.Teori Depresi - Pandangan Kognitif
Teori depresi nan satu ini merupakan teori depresi nan paling banyak dipilih para peneliti. Teori depresi kognitif dinilai sangat efektif jika digunakan buat bahan terapi penderita depresi. Teori ini menyatakan bahwa seseorang nan selalu berpikiran negatif tentang dirinya memiliki kesamaan buat depresi.
Berbeda dengan nan selalu berpikiran positif terhadap dirinya. Orang nan selalu berpikiran negatif selalu menganggap semua nan dilakukannya ialah salah dan tidak bermanfaat, mereka menganggap diri sendiri sebagai sosok nan lemah.
Teori Depresi - Penyebab dan Gejala Depresi
Gejala awal berasal dari tanda-tanda pada mental atau psikis. Orang nan depresi akan kehilangan kepercayaan dirinya dan selalu berpikiran negatif pada segala hal, termasuk pada dirinya sendiri. Para penderita gangguan mental ini sangat mudah tersinggung, sensitif, sering marah, nampak sering muram dan sedih, cenderung pendiam dan menyendiri, serta suka menghindari kegiatan sosial atau aktivitas nan melibatkan orang lain.
Karena sensitif, orang ini akan mudah pula mempunyai pikiran bahwa dirinya tak berguna, rasa bersalah berlebihan, dan merasa mempunyai beban nan berat. Kondisi mental ini dapat terjadi sebab berbagai kegagalan nan mereka alami, kehidupan nan tak sinkron dengan nan mereka idamkan, atau merasa mempunyai tanggung jawab nan besar.
Gejala fisik bisa ditunjukkan dengan lesu, malas walaupun pada aktivitas nan tadinya ia sukai. Sulit tidur atau malah terlalu banyak tidur. Susah makan, mungkin terjadi banyak makan pada gejala awal, tetapi akan sulit makan pada depresi taraf lanjut. Pasif dan suka menyendiri.
Susah berkonsentrasi sehingga menurunkan produktivitas kerja atau sulit belajar pada anak sekolah dan mahasiswa, di samping sebab hilangnya motivasi hidup. Karena selalu berpikiran dan berprasangka negatif, orang nan depresi menjadi mudah lelah dan sakit.
Tentu saja gejala psikis dan fisik tadi akan berpengaruh pada kehidupan sosial mereka. Perangai nan mudah tersinggung, mudah marah, penyendiri, dan mudah indolen sering kali membuat mereka dijauhi orang lain. Belum lagi berpretensi nan negatif pada orang lain, kurang percaya diri, minder ketika berkomunikasi, tak nyaman dalam aktivitas sosial, menimbulkan masalah hubungan sosial nan cukup berat bagi mereka.
Banyak faktor nan bisa menyebabkan seseorang mengalami depresi, seperti sebab mendapatkan musibah, kehilangan anggota keluarga, masalah keluarga, kehilangan pekerjaan. Maupun sebab faktor nan lebih bersifat medis, seperti faktor genetis, menderita penyakit nan kronis, imbas samping dari obat, gangguan mental setelah melahirkan, dan lainnya.
Namun intinya, kondisi mental atau kejiwaan nan kurang kuat nan menjadi penyebab primer mengapa seseorang mengalami gangguan mental ini.
Teori Depresi - Bagaimana Mengatasi Depresi?
Jangan malu buat berkonsultasi pada psikiater atau psikolog. Biasanya dari para pakar ini kita akan mendapatkan solusi dan terapi. Tidak sporadis juga disertai dengan obat anti depresi nan tentu saja harus digunakan di bawah supervisi dari dokter.
Tips lain nan sebenarnya lebih mudah ialah selalu berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan, dengan bersyukur, berpasrah, bersabar, dan menjalankan apa nan dititahkan-Nya.
Usahakan buat selalu bersosialisasi, menikmati aktivitas kebersamaan hingga merasa nyaman dan menyenangkan. Jangan biarkan diri orang nan depresi terus menyendiri dan pasif. Sibukkan diri dengan kegiatan nan positif dan nan bisa kita lakukan dengan baik.
Tak ada salahnya mencoba sesuatu nan baru nan akan membuat kita termotivasi, namun jaga jeda dahulu pada perubahan besar nan dapat membuat beban pikiran nan berat. Manjakan diri dengan istirahat nan cukup, baik fisik maupun pikiran. Biasakan selalu berpikiran positif, terbuka, berprasangka baik pada diri dan orang lain. Coba menjalani hayati dan aktivitas sehari-hari dengan lebih santai dan tenang.
Hal lain nan cukup signifikan membantu penyembuhan ialah dengan dukungan orang terdekat. Dengan selalu berkomunikasi dan mengeluarkan semua permasalahan pada mereka, sehingga akan mendapatkan pemecahan masalah nan lebih objektif. Andaikan tak mendapat solusi, dengan menceritakannya saja akan menurunkan taraf depresi nan dialami.
Itulah sedikit bahasan nan dapat penulis sampaikan terkait teori depresi. Semoga bermanfaat.