Program Insidental

Program Insidental

Pernahkah Anda membaca sebuah jurnal Humas ? Biasanya isi jurnal humas tak akan jauh-jauh dari hal seputar Humas, baik itu fungsi Humas, posisi Humas, atau kegunaan adanya Humas di sebuah perusahaan.

Fungsi Humas tak hanya ke luar tapi juga ke dalam. Di setiap perusahaan potensi intrik, saling sikut di internal perusahaan sangat mungkin terjadi. Keterampilan para karyawan pun harus selalu ditingkatkan melalui pelatihan nan berkesinambungan. Selain sebagai penyegaran, peningkat mutu layanan, juga sebagai pengikat batin antarkaryawan.

Perusahaan nan baik, akan sangat perhatian terhadap mutu karyawannya nan dianggap sebagai aset terpenting, apalagi bagi perusahaan nan bergerak di bidang jasa. Karyawan nan bermutu bukan hanya akan membawa akibat pada kehidupan perusahaan tapi juga pada kepribadian para karyawannya.

Bukankah karyawan dalah pembawa 'pesan' dan imej bagi perusahaan. Apapun nan dilakukan oleh karyawan di dalam maupun di luar kantor, akan selalu dikaitkan dengan loka dia bekerja.

Sebagai pembawa 'pesan' perusahaan, peningkatan mutu karyawan harus menjadi agenda tetap nan harus dirancang oleh humas. In-service training dapat menjadi senjata dalam merangkul karyawan agar dapat menjadi ' brand ambassador ' nan tepat bagi perusahaan.

Selain itu, internal branding dapat disosialisasikan dengan cara memberikan rabat bagi karyawan nan ingin memanfaatkan produk perusahaan. Misalnya, di suatu forum kursus bahasa Inggris, anak karyawan diberi potongan 50%. Atau di suatu supermarket, setiap bulan, setiap karyawan mendapatkan voucher belanja sebesar Rp100.000.

Bila karyawan sendiri tak mau memanfaatkan produk perusahaannya dan malah membeli atau memakai produk pesaing, maka dapat dikatakan bahwa ada nan tak beres dengan produk perusahaan itu. Dapat saja produknya terlalu mahal atau kualitasnya kurang.

Bila internal branding berhasil, karyawan sudah menjadi brand ambassador yang baik, maka langkah selanjutnya ialah meningkatkan ' employee engagement '. Empolyee engagement dimaksudkan buat menjaga nilai-nilai kekeluargaan dan kekompakan antarkaryawan.

Suasana kekeluargaan dan kekompakan ini akan menghasilkan ketenangan bekerja pada diri para karyawan. Bila sudah tenang dan nyaman, karyawan bisa menyumbangkan pikiran dan tenaganya dengan sukarela. Kerelaan berkorban ini sangat dibutuhkan agar karyawan mau bekerja ' extra miles '.

Kinerja seperti ini akan membuat roda perputaran perusahaan menjadi stabil dan buat lebih menanjak lagi, akan lebih mudah sebab didukung oleh para karyawan nan baik, berdedikasi tinggi, dan pekerja keras.

Untuk menjaga mutu karyawan seperti itu, tugas humas ialah mengingatkan kepada para karyawan bahwa pelatihan atau apa pun nan dimaksudkan buat meningkatkan mutu karyawan, jangan dipandang sebagai sesuatu nan nantinya hanya bermanfaat bagi perusahaan, tapi hendaknya dianggap sebagai sesuatu nan berguna bagi diri sendiri.

Misalnya saja bila ada sesuatu nan terjadi pada perusahaan, para karyawan masih dapat bertahan atau bahkan mendapatkan pekerjaan nan lebih baik lagi. Dengan mental seperti ini, karyawan akan selalu semangat mengikuti pelatihan.



Kinerja Humas di Perusahan

Sebaiknya, semua program Humas ini terprogram dengan baik dan terevaluasi secara berkala. Planning nan matang akan menghasilkan program kerja sinkron tujuan komunikasi nan dilakukan seorang Humas atau Public Relations Officer (PRO). Program kerja Humas hanya ada tiga kategori. Ketiganya memerlukan media pada pelaksanaannya.

Sebelum menentukannya, menurut jurnal Humas, seorang PRO hendaklah memperhatikan hal-hal nan diperlukan buat keberhasilan program kerja tersebut. Kesemuanya ini merupakan hal-hal di sekitar program kerja Humas nan perlu diketahui oleh praktisi maupun akademisi PRO.



Program Rutin

Ini ialah program kerja Humas nan dilakukan secara teratur sinkron perkembangan nan terjadi di dalam organisasi. Misalnya, program konsultasi pekerjaan pada suatu perusahaan. Program ini tersusun dengan baik, aplikasi nan teratur dan terus-menerus. Dapat setiap dua hari sekali, satu minggu sekali, dan satu bulan sekali.

Programnya boleh apa saja, nan sinkron tujuan komunikasi seorang PRO tentunya. Misalnya, program tentang keprotokoleran dalam humas nan diselenggarakan setiap dua minggu sekali. Hal ini dilakukan buat memberikan pembekalan mengenai keprotokoleran kepada para karyawan spesifik nan dibentuk buat kepanitiaan dalam acara-acara resmi.



Program Insidental

Program ini disusun oleh seorang Humas jika sewaktu-waktu ternyata ada kejadian atau peristiwa nan sifatnya mendadak. Dapat disebut juga sebagai program kerja tambahan bagi seorang Humas.

