Aku nan Berfikir

Aku nan Berfikir

Cara berfikir filosofis merupakan metode filsafat nan dikebangkan sebagian besar filsuf buat memperoleh pengetahuan hingga sampai pada termin kebenaran. Dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya kita sering berfikir secara filosofis, namun terkadang kita tak menyadari bahwa apa nan kita lakukan merupakan termin filosofis nan biasa digunakan oleh filsuf.

Di antara sekian banyak metode filsafat, muncul genre skeptisisme nan mencoba menemukan sebuah kebenaran dengan cara meragukannya terlebih dahulu. Metode ini kemudian lebih dikembangkan dan menjadi sistematis di tangan Rene Descartes.



Tahap Keraguan

Bagi orang nan sering melakukan refleksi, keraguan seringkali terjadi saat mereka berhadapan dengan persoalan-persoalan kehidupan. Menurut cerita nan berkembang, pertanyaan itu pernah diajukan Descartes ketika ia mempertanyakan mana nan lebih konkret antara mimpi dengan kehidupan nan kita jalani sekarang.

Memang, ketika kita sedang bermimpi, seringkali mimpi itu muncul secara konkret dan fisik kita merasakan dampak-dampak nan ditimbulkannya. Kasus lain kita temui bagi orang nan pernah mengalami de javu. Dalam kenyataan itu, kita menemukan bahwa ada suatu empiris nan kita pernah lewati dan empiris itu berada di hadapan kita senyata empiris nan sedang kita alami sekarang.

Dalam pemahaman keagamaan, seringkali kita menemukan argumen teologis bahwa kehidupan akhirat lebih baik dari kehidupan dunia, bahkan kita pun dapat bertanya mana nan lebih konkret antara kehidupan duniawai dengan kehidupan akhirat. Proses pertanyaan ini terus berlangsung dalam alam pikiran manusia seolah sedang terjadi obrolan dan pertentangan.

Keraguan sendiri ialah keadaan seimbang antara penegasan (affirmasi) dan pengingkaran (negasi). Dalam kehidupan sehari-hari, keraguan lebih sering ditemui saat kita akan mengambil sebuah keputusan. Walaupun praktik nan dilakukan filsuf dengan kita berbeda, namun pengambilan keputusan itu pada dasarnya berada pada level nan sama sebagai suatu jalan dalam menemukan kebenaran-kebenaran sebuah putusan.

Descartes mengembangkan metode filsafat keraguan ini dengan tahap-tahap rinci nan dapat kita lewati. Oleh sebab itu, metode nan dikembangkan Descartes ini biasa disebut juga sebagai skeptik-metodik, artinya keraguan nan didasarkan atas suatu metode sistematis buat sampai pada kebenaran.

Metode itu dimulai melalui beberapa tahapan, di antanya:

  1. mulai meragukan segala sesuatu nan selama ini diterima sebagai suatu kebenaran,
  2. mengklasifikasikan persoalan dari hal nan sederhana hingga hal nan rumit,
  3. melakukan pemecahan masalah dari hal nan rumit hingga hal nan paling rumit, dan
  4. memerikasa kembali secara menyeluruh barangkali masih ada hal-hal nan masih tersisa atau terabaikan.


Aku nan Berfikir

Aku menjadi subjek nan berkuasa dalam filsafat keraguan. Ungkapan Decartes, cogito ergo sum , menempatkan saya nan tak bisa terelakan dalam proses panjang berfikir.

Menurut cerita nan berkembang, ungkapan ini muncul ketika Descartes memikirkan tentang keraguan –di atas. Ia kemudian berbaring di loka tidurnya dan sampai pada keyakinan dan kesadaran ( insight ) bahwa nan tak bisa diragukan sama sekali ialah saya nan berfikir.

Berfikir ialah sebuah proses pencarian nan bergerak. Sebagai sebuah objek, tentu ia membutuhkan subjek loka di mana kegiatan befikir itu bejalan. Dan tentu, kegiatan berpikir itu berjalan dalam diri manusia (aku). Karenanya tak bisa dilakukan bahwa ketika proses berfikir itu berjalan, subjek saya harus selalu ada.

Cogito ergo sum menjadi kebenaran nan terbukti (jelas) dengan sendirinya ( self-evident ) atau merupakan aksioma nan darinya Descartes mengembangkan suatu klarifikasi atas filsafat rasionalismenya.