Pencarian Kebenaran Umat Islam

Pencarian Kebenaran Umat Islam

Berbagai isu mengenai Islam liberal ramai dibicarakan di berbagai media massa. Selain sebab disinyalir sebagai suatu jaringan pembawa genre sesat. Hal ini dianggap mampu memicu ketegangan antarumat beragama. Beberapa definisi pun lantas dilayangkan oleh para tokoh Islam.

Salah satunya ialah asumsi bahwa Islam liberal merupakan salah satu penggagas nilai-nilai modern bagi kaum muslim. Para penganut ajaran tersebut menganggap bahwa umat Islam harus dapat menyesuaikan nilai-nilai agama Islam dengan karakter kehidupan modern nan dijalani sekarang ini.

Para kaum Islam liberal dianggap sebagai tokoh pembaharu nan membawa Islam ke arah nan lebih modern, serta tak selalu berpedoman pada Islam tradisi baik dari segi pemikiran maupun tindakan. Kaum tersebut harus menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan nan serba modern. Beberapa orang berpendapat bahwa konduite semacam ini justru menyalahi anggaran nan semestinya ditegakkan dalam hukum Islam.

Pengaruh Islam liberal dianggap sebagai penyelewengan terhadap nilai-nilai Islam nan diturunkan oleh Nabi Muhammad saw. Salah satu contoh kecil nan menjadi perdebatan umat Islam tradisi dengan Islam modern ialah diperbolehkannya menari atau berdansa. Bagi umat Islam, tradisi tersebut jelas dilarang. Namun, bagi umat Islam liberal, hal itu bukanlah suatu hal nan meruntuhkan nilai-nilai agama.

Hal itu dianggap semata-mata sebagai bentuk estetika nan dipahami secara massal lewat berdansa atau menari bersama. Contoh lain dalam perdebatan antara kedua kaum tersebut ialah adanya kepatuhan umat Islam pada pemimpin negara dalam bentuk demokrasi atau hukum negara lainnya.

Para umat Islam tradisi menganggap hal itu sebagai upaya atau konduite menyembah thagut, sedangkan para pendukung Islam liberal beranggapan bahwa hal tersebut sama halnya dengan membuka ventilasi wawasan kaum muslim di bidang politik.

Perdebatan semacam ini sepertinya memang tak dapat dihindari sebab sebagian besar umat Islam niscaya mencari jalan keluar dari setiap pertanyaan nan hadir di dalam kehidupan beragama. Apalagi dalam kehidupan serba modern ini, makin banyak tantangan dan pengaruh nan datang dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini menyebabkan semakin banyak pula pertanyaan bertajuk syariat Islam nan akan membawa umat Islam pada perubahan pemikiran dan perlakuan.



Jaringan Islam Liberal

Salah satu isu nan juga mempertanyakan kebenaran akan sesatnya kaum Islam modern ialah dengan munculnya jaringan Islam liberal. Lembaga Islami nan terkenal sebagai loka penyebaran liberalism Islam di Indonesia ini dianggap sebagai salah satu pihak nan memiliki potensi buat menyesatkan banyak orang.

Forum nan dibawahkan oleh Goenawan Mohammad ini memiliki majemuk pendangan dari masyarakat sekitar. Ada nan menganggapnya sebagai cara buat memurnikan kembali nilai-nilai keislaman (yakni dengan berpedoman kepada Alquran dan sunah rasul). Selain itu, ada pula nan menganggap bahwa nilai-nilai Islam harus disesuaikan dengan kebutuhan adat local, serta adat modern masa kini.

Salah satu tokoh Islam nan bergerak dalam Islam liberal pada tahun 1970-an ialah Nurcholis Madjidj nan beranggapan bahwa toleransi agama hanya akan tumbuh di atas dasar paham relativisme. Dalam hal ini berarti bahwa dengan pluralism agama, terdapat satu kemutlakan nilai nan universal.

Nilai tersebut ialah kebaikan bagi seluruh umat beragama di dunia. Pemikiran seperti itulah nan menjadi gagasan munculnya jaringan Islam liberal sehingga lebih membuka diri pada agama dan umat beragama lain, daripada hanya sekadar memasung diri dengan kefanatikan agama.

