Para Bintang Lapangan dalam Jurnalistik Olahraga
Berbicara mengenai jurnalistik olahraga tak pernah terlepas dari kegiatan menulis warta olahraga dalam surat kabar atau laporan dan liputan seputar olahraga nan dibuat media televisi. Olahraga merupakan sebuah bahan nan memiliki banyak celah buat dibuat tulisan dan liputan jurnalistiknya.
Organisasi-Organisasi Jurnalistik Olahraga
Hampir semua negara memiliki asosiasi jurnalistik olah raga sendiri. Sebagian besar cabang olahraga pun memiliki klub sendiri dengan asosiasi spesifik buat para jurnalisnya. Organisasi-organisasi ini berusaha menjaga baku provisi pres dalam kegiatan-kegiatan olahraga, mengatur mekanisme akreditasi nan adil, dan buat merayakan baku tinggi bagi jurnalisme olahraga.
Di Inggris, asosiasi jurnalis olahraga nan disebut Sport Journalists' Association sudah ada sejak tahun 1948. Organisasi ini kerap kali memberikan penghargaan bergengsi bagi para olahragawan dan olahragawati dalam setahun periode. Ia juga menyelenggarakan British Sports Journalism Awards, nan merupakan 'Piala Oscar'-nya global olahraga. Acara pemberian penghargaan ini biasanya diselenggarakan setiap bulan Maret. Dahulunya, organisasi ini bernama Sports Writers' Association. Pemimpin organisasi ini ialah Sir Michael Parkinson, seorang kolumnis sekaligus penyiar. Sport Journalists' Association mewakili media olahraga Inggris dalam panitia pelapor pers British Olympic Association dan berperan sebagai konsultan bagi penyelenggara acara-acara olahraga besar nan membutuhkan pendampingan dari media.
Sementara itu di taraf dunia, ada International Sport Press Association atau Asosiasi Pers Olahraga Internasional. Asosiasi ini dibentuk pada tahun 1924 ketika aplikasi Lomba Olimpiade di Paris. Asosiasi ini tepatnya dicetuskan di markas Asosiasi Olahraga Prancis oleh Reichel, kepala jurnalisme olahraga Paris dan seorang wartawan Belgia, Victor Boin.
Tujuan awal AIPS ialah buat meningkatkan kolaborasi antar-anggotanya dalam hal jurnalisme olahraga dan kepentingan profesional lainnya, buat memperkuat persahabatan, solidaritas, dan kecenderungan minat antara para wartawan olahraga di seluruh dunia, dan buat memastikan kondisi kerja nan paling baik bagi para anggotanya.
Akses Para Wartawan Jurnalistik Olahraga
Dalam acara olahraga profesional maupun kampus di Amerika Serikat, para wartawan jurnalistik olah raga diperbolehkan masuk ke dalam ruang loker buat mewawancarai pemain dan instruktur setelah permainan selesai. Tim-tim olahraga dalam hal ini pun harus memberikan dukungan informasi lengkap bagi para wartawan. Bagi acara-acara olahraga seperti hoki es, American Football, basket, dan baseball, wartawan dan media memiliki peran penting. Semakin diekspos suatu acara, semakin banyak tiket nan terjual, begitu juga dengan suvenir.
Sementara itu di berbagai belahan global lainnya, peran jurnalis olahraga kerap kali hampir tak ditoleransi oleh para klub dan pemain. Misalnya, antagonis dengan perjanjian pada Perserikatan Premier Inggris, para manajer nan terkenal seperti Sir Alex Ferguson dari MU dan Harry Redknapp dari Tottenham Hotspur, menolak melakukan wawancara usai pertandingan dengan pihak BBC, nan sebenarnya memiliki hak buat mewawancarai mereka. Sebagaimana wartawan bidang lainnya, wartawan bidang olahraga juga harus melibatkan proses pemeriksaan dalam warta mereka; tak hanya menyandarkan warta dari konferensi pers dan pernyataan-pernyataan resmi tim olahraga tertentu.
