Menjaga Mata Uang Negara

Menjaga Mata Uang Negara

Mata uang rupiah memiliki sejarah nan panjang sebelumnya. Jika kita saat ini hanya mengenal rupiah sebagai mata uang negara Indonesia nan sah, sebenarnya ada cerita di balik mata uang ini. Rupiah dari tahun ke tahun memang mengalami banyak perubahan.

Tidak hanya berputar pada taraf inflasi dan kestabilannya. Namun juga penampilan fisiknya menarik buat diikuti dari tahun ke tahun. Selain itu, beberapa peristiwa nan ikut dengannya pun sangat krusial buat ditelaah lebih lanjut.



Masa Awal Mata Uang Negara Indonesia

Awalnya, mata uang rupiah dicetak pertama kali pada tanggal 2 November di tahun 1949. Saat itulah rupiah ditetapkan oleh pemerintah sebagai alat pembayaran dalam negeri nan sah.

Asal kata rupiah sebenarnya diambil dari bahasa India, yaitu rupee. Rupee sebenarnya merupakan mata uang India. Sebelumnya, Indonesia memang menggunakan mata uang lainnya, yaitu gulden.

Gulden sendiri merupakan mata uang dari negara kolonial Belanda. Selama 4 abad, yaitu sekitar tahun 1610 sampai 1816, Indonesia dengan setia menggunakan mata uang dari negara kincir angin ini dampak penjajahan.

Rupiah kali pertama dikenalkan dengan resmi ketika terjadinya pendudukan oleh Jepang. Saat itu bertepatan dengan masa Perang Global II nan melibatkan beberapa negara.

Termasuk Jepang nan kemudian menginvasi Indonesia. Namun, saat itu mata uang negara kita sukses dikenalkan walaupun dengan nama rupiah Hindia Belanda.

Bagi beberapa prajurit, nama ini memang terdengar konyol. Sebab, penyebutan Hindia Belanda, berarti masih mengakui bahwa Belanda masih menguasai Indonesia. Namun, penyebutan rupiah Hindia Belanda ini memang pilihan dari Jepang.

Ketika peperangan berakhir, akhirnya Javaans Bank (nantinya akan berubah menjadi Bank Indonesia) meresmikan mata uang rupiah Jawa sebagai alat pembayaran nan baru dan resmi.

Namun, masih ada mata uang-mata uang nan lainnya berlaku di negeri ini. Misalnya ialah mata uang gulden NICA nan dibawa oleh pasukan Sekutu, juga mata uang beberapa negara lainnya.

Rupiah ialah mata uang Indonesia nan memiliki sejarah panjang. Namun saat itu, rupiah sedang berada dalam inflasi nan tinggi. Ekonomi Indonesia saat itu memang sedang carut marut, dan belum tertata dengan baik. Sehingga rupiah tak dapat menguatkan mata uang dengan baik.

Terjadi kekacauan ekonomi saat adanya perpindahan kekuasaan antara Belanda, kemudian Jepang, hingga ke Indonesia. Negara nan sedang terpuruk, dan banyak pergolakan di sana sini menyebabkan mata uang ini semakin lama semakin mengalami inflasi nan tajam.

Selain itu, NICA juga mulai kembali ikut campur dalam mengatur ekonomi Indonesia. Sebagai contoh, NICA menggunakan mata uangnya buat membiayai operasi AFNEI. Sehingga terjadi sedikit kekacauan di sana sini.

AFNEI sendiri mengintervensi Indonesia dengan membiayai operasi militer. Hal ini tentu saja membuat kekacauan keamanan dan ekonomi. Sehingga stabilitas dalam negeri mnejadi tak terkendali lagi.

Selain itu, mata uang NICA nan digunakan oleh AFNEI berimbas kepada ketikdapercayaan dalam negeri terhadap pemerintah. Akhirnya pemerintah Republik Indonesia pun mengajukan protesnya kepada NICA. Namun, hal ini rupanya tak ditanggapi secara serius.

Setelah menimbang dan mencoba mengendalikan keadaan ekonomi Republik Indonesia nan sedang carut marut. Maka pemerintah segera memberlakukan pelarangan buat menggunakan mata uang NICA.

Sebab, penyebaran mata uang NICA ini ternyata terjadi di luar kendali pemerintah. Hal ini dilakukan buat mengadakan pemugaran secara nasional.



Pengaturan Nilai Mata Uang

Disebabkan AFNEI nan masih saja keras kepala tak mencabut peredaran mata uang NICA. Maka pada tahun 1946, pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan baru.

