Jenis-jenis Kurang darah Pada Ibu Hamil dan Penanganannya

Jenis-jenis Kurang darah Pada Ibu Hamil dan Penanganannya

Anemia pada ibu hamil harus dikategorikan sebagai kondisi gawat darurat sebab dampaknya tak saja akan menyebabkan kelahiran prematur, kematian bayi bahkan dapat mengancam keselamatan ibu hamil sendiri. Resiko kematian ibu cukup tinggal ketika masa kehamilan terserang anemia.

Dengan demikian kurang darah pada ibu hamil tak dapat dianggap sama dan sederajat ketika kurang darah menyerang seorang perempuan pada saat tak sedang hamil. Kurang darah pada ibu hamil ialah suatu kondisi dimana kadar haemoglobin ibu hamil kurang dari 11 gram prosen. Dan kondisi ini termasuk kondisi gawat darurat apabila angka itu dialami seorang ibu hamil pada trimester pertama dan trimester ketiga.

Namun demikian kendati kurang darah pada ibu hamil termasuk ke dalam kondisi gawat darurat, penanganan penyakit ini tidaklah terlalu susah dengan biaya nan juga cukup murah. Namun baik menentukan apakah seorang ibu hamil menderita kurang darah atau tak dan bagaimana penatalaksanaannya, perlu melalui inspeksi intensif dan dalam supervisi petugas medis.

Dalam keadaan normal sebenarnya ketika seorang perempuan hamil maka akan terjadi penambahan darah. Namun demikian buat mengurangi kerja jantung, secara alami penambahan darah pada ibu hamil ini lebih banyak dalam bentuk plasma dibanding sel darah, sehingga darah sendiri lebih encer.

Kejadian ini berlangsung sejak usia kehamilan memasuki 10 minggu dan mengalami masa puncaknya pada usia kehamilan 36 minggu. Tapi kenapa justru sering ada perempuan hamil nan justru kekurangan haemoglobin atau anemia? Ada beberapa kondisi nan sebenarnya kenapa dapat terjadi kurang darah pada ibu hamil.

Secara generik kurang darah pada ibu hamil terjadi sebab penyakit kronis seperti cacing usus, malaria dan TBC paru, kekurang zat besi pada saat mengikuti proram diet, kurang gizi atau sebab malabsorpsi. Sedangkan pada saat nan sama kebutuhan zat besi seorang ibu pada saat hamil terus meningkat seiring dengan kebutuhan janin akan zat besi ini nan diperlukan buat pertumbuhan.

Selain itu kondisi psikologis dimana seorang ibu hamil selalu merasakan mual dan muntah juga akan memperberat kekurangan zat besi ini.
Angka kebutuhan zat besi seorang ibu pada saat hamil memang jauh meningkat dibanding dengan sebelum hamil. Sebagai perbandingan dapat diperhatikan angka kecukupan zat besi pada semua kategori usia.

Seorang bayi membutuhkan zat besi 3-5 mg, balita 8-9 mg, anak sekolah 10 mg, anak remaja perempuan 14-15 mg, anak remaja laki-laki 14-17 mg, dewasa perempuan 14-26 mg, dewasa laki-laki 13 mg, ibu menyusui 2 mg dan ibu hamil membutuhkan 20 mg.

Gejala Kurang darah Pada Ibu HamilApabila seorang ibu hamil mengalami gejala sering pusing nan tak beraturan, cepat lelah, lidah luka, mata sering berkunang-kunang, kehilangan konsentrasi secara terus-menerus, nafsu makan turun, harap hati-hati sebab gejala-gejala seperti itu merujuk pada penyakit anemia.

Namun kurang darah pada ibu hamil tak selalu menunjukkan gejala-gejala seperti itu. Apabila sudah parah misalnya dapat saja seorang ibu hamil selalu ingin muntah diiringi nafas pendek. Tapi harus pula dibedakan antara nafas pendek sebab menderita atsma atau paru-paru dengan gejala anemia. Begitu pula ketika ingin selalu muntah, apakah merujuk kepada gejala kurang darah atau justru termasuk dorongan psikologis sebab sedang terjadi berbagai perubahan hormonal.

Namun bila berat badan mulai menurun, paras pucat dan ada masalah ketika terjadi luka yaitu cenderung lama sembuh. Ini dapat jadi beberapa gejala lain dari kurang darah pada ibu hamil. Bila gejala-gejala tersebut diabadikan atau tak mendapat penangan nan serius dari petugas medis, kurang darah ini dapat menyebabkan keguguran, pendarahan hebat pada saat melahirkan, bayi lahir prematur dan akan ada masalah pada saat melahirkan dimana kontraksi dinding rahim tak maksimal sehingga dengan sendirinya daya dorongnya pun akan sangat berkurang.

Anemia pada ibu hamil dalam kondisi berat dengan angka haemoglobin 4 gram prosen, dapat terjadi kematian bayi di dalam kandungan atau justru lahir prematur dengan membawa stigma bawaan.