Misalnya, program kerja nan dibuat buat penyambutan kedatangan tamu nan datang tiba-tiba. Dapat juga kegiatan public relations nan diselenggarakan sewaktu-waktu atau sekali-kali, namun dianggap perlu dilakukan pada saat itu.



Program Darurat

Program ini disusun oleh seorang Humas jika suatu waktu terjadi musibah atau kecelakaan nan menimpa organisasi. Peristiwa ini membutuhkan penanganan nan sifatnya segera dan tak dapat ditunda. Peristiwa nan membutuhkan tindakan cepat buat mengatasinya.

Seorang Humas atau PRO harus bisa menangani masalah dengan cepat sehingga bisa menyelesaikannya sebaik mungkin. Peristiwa-peristiwa itu, di antaranya pencurian hasil produksi secara besar-besaran, adanya kecelakaan, dan karyawan mogok kerja.

Untuk membuat program-program ini, seorang PRO harus mengetahui media-media nan akan digunakan buat menunjang program-program ini. Denga begitu, program-program ini bisa diselenggarakan dalam organisasinya. Media nan bisa digunakan menurut Cutlip dan Center dibagi menjadi tiga kategori .

  1. The Printed Word, yaitu media nan digunakan buat program kerja PRO nan sifatnya ditulis atau dicetak. Misalnya, majalah dan pamflet.
  1. The Spoken Words, yaitu media nan digunakan buat program kerja PRO, berbentuk ucapan atau lisan. Misalnya, meeting, siaran radio, dan press conference.
  1. The Image, yaitu media nan digunakan buat program kerja PRO, sifatnya berupa gambar atau video. Misalnya, warta televisi, art program , dan pameran.

Untuk pembuatan program kerja Humas, seorang PRO harus memperhatikan beberapa hal. Seperti nan terdapat dalam jurnal Humas, hal tersebut ialah sebagai berikut.

  1. Menentukan waktu nan tepat, kapan program kerja tersebut bisa dilakukan. Ini memerlukan penentuan nan detail, seperti hari, tanggal, jam, dan tempat.
  1. Menentukan dengan tegas segala hal nan berkaitan dengan program jangka pendek. Hal ini diperlukan agar setiap termin program perkembangannya bisa terlihat dengan jelas.

Sebuah organisasi nan terdiri dari berbagai kelompok individu nan bekerjasama dan berinteraksi satu sama lain, akan membentuk sebuah Norma nan lama-kelamaan akan membentuk budaya organisasi dalam sistem organisasi tersebut.

Budaya organisasi merupakan pola terpadu nan dihasilkan dari konduite individu dalam organisasi termasuk pemikiran-pemikiran, tindakan-tindakan nan dipelajari dan diajarkan kepada generasi berikutnya.

Contoh budaya organisasi dalam setiap perusahaan, muncul berdasarkan perjalanan hayati para pegawai. Pada umumnya budaya organisasi terletak pada pendiri organisasi. Merekalah nan berperan krusial dalam mengambil sebuah keputusan dan sebagai penentu arah taktik organisasi.

Budaya organisasi juga disebut sebagai budaya perusahaan. Di sinilah program kerja Humas di dalam perusahaan berperan krusial dalam mengatur organisasi tersebut.

Jadi, kehidupan organisasi dalam global kerja ada di dalam budayanya. Budaya di sini bukan mengacu pada kebudayaan tradisional atau suku, ras, dan latar belakang individu. Budaya di sini maksudnya ialah sesuatu cara buat hayati di dalam sebuah organisasi. Di dalam budaya organisasi ada iklim atau atmosfer emosional dan psikologis.

Hal tersebut mencakup pada karyawan perusahaan itu sendiri, yaitu semangat kerja, sikap, dan taraf produktivitasnya. Selain itu, budaya organisasi mencakup simbol berupa tindakan, rutinitas, percakapan, dan lain sebagainya, dan makna-makna nan inheren pada simbol tersebut. Makna tersebut dicapai melalui hubungan atau pengenalan nan terjadi antar pegawai atau karyawan perusahaan tersebut dengan pihak manajemen perusahaan.

Dalam membentuk, mengembangkan, memperkuat, atau bahkan mengubah sebuah organisasi, diperlukan sebuah praktek buat menyatukan nilai budaya karyawan dengan nilai budaya organisasi tersebut.

Prakteknya ialah dengan melakukan induksi atau sosialisasi, yaitu melalui transformasi budaya organisasi dan nan berperan di sini ialah Humas (PRO) itu sendiri. Yang dimaksud dengan pengenalan organisasi ialah serangkaian aktivitas nan secara substantif berdampak kepada penyesuaian aktivitas individual dan keberhasilan organisasi. Misalnya, komitmen, kepuasan, dan kinerja karyawan.

Langkah-langkah pengenalan tersebut nan bisa membantu dan mempertahankan budaya organisasi ialah dengan cara menyeleksi calon karyawan, menempatkan karyawan, mendalami bidang pekerjaan, menilai kinerja karyawan, dan memberikan penghargaan kepada karyawan, serta menanamkan kesetiaan pada nilai-nilai luhur.

Hal tersebut bisa memperkuat budaya organisasi dan memastikan bahwa karyawan nan bekerja di perusahaan tersebut bekerja sinkron dengan budaya organisasi nan berlaku, sehingga karyawan tersebut diberikan imbalan sinkron dengan dukungan nan dilakukan oleh karyawan tersebut terhadap perusahaan.

Sosialisasi perusahaan terhadap karyawan dilakukan dengan cara nan efektif bisa menghasilkan kepuasan kerja, komitmen organisasi, rasa percaya diri pada pekerjaan, mengurangi tekanan, dan karyawan akan betah diperusahaan tersebut.