Kebijakan tersebut ialah dengan memberlakukan mata uang nan baru. Mata uang ini ialah ORI. Dikenal pula dengan Oeang Republik Indonesia.

Sehingga setelah diresmikannya ORI sebagai mata uang Indonesia, maka di dalam negeri berlaku dua mata uang saja. Mata uang tersebut ialah mata uang ORI oleh pemerintah Republik Indonesia, dan juga mata uang NICA nan diberlakukan oleh AFNEI.

Setiap mata uang ini hanya diakui oleh pihak nan mengeluarkannya. Misalnya, ORI hanya diakui oleh pemerintah Indonesia dan masyarakatnya. Sedangkan mata uang NICA tetap digunakan oleh AFNEI.

Namun, lama-lama masyarakat ternyata semakin tak tertarik buat menggunakan mata uang NICA. Hal ini disebabkan oleh semangat revolusi dan nasionalisme nan mulai tumbuh.

Dukungan masyarakat terhadap pemerintah pun semakin kental. Pemerintah kemudian berinisiatif buat mengatur lebih rapi lagi mata uang Indonesia. Sehingga pada tahun 1946 didirikan beberapa bank negara buat mengaturnya lebih baik.

Bank Negara Indonesia nan didirikan tak lama setelah itu, kemudian mulai beroperasi buat mengumpulkan dana dari masyarakat, kemudian menyalurkannya.

Selain itu, juga menjaga kestabilan dari kondisi keuangan masyarakat Indonesia. Setelah itu, kemudian pemerintah juga secara berturut-turut mendirikan Bank Rakyat Indonesia, kemudian setelah itu ialah Bank Tabungan Negara.



Menjaga Mata Uang Negara

Setelah tahun 1955, Indonesia telah memasuki masa nan stabil dalam pemerintahan. Sehingga mata uang rupiah pun kembali dipakai dengan resmi. Selanjutnya, ialah proses menjaga inflasi dari mata uang ini.

Pada tahun 1998, Indonesia memasuki masa moneter nan terasa sangat berat. sehingga taraf inflasi menjadi demikian tinggi. Bahkan nilai mata uang rupiah anjlok hingga 35 persen.

Hal ini tentu saja membuat keadaan ekonomi masyarakat buram. Kebutuhan pokok meningkat dengan tajam. Bahkan pada beberapa daerah terjadi keributan dan gangguan keamanan.

Tentu saja, hari demi hari masyarakat semakin resah dan tak tenang. Apalagi laju tinggi kebutuhan pokok ini menyebabkan beberapa daerah kekurangan pangan.

Hingga timbullah desas-desus reformasi nan dimotori oleh mahasiswa. Reformasi, berupaya buat mengembalikan keamanan dalam negeri dan menghendaki pemerintahan nan korup saat itu segera berganti.

Reformasi diawali dengan berbagai macam tragedi nan menewaskan beberapa korban. Seperti korban mahasiswa nan membuat jalan-jalan di Jakarta banjir darah.

Selain itu, taraf perlawanan masyarakat terhadap aparat juga tinggi. Demo nan menghendaki turunnya presiden saat itu membuat masyarakat semakin antusias terhadap perubahan.

Di sisi lain, banyak pengusaha nan bangkrut dampak laju inflasi nan semakin tinggi. Beberapa di antaranya bahkan ada nan bunuh diri dan jatuh sakit. Demikian hebatnya efek kegoncangan ekonomi nan membuat masyarakat semakin lemah.

Maka puncak dari peristiwa ini ialah adanya reformasi, sehingga terjadi pergantian jabatan presiden, dan muncullah pemerintahan pengganti. Dari peristiwa inflasi tajam ini, pemerintah berusaha keras buat menstabilkan keadaan ekonomi dan berjuang agar kestabilan dalam negeri segera dicapai.

Hingga saat itu, Bank Indonesia sukses mengembalikan kepercayaan dalam negeri dengan berusaha menstabilkan mata uang rupiah. Tugas ini harus diemban oleh Bank Indonesia guna mengatur dan menjaga stabilitas rupiah.

Salah satu upaya nan dilakukan ialah dengan melakukan kebijakan ekonomi nan sinkron dengan pasar dan juga masyarakat Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia juga seharusnya memberikan frekuwensi nan baik kepada masyarakat dan para pelaku pasar.

Sehingga tak akan terjadi kepanikan dalam menghadapi pasar valas . Tentu saja Bank Indonesia akan sangat terikat dengan regulasi dan berbagai ketentuan nan diperlukan.

Demikianlah sejarah mata uang Indonesia hingga kini.