Jenis-jenis Kurang darah Pada Ibu Hamil dan Penanganannya

Ada beberapa kategori kurang darah nan terjadi pada ibu hamil. Salah satu diantaranya ialah kurang darah defisiensi besi. Kurang darah jenis ini ialah terjadi kekurangan zat besi di dalam darah pada ibu hamil. Ada beberapa pilihan penanganan penyakit kurang darah defisiensi besi ini yaitu dengan terapi oral.

Terapi berkaitan dengan mulut ialah dengan memberikan asupan secara langsung fero glukonat, fero sulfat dan natrium feo bisirat sebanyak 60 mg per hari. Pemberian preparat besi sebanyak ini dalam satu bulan dapat menaikkan kadar HB sebanyak 1 gram prosen.

Menangani kurang darah defisiensi besi juga dapat dengan terapi parenteral yaitu dengan memberikan ferum dextran 20 mg bisa meningkatkan kadar haemoglobin sebanyak 2 gram prosen. Pemberian terapi parenteral dilakukan apabila ibu hamil tua, ada masalah di dalam saluran pencernaan atau ada masalah dengan penyerapan zat makanan.

Jenis kedua anemia pada ibu hamil ialah kurang darah megaloblastik. Kondisi kurang darah ini sebab penderita kekurangan asam folik, tapi dalam beberapa kasus dapat juga terjadi kurang darah megaloblastik dampak kekurangan vitamin B12.

Menangani penyakit kurang darah megaloblastik ini dapat dengan beberapa cara yaitu memberikan asam folik sebanyak maksimal 30 mg per hari, sulfas ferosus sebanyak 3 x 1 tablet per hari, pemberian vitamin B12 sebanyak 3 x 1 tablet per hari dan bila kurang darah megaloblastik ini sudah dalam termin berat sehingga pemberian obat per berkaitan dengan mulut terlihat lamban, mau tak mau harus ditempuh dengan cara memberikan transfusi darah.

Anemia hemolitik termasuk juga penyakit kurang darah nan sering diderita ibu hamil. Kurang darah hemolitik terjadi apabila di dalam tubuh ibu hamil proses pembentukan sel darah merah lebih cepat dibanding dengan pembuatannya, sehingga terjadi deposit sel darah merah.

Beberapa gejala khas penderita kurang darah hemolitik ialah lelah dan lemah secara terus-menerus, terjadi kelainan pada organ vital serta apabila diperiksa darahnya terlihat ada kelainan. Menangani penyakit kurang darah hemolitik ini sangat tergantung kepada taraf penyakit dan penyebab timbulnya kurang darah hemolitik ini.

Apabila penghancuran sel darah merah lebih cepat dibanding dengan pembentukannya sebab terjadinya infeksi, infeksi inilah nan harus disembuhkan. Penderita kurang darah hemolitik ada nan dapat sembuh hanya dengan diberikan obat penambah darah, namun pada kasus eksklusif tak menunjukkan hasil nan positif. Bila kondisinya seperti itu, transfuse darah bisa membantu penderita.

Jenis kurang darah lainnya nan juga sering diderita ibu hamil ialah kurang darah hipoplastik. Penyebab dari kurang darah hipoplastik ialah sebab ada gangguan pada sumsum tulang, sehingga buat memastikan penyakit ini dan memberikan penanganannya memerlukan inspeksi fungsi eksternal, inspeksi retikulosi dan inspeksi darah tepi secara lengkap.

Melihat beberapa jenis kurang darah pada ibu hamil dan dampak nan menyertainya, para medis senantiasa menganggap anemia pada ibu hamil sebagai kondisi gawat darurat, terutama apabila penyakit ini menyerang pada usia kehamilan trimester pertama.

Apabila kurang darah nan menyerang saat usia kehamilan trimester pertama ini, dapat menyebabkan keguguran, kelainan congenital dan lahir prematur. Sementara bila kurang darah menyerang ibu hamil saat usia kehamilan trimester kedua, akan menyebabkan prematur, pendarahan, gangguan pertumbuhan janin bahkan dapat menyebabkan kematian.

Menangani kurang darah pada perempuan sedang hamil selain dengan memberikan obat-obat eksklusif tergantung pada jenis anemianya, juga dapat dilakukan dengan melakukan diet nan terkontrol di bawah supervisi tenaga medis.

Pada program diet terkontrol ini kepada ibu hamil dapat diberikan makanan nan bersumber dari hewan, sayuran berwarna hijau tua atau beberapa jenis kacang-kacangan. Selain itu kepada ibu hamil dapat pula diberikan TTD atau Tablet Tambah Darah selama 90 hari nan mengandung 200 mg ferrosulfat.

Namun perlu diperhatikan sebab pemberian TTD ini pada orang eksklusif akan menyebabkan muntah, diare dan sulit buang air besar. Karena itu bila merasakan ada gejala nan mengarah kepada terserang anemia, ibu hamil harus segera menghubungi tim medis agar diberi penanganan nan cepat dan sinkron dengan kondisi pasien.