Pembangunan Nasional buat Kesejahteraan Rakyat
Hai rakyat...! Apa kabarmu? Bagaimana pembangunan nasional menyentuhmu. Apakah seperti pangeran perkasa nan berjuang menyelamatkanmu dari ancaman mara bahaya? Atau selembut bidadari nan keibuan penuh kasih, memberimu mimpi latif nan kamu harapkan? Rakyat tak menjawab, sebab rupanya mereka tak mengenal apa itu pembangunan nasional. Yang mereka tahu hanyalah hayati di suatu loka dan merasa cukup sah dan absah sudah punya KTP. Itu saja.
Kehidupan bagi rakyat ialah murni kehidupan, bersaing cari makan, berusaha dengan keras, dan mengaturnya supaya cukup. Soal pembangunan nasional rasanya gak mereka kenal. Apa manfaatnya, nan di bisa apa, juga gak pernah tahu. Nyatanya mereka lapar kalau tak berebut dengan usaha sendiri sekeras-kerasnya. Pernah tahu sih soal adanya bantuan, tapi mereka gak jelas juga, apalagi menikmati. Jangan berharap mereka mendengar kata pembangunan nasional dan kemudian berterimakasih padanya. Tak ada.
Kalau negara itu ada. Dan mungkin negara itu seperti rumah, maka rakyat hayati seperti perantau. Mereka tak merasa tinggal di kediaman nan terlindung. Apakah kemudian kita masih ngotot berkata adanya pembangunan nasional? Bagi kehidupan para perantau, apa nan dimakan diupayakan sendiri. Soal keselamatan harus dijaga sendiri. Mau kesejahteraan ya harus membangun kesejahteraan sendiri. Segalanya ada di pundak sendiri, baginya negara ya cuma itu tadi, KTP.
Menjadi musafir di negeri sendiri, itulah nasib mereka. Pembangunan secara nasional hanyalah omongan nan tak nyata, karenanya tak terasa adanya. Tanah air ini, memang punya mereka, tetapi telah dikuasai oleh penguasa nan tak mempedulikan nasib mereka. Dulu penjajah diusir, sebab mereka orang asing, tetapi sulit buat mengusir penjajah nan sekarang berkuasa sebab penjajahnya sudah bukan orang asing lagi. Hak mereka telah dirampas oleh sekelompok golongan bangsa sendiri.
Pembangunan Nasional - Oleh Siapa buat Siapa?
Itulah citra konkret tentang nasib rakyat dan pembangunan nasioanal kita. Sekarang saatnya kita bertanya, pembangunan nan kita inginkan bersama ini, akan kita harapkan dari mana. Siapa nan akan melakukan pembangunan nasioanal. Sistem pemerintahan nan kita punya hanya buat berebut kekuasaan demi kepentingan golongan saja. Tidak salah, setiap lima tuhun sekali, dimana ada golongan nan kuat muncul, berbondong-bondong para politikus (politikus=macam-macam tikus/tikus nan banyak) berebut bagian di situ.
Apa mereka mau bergilir kerja buat pembangunan nasioanal? Bukan, mereka mau ikut menikmati kue. Karena pembangunan nasional sudah disebut sebagai kue kekuasaan. Bagi-bagi kue di golongan sendiri, sehingga rakyat gigit jari sebab tak kebagian. Kampanye dan pencitraan menghabiskan ratusan milyard tak masalah, hitung-hitung biaya promosi layaknya perusahaan nan sedang lunching produk baru. Toh akan bisa kemabali dengan untung berlipat-liapat kalau sudah kekuasaan terpegang tangan.
Untuk jadi pejabat rendahan caranya begitu, buat jadi pejabat menengah juga, apa lagi buat pucuk-pucuk kekuasaan. Pemilu langsung bukan alat penegakan kedaulatan rakyat, tetapi alat baru buat menjajah secara sah. Untuk menguasai dengan permisi, maka semuanya menjadi sah termasuk kesalahan nan legal. Semua ini telah dirancang dalam suatu sistem. Oleh sebab rakyat tak kebagian suara ketika harus berani menentukan nasibnya, maka cukup dibeli dengan selembar amplop tipis buat menjual tanah airnya pada mereka.
Apakah kita masih berharap ada nan peduli dengan pembangunan nasional ? Lalu, kepada siapa kita berharap? Mereka nan berkuasa pekerjaannya cuma mereka-reka proyek buat berbagi aturan secara terencana. Bukan buat kepentingan negara dan rakyat seperti nan sering disuarakannya. Banyak tikus (politikus) tadi tak mau kehilangan kesempatan buat mengeruk kekayaan sebab waktunya terbatas hanya "aji mumpung" dalam lima tahun saja.
