Empat Peluang Garapan Bisnis Agro di Negara Agraris
Tahukah Anda tentang perusahaan agraris dan hubungannya dengan agrobisnis? Indonesia secara dunia ikut berkompetisi dalam industri agrobisnis. Banyaknya negara di global nan tak memiliki huma pertanian nan cukup telah membuat banyak perusahaan bergerak dibidang agraris. Pertumbuhan perusahaan kelapa sawait nan ada di daerah Sumatera Selatan sendiri cukup menggembirakan. Hal ini sebab kelapa sawit sebagai salah satu produk agraris nan sangat menjanjikan. Potensi ekspor nan tinggi telah membuat banyak perusahaan besar mempunyai perusahaan spesifik nan bergerak di bidang pengembangan kelapa sawit.
Perusahaan Agrobisnis di Negara Agraris
Menurut sumber pemerintah, Hongkong hanya memiliki luas huma pertanian 7 persen. Jenis sayuran nan diimpor dari Indonesia ialah kentang, tomat, kol, brokoli, selada, wartel, ketimun, jamur, bayam, kubis, dan wortel. Itu artinya peluang merebut pangsa pasar di Hongkong sangat besar. Tanah Indonesia nan fertile kalau dikelola dengan baik, maka akan dapat menghasilkan panen nan bermutu tinggi. Apalagi kini isu makanan organik semakin marak. Hal ini semakin membuat banyak orang berlomba membukan perusahaan agraris .
Banyak nan berpendapat bahwa berbisnis di bidang agrobisnis ada enak dan ada tidak enaknya. Pengetahuan nan luas dan ketekunan ialah kunci nan sangat dibutuhkan agar dapat menjadi perusahan nan besar dengan hasil pertanian nan bermutu tinggi. Kalau tidak, maka perusahaan itu tak akan dipercaya lagi oleh konsumennya. Ketika pihak Unilever menolak pasokan bahan standar dari salah satu perusahaan agrobisnis di Indonesia sebab disinyalir bahwa perusahaan itu telah melakukan pencemaran lingkungan, maka terbukalah mata semua orang nan bergerak di bidang pertanian ini.
Mereka tak dapat sembarangan menggunakan pupuk dan hanya berorientasi kepada keuntungan. Pupuk urea itu sendiri bisa merusak ozon. Oleh sebab itulah adanya penelitian bagaimana membuat penguapan oleh pupuk urea ini berkurang. Salah satu pupuk dengan penampilan baru ini ialah Haracoat. Pupuk urea itu dibungkus sedemikian rupa agar pengupannya dapat dikendalikan dan penyerapannya pun menjadi lebih maksimal. Haracoat nan diproduksi dan dipasarkan oleh PT Sumber Agro Sejahtera ini dapat menjadi satu pilihan bagi para pemilik huma kelapa sawit nan sadar lingkungan.
Selain adanya isu lingkungan, isu tentang tenaga kerja juga dapat membuat satu perusahaan kehilangan nilai kontrak. Banyak perusahaan global nan sadar bahwa manusia ialah mahluk nan harus dihormati dan dihargai dan tak dapat diperlakukan semena-mena. Hasil pertanian nan bagus ternyata harus ditunjang dengan proses nan bagus juga. Bisnis dibidang agribisnis ternyata tak mudah tetapi keuntungannya dapat sangat luar biasa dan dapat menjadikan pemiliknya menjadi orang kaya di sebuah negeri.
Perusahaan keluarga Salim Grup, Bakrie, dan Siti Hartati Murdaya, Indofood, dan masih banayk lagi perusahaan besar lain di Indonesia ini, mereka mempunyai huma pertanian terutama buat kelapa sawit nan tersebar di seluruh Indonesia terutama di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sulawesi. Apa nan terjadi dengan Siti Hartati Murdaya nan menjadi tersangka kasus korupsi dengan rekannya seorang bupati, semua menyangkut perusahaan kelapa sawit milik anaknya.
Inilah salah satu bukti bahwa bisnis di bidang agroindustri ini benar-benar menantang dan menarik minat semua orang kaya nan ada di negeri jamrud khatulistiwa ini. Maraknya industry satu ini telah membuka peluang bisnis nan lain seperti bisnis pembangunan perumahan cepat jadi dengan bahan spesifik bagi para pekerja di kebun kelapa sawit. Imbas domino pengembangan bisnis pertanian ini sangat besar. Tidak mudah memang bagi Indonesia menjadi salah satu pengekspor minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Pasang Surut
Seperti halnya sebuah bisnis nan mengalami pasang-surut, agrobisnis pun mengalami keadaan nan kurang lebih sama. Masih kuat dalam ingatan kita harga cabai nan melebihi harga daging sapi dan mencapai titik puncak dengan harga Rp110.000,- per kilogram. Pemerintah kemudian mengadakan kedap darurat bersama seluruh staf terkait dan beberapa minggu kemudian harga cabai turun menjadi setengahnya.
Sebab-sebab kenaikan, di antaranya meletusnya Gunung Merapi mengakibatkan pasokan cabai dari Jateng ke Jakarta terhambat, musim tanam nan anomali, agresi hama, cuaca ekstrem nan tak lagi bisa dijadikan patokan buat musim tanam dan musim tuai, serta kenaikan harga dampak ulah spekulan nakal. Kenyataan dan alasan kenaikan tersebut dapat diterima di Pulau Jawa, namun bagaimana dengan sejumlah provinsi nan mengalami keadaan serupa. Berarti ada faktor X nan perlu penelitian lebih lanjut.
