Dari Unyil hingga ke Upin Ipin
Indonesia dan Malaysia ialah negara bertetangga. Kedekatan geografis itu bukan hanya dapat dilihat dari kemiripan fisik kedua bangsa, namun budaya dan adat istiadat pun hampir serupa. Diikat pula oleh kesamaan: sejarah Melayu. Sejarah Melayu nan mengingat kedua bangsa ini semestinya menjadi ikatan nan sangat kuat, sebab sama-sama hayati dalam kultur nan sama. Akan tetapi, mengapa interaksi antara kedua negara serumpun ini bagaikan lakon sebuah film kartun, Tom and Jerry? Kadang begitu mesra. Di lain waktu, keduanya terlibat konkurensi nan memanaskan emosi.
Sejarah Melayu Ikatan Yang Kuat
Sejarah Melayu nan melahirkan karakter orang Melayu, nan sama-sama menurun kepada bangsa Malaysia dan Indonesia, memang di satu pihak sangat menguntungkan sebab banyaknya kesamaan. Namun dalam kehidupan sehari-hari dan hayati sebagai bangsa serumpun nan bertetangga, juga menjadi sumber gesekan nan dapat memicu konflik. Ini juga sebab memiliki karakter nan sama, melahirkan tabiat nan sama dan adat Norma nan sama. Karena banyak memiliki kecenderungan itulah apabila ada perbedaan, akan muncul karakter nan sama pula. Sahih kata peribahasa bahwa gelas itu akan berbenturan dengan gelas juga bukan dengan nampan. Artinya bahwa nan memiliki karakter dan tabiat nan sama itu juga tak agunan akan selamanya mesra, seiring dan sejalan. Apalagi dalam konteks bangsa dan negara, nan masing-masing memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Inilah nan tidak mampu disatukan sekalipun terikat oleh sejarah Melayu nan sama.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang sejarah Melayu ini, dapat dicermati sejarah Melayu sebagai ras nan memayungi bangsa Indonesia dan Malaysia ini. Kecenderungan paling fundamental di antara perbedaan-perbedaan nan sering menjadi alasan buat bersitegang.
Asal Muasal Ras Melayu
Dari berapa literatur nan ada, disebutkan bahwa ras Melayu (Malay) berasal dari daerah Yunnan (sekarang merupakan provinsi di bagian barat daya RRC) sejak 170 juta tahun lalu. Ras ini merupakan cabang dari ras Mongoloid. Sehingga, dapat dimaklumi jika rona kulit orang Melayu sekarang rata-rata berwarna kuning gading. Tak jauh berbeda dengan rona kulit saudara jauh mereka (ras Mongoloid) nan berwarna putih. Tapi bagaimana asal muasalnya dari Yunnan sampai ke Asia Tenggara ? Ini tidak lain sebab adanya migrasi besar-besar pada jaman Purba dulu.
Melayu Proto (Melayu asli), nama nan disematkan buat mereka nan pada 10.000 tahun lalu melakukan migrasi (perpindahan). Melalui Sungai Mekong, para leluhur orang Melayu ini menelusuri genre sungai (wilayah Cina, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, dan Vietnam) hingga ke bahari lepas (Laut Cina Selatan) menuju ke kepulauan Nusantara (Indonesia). Dari jalur inilah kenapa Melayu Proto nan asalnya dari bagian barat daya RRC kemudian dapat sampai ke wilayah nusantara. Jalur perpindahan penduduk nan telah terjadi 10.000 tahun lalu inilah nan paling dapat dipercaya, kenapa di nusantara muncul Ras Melayu. Tapi apakah di nusantara waktu itu belum berpenduduk ? Apakah di nusantara tak ada suku orisinil ? Inilah nan menarik buat ditelusuri.
Dari beberapa sumber nan ada, Ras Melayu Proto kemudian bermukim di setiap daerah nan mereka lalui. Terutama, di daerah semenanjung Malaya (wilayah Malaysia dan Singapura) dan Indonesia (sebagian besar Pulau Sumatera dan sebagian Pulau Kalimantan). Dengan demikian Ras Melayu Proto ini juga ada di kawasan Asia Tenggara lainnya. Hanya saja lingkungan nan berbeda, membentuk karakter nan berbeda.
Di kawasan nusantara terutama di wilayah nan telah disebutkan di awal, orang Melayu Proto itu kemudian berbaur dengan penduduk orisinil (ras Australasia dan Negrito). Dari persinggungan ini kemudian ras Melayu Proto mulai memperkenalkan teknik menanam padi buat dibuat nasi, menularkan kemahiran menangkap ikan, menggunakan rumpun bahasa nan sama (Austronesia), serta berkomunikasi sesama mereka dengan menggunakan corak bahasa Melayu (bahasa Melayu Pasar). Tentu saja persinggungan antara ras Negrito, ras Melayu Proto dan ras Australasia itu melahirkan corak dan karakter baru tergantung seberapa jauh persinggungan itu terjadi.