Apakah kita akan berharap pembangunan nasional dari mereka? Tak ada. Lalu apa nan mereka katakan sebagai pembanguanan nasional, seperti membangun fasilitas serta membangun wahana dan prasarana hidup. Tidak sempat, sebab mereka sendiri sudah ribut dengan jatahnya masing-masing. Sehingga kalau mereka membuat sebuah proyek, itu bukan buat rakyat, tetapi buat kepentingan mereka sendiri. Ada planning pengayaan diri dan golongan di dalamnya. Sehingga pembangunan nasional ialah pembangunan oleh penguasa buat penguasa.
Pembangunan Nasional - Pembangunan buat Jiwa dan Badan
Masih ingat kapan negara ini berdiri? Ya, persis 18 Agustus 1945. Itu sudah lama sekali rasanya. Sudah 67 tahun lamanya. Tetapi rakyat sepakat, kita belum merdeka. Mari kita renungkan bersama, dimana kesalahan kita. Para pendiri bangsa pioner negara, mereka telah susah payah berjuang. Bukan sekedar pencitraan, berjuang! Mereka telah berkorban segala apa nan mereka punya, bukan buat kepentingan golongan, apa lagi hanya buat kepentingan pribadi sendiri.
Sesungguhnya, kita telah mewarisi negara ini dari mereka, sehingga menjadi penerus mereka nan seharusnya kita lakukan. Bukan menghianati pengorbanan besar mereka. Bapak-bapak kita itu telah merumuskan jalannya negara ini. Dan soal pembangunan mereka sepakat dan bertekat buat membangun bangsa dengan pembangunan nasional nan bertumpu pada pembangunan jiwa dan pembangunan bada.
Mereka lantang menggelorakan pembanguanan nasional itu dengan nyanyian Indonesia Raya. "Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya buat Indonesia Raya", begitu semangat dan asa mereka. Dan kita semua sekarang ini ialah pewaris mereka, penerus cita-cita mereka, tetapi kita melupakan. Jangankan buat membangun badan membangun jiwa saja tak ada. Padahal lagu tadi mengamanatkan, bangunlah jiwanya, setelah itu bangunlah badannya.
Pembangunan nasional dalam visi mereka sangat jelas dan sebenarnya sangat sederhana. Pembangunan nasioanal bagi mereka seperti membangun manusia nan utuh. Manusia nan terdiri dari jiwa dan badan. Manusia nan utuh itulah paras perkasa Indonesia kita. Manusia nan waras, sehat jiwa dan sehat badannya. Itulah visi nan mereka embankan kepada kita-kita para penerusnya. Tetapi ternyata justru kemerosotan jiwa nan parah nan sedang kita alami sekarang ini.
Pembangunan nasional berarti bangun secara nasioanal, bangun bersama-sama. Bangkit dan berdiri tegak sebagai manusia Indonesia nan utuh, sehat jiwa dan badannya. Kemunduran nan sedang kita alami sekarang terbukti sebagai dampak tak amanahnya kita terhadap wasiat para pendahulu kita. Negara ini tak mempedulikan jiwa, abai terhadap pembangunan jiwa. Negara sakit jiwa, jadinya. Negara nan mengabaikan ruhnya sendiri, seperti orang gila nan tak peduli pada nyawanya.
Pancasila ialah ruh, jiwa bangsa Indonesia. Pembangunan nasioanal di bidang ini ada di pundak negara. Semestinya hal nan sangat krusial ini menjadi prioritas. Sebagaimana para pendiri negara meletakkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama. Sila nan utama. Sila tertinggi. Soal mental dan moral ialah soal primer dan perkara hayati nan tertinggi, ternyata terabaikan. Sebagai akibatnya, kita kehilangan moral, kehilangan akal sehat nan membuahkan sifat terpuji.
Rasa malu berubah memalukan, tenggang rasa menjadi tega rasa, dan gotong royong nan disebutkan sebagai wata'awanu alal birri wataqwa dalam Al qur'an berubah menjadi golong-golong. Semua itu sebab pembangunan mental nasioanal diabaikan. Barangkali telah diingatkan oleh Tuhan dengan berbagai macam kesulitan nan sedang kita hadapi. Semoga kita segera dapat mengubah kesalahan ini. Bertaubat dan kembali kepada amanah para pahlawan. Semoga saja.