Dalam jaringan ini, dikenal istilah empat agenda nan diperlukan pencarian sebagai upaya buat mendapatkan kebenaran bagi seluruh umat beragama di negara-negara Islam. Empat agenda tersebut meliputi agenda politik, agenda antaragama, agenda emansipasi wanita, dan agenda kebebasan berpendapat. Agenda politik dianggap sebagai salah satu agenda krusial nan mampu membedakan antara urusan global dengan akhirat (keagamaan).

Agenda kedua, yakni kehidupan antarumat beragama merupakan salah satu jalan agar manusia lebih saling menghargai perbedaan; sedangkan agenda emansipasi wanita diusung agar Islam tak dianggap sebagai agama nan menomorduakan wanita. Terakhir ialah agenda kebebasan berpendapat nan secara absolut diberikan kepada seluruh manusia, baik beragama Islam maupun tidak.

Empat agenda nan membebaskan tersebut sepertinya telah menjadi misi bagi para penganut Islam liberal sehingga tak ada lagi bedanya antara umat Islam dengan umat beragama lain. Untuk itu, banyak sekali orang nan mendaulat jaringan Islam liberal sebagai genre nan menyesatkan.



Pencarian Kebenaran Umat Islam

Jika dilihat dengan kacamata netral, Islam liberal sebetulnya tak selalu berada di pihak nan salah dan menyesatkan. Paham ini memberikan penafsiran nan lebih luas dengan membuka nalar umat Islam pada setiap peristiwa nan dihadapi. Dengan penalaran nan rasional, Islam diharapkan mampu bertahan dalam segala kondisi (terutama era modern sekarang ini) sehingga tak mengalami keterbelakangan wawasan seperti nan terjadi pada beberapa masyarakat islam nan ada di global ini.

Dengan paham ini juga Islam diharapkan tak hanya membaca situasi secara tekstual, tapi juga dapat menghadapinya secara kontekstual. Alquran dan sunah dibaca bukan dengan makna harfiahnya saja, tetapi dengan makna hakiki nan termaktub di dalamnya. Dengan demikian, pemahaman nan sempit mengenai nilai-nilai fanatisme nan selama ini mengungkung masyarakat Islam bisa diubah ke dalam bentuk penalaran nan lebih logis, terbuka, dan jamak.

Hal ini juga membuka kesempatan kepada masyarakat lain buat menganut agama nan mereka yakini tanpa mendapatkan paksaan apapun sehingga tak ada istilah Islamisasi, kristenisasi, atau hal lain nan berhubungan dengan misi penyebaran beragama secara doktrinisasi.

Hal-hal tersebut merupakan faktor-faktor nan melatarbelakangi munculnya jaringan Islam liberal sebagai suatu komunitas nan lebih menekankan kebebsan dan pembebasan dari nilai-nilai politik nan membelenggu umat manusia.

Dengan interpretasi tersebut, masyarakat diharapkan bisa membuka wilayah toleransi mereka dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta perbedaan makna nan damai tanpa perselisihan nan berarti. Hal itu diharapkan mampu membuka jalan obrolan antar umat beragama, bukan perdebatan sengit nan biasanya kita dapatkan apabila ada dua kubu umat beragama nan masing-masing mempertahankan ide dan ambisi mereka sebagai agama nan paling benar.

Namun di sisi lain, masih banyak umat Islam nan berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam tradisi tanpa mengesampingkan nilai moral antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, jika kita berpikir netral,tidak ada salahnya mengambil apa nan baik dari jaringan tersebut tanpa meninggalkan kebenaran nan diajarkan dari nilai-nilai Islam nan kita pahami sebelumnya.

Kesalahan masyarakat Indonesia pada awalnya berasal dari kurangnya pengetahuan dan wawasan mereka, baik terhadap agama sendiri maupun terhadap agama lain. Prinsip primordial nan diketahui oleh masyarakat beragama di Indonesia ialah prinsip kebenaran tunggal nan hanya dimiliki oleh satu agama. Maka satu agama itulah nan kemudian menjadi bahan perselisihan sehingga menjalar ke persengketaan besar.

Untuk itu, umat islam nan baik ialah umat Islam nan mampu bertahan dengan nilai-nilai islamnya tanpa memandang rendah nilai-nilai agama dan budaya lain. Pengetahuan dan wawasan nan luas akan sangat membantu umat islam dalam menghadapi berbagai kecaman di dalam kehidupan modern.

Jaringan Islam liberal bukanlah satu agama baru, doktrin baru atau apapun nan bersifat penemuan. Paham ini merupakan sebuah pencarian kebenaran nan dilakuakn dengan metodenya sendiri.