Di kemudian hari, literatur-literatur Eropa menyebut wilayah kepulauan antara benua Asia dan Australia ini sebagai Malay Archipelago ("Kepulauan Melayu"). Dan, Melayu Proto pun dikenal sebagai nenek moyang bangsa Indonesia dan Malaysia.
Itulah sekelumit sejarah Melayu nan mengkaribkan antara bangsa Indonesia dengan Malaysia. Sejarah Melayu nan melahirkan karakter dan tabiat nan sama, sekalipun sebab terikat oleh berbagai kepentingan bangsa dan negara nan berbeda, berbeda pula dalam cara pandang dan cara menyelesaikan masalah.
Dari Unyil hingga ke Upin Ipin
Siapa tidak kenal tokoh Unyil? Pada dasa warsa 80-an, ia seakan menjadi totonan wajib anak-anak Indonesia. Atau, tokoh sepasang anak gundul (Upin Ipin)? Bukan hanya tenar di negerinya (Malaysia), tetapi juga merambah jadi idola anak-anak maupun orang dewasa di Indonesia saat ini. Karakter nan kuat dari tokoh fitnah ini sangat digemari di kedua negara bertetangga ini sebab menyirakatkan akar sejarah nan sama yaitu sejarah Melayu.
Antara Unyil dan Upin Ipin, kedua tokoh fiktif berbeda masa dan tempat, namun tetap terasa sama dan menyiratkan budaya Melayu nan kental. Budaya nan menautkan kedua bangsa, Indonesia dan Malaysia nan lahir dari sejarah Melayu nan sama. Kedua tokoh fitnah itu menjadi prototype orang Melayu nan ideal, sehingga sangat cocok dijadikan pemersatu kedua bangsa ini agar senantiasa tak lupa kacang pada kulitnya. Hal inilah sebenarnya nan harus dijadikan kunci ketika menyelesaikan ketegangan diantara keduanya, yaitu pendekatan kultural dan historis. Apabila dengan bijak menemukan kecenderungan dari akar nan sama ini, maka diharapkan akan menghasilkan pendekatan-pendekatan nan sama dan tak hanya mengandalkan pada konsep kalah atau menang. Juga tak semata-mata hanya memikirkan masalah kepentingan-kepentingan. Kalau masalah kepentingan nan dikedepankan, maka nan terjadi ialah menemukan disparitas dan bukan menemukan kesamaan. Padahal semestinya menemukan kecenderungan jauh lebih gampang daripada mencari perbedaan, mengingat kedua bangsa ini lahir dari sejarah nan sama yaitu sejarah Melayu.
Kembali kepada kedua tokoh kreasi tadi. Cermatilah bagaimana busana nan dipakai oleh Unyil. Anak desa bersahaja tersebut, ke mana-mana mengenakan sarung dan pakaian lengan panjang (baju koko) berwarna merah cerah. Sandang stereotip bangsa Melayu, nan menjadi bagian dari sejarah Melayu.
Begitu pun kedua tokoh kartun dari negeri serumpun (Malaysia), Upin Ipin. Bukan hanya kental dengan adat istiadat Melayu dan bahasa Melayu Pasar nan digunakan, Upin Ipin pun kerap menggunakan Baju Kurung Teluk Belanga. Baju khas orang Melayu Johor, nan juga biasa dipakai oleh masyarakat Melayu di Jambi, Riau, Palembang, dan kawasan pesisir Kalimantan Barat. Ini semakin menyiratkan tentang kecenderungan sejarah antara kedua bangsa ini yaitu lahir dari sejarah Melayu.
Perilaku dan keseharian mereka pun hampir serupa. Keluguan khas anak kecil dengan keseharian nan mengajarkan nilai-nilai ideal kehidupan. Yaitu, kejujuran, getol menolong, ramah, hormat kepada orang tua, menyayangi nan lebih muda, hemat, setia kawan, dan terutama, mencintai perdamaian. Tabiat dan karakter nan sama, nan lahir dari sejarah nan sama yaitu sejarah Melayu.
Kiranya, kita harus lebih banyak belajar lagi kepada Unyil dan Upin Ipin. Belajar buat melihat kecenderungan akar sejarah yaitu sejarah Melayu. Belajar buat mencintai persahabatan dan mengutamakan perdamaian, daripada sekadar egosentris kebangsaan nan sempit.