Semoga uneg-uneg pembangunan nasioanal ini membawa berkah dan kegunaan buat kita semua. siapapun kita, kita ialah bagian dari pembangunan nasional. Selagi masih ada waktu, mari berbakti, mari mengabdi pada negeri. Miliki sikap peduli, tidak tidak perlu tanya kita siapa. Yang jelas, kita ialah bagian dari keluarga besar bangsa Indonesia. Sekian dulu, tulisan ini bukan buat menyakiti, tetapi hanya buat berbagi demi terwujudnya pembanguanan nasional Indonesia nan kita cintai.
Pembangunan Nasional buat Kesejahteraan Rakyat
Pembangunan nasional merupakan rangkaian berkesinambungan nan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara buat melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional nan termaktub dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban global nan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pembangunan nasional dilaksanakan secara berencana, menyeruluh, terpadu, terarah, bertahap dan berkelanjutan. Semua aplikasi tersebut dilaksanakan buat memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan nan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain nan telah terlebih dahulu maju.
Pembangunan nasional ialah pembangunan dari, oleh, dan buat rakyat. Seluruh kegiatan di dalamnya harus meliputi segenap aspek kehidupan berbangsa seperti aspek politik, aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek pertahanan keamanan. Seluruh aspek tersebut senantiasa harus mewujudkan wawasan Nusantara dan mengukuhkan ketahanan nasional, nan diselenggarakan dengan membangun bidang-bidang pembangunan nan selaras terhadap target jangka panjang nan ingin diwujudkan.
Pembangunan nasional merupakan cerminan kehendak buat terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia nan adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara nan maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.
Pembangunan nasional diarahkan buat mencapai kemajuan dan kesejahteraan lahir dan batin. Termasuk terpenuhinya rasa aman, rasa tentram dan rasa keadilan serta kebebasan mengeluarkan pendapat nan bertanggung jawab bagi seluruh rakyat. Pembangunan nasional menghendaki keselarasan interaksi antara manusia dengan Tuhannya, antara sesama manusia serta antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya.
Akhlak Sebagai Pondasi Primer dalam Pembangunan Nasional
Dalam pembangunan nasional, akhlak menjadi pondasi primer dikarenakan pengaruhnya nan langsung terhadap individu nan mencakup seluruh kegiatan dalam setiap aspek kehidupannya. Akhlak ialah nilai-nilai dasar nan membimbing seseorang dalam berperilaku. Seorang dikatakan berakhlak atau bermoral, apabila perilakunya mengikuti kaidah-kaidah kehidupan nan dikehendaki atau dibenarkan oleh agama, masyarakat, dan hati nuraninya.
Kaidah-kaidah kehidupan itu berisi tuntunan atau petunjuk mengenai baik dan buruk. Karena perjalanan kehidupan pada dasarnya merupakan rangkaian pilihan nan sambung-menyambung, tak henti-hentinya, maka akhlak menunjukkan pilihan-pilihan nan baik dalam berperilaku dan menempuh kehidupan.
Oleh sebab itu, seseorang dikatakan berakhlak apabila perilakunya baik, yakni tak bertentangan dengan norma-norma nan dipandang baik oleh masyarakat. Norma-norma masyarakat itu sendiri dibentuk oleh keyakinan nan dianut oleh masyarakat loka seseorang menjadi anggotanya.
Bagi masyarakat beragama, ajaran-ajaran agama ialah nilai-nilai nan paling hakiki nan membentuk norma-norma masyarakat itu. Bagi umat beragama akhlak ialah cerminan dari pengejawantahan keimanan.
Jadi, akhlak memiliki peranan nan krusial dalam pembangunan nasional. Posisinya sebagai nilai dasar seseorang dalam berperilaku mengenal kepada kebaikan dan selanjutnya akan terus diimplementasikan pada pembangunan nasional nan sedang dijalankan.
Dalam kaitan akhlak dengan pembangunan nasional, pertanyaan nan segera muncul adalah, pembangunan nan bagaimana nan berakhlak? Pembangunan pada umumnya diarahkan buat memperbaiki keadaan sehingga bisa dikatakan sebagai perbuatan kebaikan. Namun, sejarah menunjukkan tak senantiasa demikian kenyataannya. Pembangunan bisa merupakan perbuatan nan tak baik, apabila hal-hal berikut nan terjadi.
Pertama, jika ditujukan buat kepentingan pembangunan nasional pada suatu kelompok dengan mengorbankan nan lain. Contohnya, pembangunan kembali Jerman dari reruntuhan perang global pertama, dengan menempatkan kelompok etnisnya di atas nan lain.