Anehnya, setelah melambungnya harga cabai, banyak pebisnis bergiat terjun ke bidang agrobisnis nan mencakup empat garapan utama, peternakan, pertanian, perkebunan, dan perikanan. Bisnis tersebut sangat menjanjikan sebab tantangan dan peluangnya besar. Tantangan saat ini ialah musim nan tak menentu. Sementara peluangnya ialah setiap orang masih membutuhkan pangan, tanpa terkecuali.
Sebelum mendirikan perusahaan agraris, sebaiknya Anda bertanya secara reflektif kepada diri Anda sendiri. Kemudian, tanyalah kepada ahlinya. Apakah Anda ingin berbisnis di agraris nan mengurus bidang produksi, distribusi, perdagangan, atau peralatan mesin-mesin pertanian. Kalau telah menguasai jalur-jalur produksi dan pemasaran, maka bisnis satu ini akan menjadi bisnis andalan nan luar biasa. Orang-orang nan bertani dengan cara nan modern akan mendapatkan hasil nan lebih baik daripada orang nan bertani secara tradisional dengan teknik pemasaran nan juga tradisional.
Pada saat harga karet melambung tinggi, para petani karet mengalami kenaikan kesejahteraan nan luar biasa. Banyak nan membeli rumah dan berbagai kendaraan bermotor. Mereka hayati mewah dengan segala kemapanannya. Namun, pada saat harga karet murah seperti sekarang ini, 8000-9000 rupiah per kilonya, malah banyak petani karet nan melakukan kejahatan. Kalau karet mahal, para pengangguran banyak nan dipekerjakan di kebun karet. Ketika karet murah, pemilik kebun biasanya turun tangan secara langsung sebab merasa tak mempunyai dana buat membayar penyadap karet tersebut.
Pasar-pasar sepi dan tak banyak ditemukan transaksi pembelian barang-barang mewah lagi. Semua orang mulai berhemat. Mereka malah ada nan mencari utangan hingga ke para rentenir. Kehidupan nan tidak menentu dengan dampak nan nan juga dapat diprediksi harusnya memang membuat semua sadar agar tak terlalu bernafsu ketika kaya dan tak marah ketika miskin. Para pemilik perusahaan besar juga begitu. Sudah sering terdengar bahwa satu perusahaan kelapa sawit diambil alih oleh perusahaan lainnya.
Empat Peluang Garapan Bisnis Agro di Negara Agraris
Minimal ada 4 bidang garapan bagi perusahaan nan bergerak dibidang agrobisnis. Pertanian, Perikanan, Perkebunan, Peternakan. Semua sector itu dapat dikembangkan di tanah air. Namun, memang ada beberapa persoalan serius sektor agro di Indonesia ini. Misalnya, petani berbasis tanaman hanya punya sedikit lahan. Seorang peneliti menyebutkan, “Petani sawah dengan huma 2.5 hektar berpenghasilan higienis Rp 600.000 per bulan. Kalau ingin berpenghasilan 2.5 juta, perlu huma usaha padi sedikitnya 10 hektar.”
Petani berbasis perikanan hanyalah buruh, bukan pemilik. Pemilik nan sesungguhnya ialah juragan nan terkadang merangkap tengkulak. Belum lagi rampung teknologi pertanian organik, Indonesia mulai mengembangkan transgenik nan bisa menghasilkan sayur dalam ukuran besar. Padahal, persoalan beras masih belum bisa tertangani. Perkebunan, seperti karet, tebu, kayu, sawit, kakao, belum berfungsi optimal. Dalam hal ini, belum dapat berdampingan dengan sektor peternakan.
Permasalahan itu bukan satu hal nan mudah buat dipecahkan. Selain biaya nan cukup mahal, niat tulus pemerintah memperhatikan rakyatnya juga sangat penting. Para pejabat tak dapat hanya melihat bahwa satu perusahaan itu cukup besar sehingga dijadikan sapi perahan demi kepentingan sendiri.
Untuk bidang ekspor andalan Indonesia nonmigas nan didapatkan dari sektor pertanian, di antaranya adalah:
- Kayu lapis ( plywood )
- Tembaga
- Kertas dan produk kertas
- Karet alam
- Ikan
- Udang
- Nikel
- Kopi
- Benang sintetik
- Furniture
- Manggis
- Nenas
- Pisang
- Beras
- Labu kuning
- Kubis
- Brokoli
- Wortel
Kita juga perlu berpikir jernih dan cemerlang. Benarkah durian, jeruk, papaya, mangga, dan buah-buahan nan kita makan, semua berasal dari Thailand? Boleh jadi benar, boleh jadi tidak. Bagaimana jika buah-buahan nan katanya berasal dari Thailand ternyata banyak ditanam di Indonesia dan diberi label “luar” supaya laku.
Lupakan soal lagu orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat, kayu dan batu jadi tanaman. Mari kita dukung agrobisnis nan berbasis profesional. Anda tinggal pilih saja akan mulai dari mana, apakah dari bisnis nan kecil terlebih dahulu, menengah, besar, atau global. Peluang sangat terbuka.