Kedua, apabila pembangunan nasional hanya menguntungkan sebagian orang, tetapi tak bermanfaat bagi banyak nan lain. Contohnya, banyak pembangunan di negara berkembang nan mengakibatkan kemajuan hanya bagi kelompok atau lapisan eksklusif nan sedikit jumlahnya, sedangkan nan lainnya tak berkesempatan buat turut serta atau menikmatinya. Pembangunan nan demikian acapkali menghasilkan atau mengabadikan kemiskinan bagi lapisan rakyat nan terbanyak.
Ketiga, apabila pembangunan nasional dijalankan dengan menggunakan cara nan tak benar, tak baik, atau tak halal. Pembangunan nasional nan menghalalkan segala cara bukan pembangunan nan sahih dari tinjauan akhlak.
Keempat, pembangunan nasional nan hanya mengejar kebutuhan lahiriah dan mengabaikan sisi rohaniah manusia sebagai makhluk nan utuh. Pembangunan nan demikian menghasilkan manusia nan materialistis, nan segala perbuatannya hanyalah buat kepuasan di global ini saja.
Kelima, pembangunan nasional nan merusak alam dan lingkungan. Manusia sebagai khalifah di muka bumi, memikul tanggung jawab buat memelihara lingkungan hidupnya, baik lingkungan sosial maupun alam. Merusak alam sekarang berarti menyengsarakan generasi mendatang.
Keenam, pembangunan nasional nan dijalankan dengan tak memperhatikan nilai humanisme pada umumnya. Misalnya, pembangunan melalui penjajahan dan penindasan.
Akhlak atau moral selalu sejalan dengan fitrah kemanusiaan. Karena itu, pembangunan nasional nan bermoral ialah pembangunan nan tak bertentangan dengan nilai-nilai dasar nan fitrah.
Pembangunan Nasional Menurut Paham Bangsa Indonesia
Sebagaimana bangsa-bangsa lainnya di seluruh dunia, bangsa Indonesia memiliki paham sendiri terhadap pembangunan nasional menurut perspektif wawasan nusantaranya. Paham inilah nan mendasari akan seluruh taktik nan dirancang dalam aplikasi pembangunan nasional tersebut. Dasar pembanguan nasional ialah prinsip pokok nan harus diterapkan dan dipegang teguh dalam perencanaan dan aplikasi pembangunan nasional.
Wawasan nusantara ialah wawasan nan digunakan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional buat mencapai tujuan pembangunan nasional. Wawasan nusantara merupakan wawasan nan bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Hal ini merupakan cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Penyelenggaraan pembangunan nasional mengacu pada kaidah penuntun nan merupakan panduan bagi penentuan kebijaksanaan pembangunan nasional agar senantiasa sinkron dengan landasan, makna, dan hakikat, asas, wawasan dan tujuannya nan merupakan pengamalan silaPancasila secara harmonis dan dalam kesatuannya nan utuh.
Pokok nan paling fundamental dalam falsafah pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah bahwa pembangunan ialah pengamalan Pancasila. Oleh sebab itu, GBHN menyatakan bahwa holistik semangat arah dan mobilitas pembangunan dilaksanakan sebagai pengamalan semua sila Pancasila secara harmonis dan sebagai kesatuan nan utuh.
Berdasarkan pokok pikiran tersebut, pembangunan nasional dalam pengertian bangsa Indonesia pada hakekatnya pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan panduan pembangunan nasional.
Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak buat monoton meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara nan maju dan demokratis berdasarkan Pancasila. Pembangunan nasional diarahkan buat mencapai kemajuan dan kesejahteraan lahir dan batin, termasuk terpenuhinya rasa aman, rasa tenteram, dan rasa keadilan.
Dalam aplikasi pembangunan nasional menurut pokok-pokok pikiran di atas, ada sembilan asas pembangunan nan harus diterapkan dan dipegang teguh seperti nan diamanatkan GBHN 1993. Asas-asas tersebut mencerminkan kaidah-kaidah nan paling pokok nan membentuk moral pembangunan bangsa Indonesia.
Asas-asas tersebut antara lain (1) asas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) asas manfaat; (3) asas demokrasi Pancasila; (4) asas adil dan merata; (5) asas keseimbangan; (6) asas hukum; (7) asas kemandirian; (8) asas kejuangan; dan (9) asas ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di urutan paling atas, ditempatkan asas keimanan dan ketakwaan. Dengan asas ini, bangsa Indonesia menyatakan bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional harus dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur nan menjadi landasan spiritual, moral dan etis dalam rangka pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
Nilai-nilai dasar tersebut menunjukkan tabiat pembangunan nan dikehendaki dalam melaksanakan pembangunan nasional.