Para Bintang Lapangan dalam Jurnalistik Olahraga
Setelah Perang Global II, kolom olahraga di harian nasional Inggris dan harian Minggu terus berkembang, hingga termin di mana banyak koran menyediakan bagian spesifik buat warta olahraga. Beberapa halaman spesifik jurnalistik olah raga dalam sebuah koran menjadi tren beberapa belas tahun di masa itu, sampai akhirnya jurnalistik televisi merebut peran media cetak dalam menyuguhkan warta olahraga.
Beberapa surat kabar, seperti The Sunday Times, mulai mengadaptasi kebijakan mempekerjakan mantan bintang lapangan sebagai kolumnis, dengan metode ghostwriting. Namun rupanya beberapa kolum ghostwriting semacam itu sedikit menurunkan reputasi jurnalistik olahraga. Meski demikian, praktik penulisan kolom olahraga seperti ini masih terus dilakukan. Seiring perkembangannya, banyak kolom olahraga ghostwriting nan dibuat oleh agensi olahraga independen nan mempekerjakan para bintang lapangan berdasarkan kontrak.
Contoh Warta Jurnalistik Olahraga Indonesia: Kebijakan Naturalisasi PSSI
Di Indonesia, warta seputar jurnalistik olah raga cenderung ramai jika tengah berlangsung suatu event nan mengikutsertakan para atlet olahraga dari negara kita. Sebut saja ketika berlangsungnya event ASEAN Games atau event turnamen sepak bola antarnegara di Asia Tenggara, AFF Suzuki Cup. Semua media berlomba membuat laporan jurnalistik olah raga mengenai perolehan medali sementara atau hasil pertandingan sepak bola.
Saat ini, nan menarik buat dibuat jurnalistik olah raga bukanlah peringkat Indonesia di kancah olahraga Asia, melainkan sebuah langkah baru nan diambil oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) terkait kebijakan naturalisasi pemain. Kebijakan naturalisasi nan sudah dilakukan PSSI menuai pro dan kontra. Pihak nan pro menilai bahwa ini merupakan langkah tepat nan diambil PSSI buat mengakhiri seret prestasi persepakbolaan negeri ini.
Para pemain naturalisasi nan diikutsertakan dalam Timnas diharapkan mampu mengangkat derajat PSSI sekaligus menjadi stimulus bagi pemain muda buat dapat lebih semangat dalam mengejar prestasi. Pihak nan kontra tentu saja menyayangkan keputusan nan diambil PSSI ini. Mereka menilai lebih baik memperbaiki program pembinaan pemain muda daripada menggunakan cara instan buat meraih sebuah prestasi. Mereka menganggap masih banyak anak negeri nan memiliki potensi nan belum tergali sebab mandeknya program pembinaan usia muda.
Tanpa mengesampingkan perdebatan pro dan kontra seputar kebijakan naturalisasi tadi, alangkah baiknya kita sedikit mengamati fakta nan terjadi di tubuh PSSI pascapenerapan kebijakan naturalisasi ini. Mungkin, cermin pertama nan layak dijadikan bahan berkaca dari kebijakan ini tidak lain dan tidak bukan ialah keikutsertaan Timnas PSSI di ajang AFF Suzuki Cup.
Tak bisa dipungkiri, prestasi gemilang nan tengah diraih Timnas tidak lepas dari peran dua pemain naturalisasi nan dimiliki PSSI. Meskipun demikian, peran kedua pemain naturalisasi tadi tidaklah berarti jika tak ditopang oleh permainan latif anak negeri sendiri. Setidaknya, ada motivasi dan semangat lebih nan dirasakan anak-anak negeri ini dari kehadiran dua pemain naturalisasi tersebut.
Termin kedua nan dapat dijadikan bahan berkaca selanjutnya tentu saja animo masyarakat kita nan begitu besar terhadap perkembangan Timnas PSSI saat ini. Jangan mengelak, semua tahu bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya sudah haus sekali akan sebuah prestasi membanggakan dari Timnas PSSI. Oleh karena itu, tidak heran jika 80.000 kursi nan tersedia di stadion primer Gelora Bung Karno penuh sesak dijejali masa nan rindu prestasi.
Pro kontra seputar kebijakan naturalisasi sedianya dapat disikapi lebih bijak oleh berbagai pihak. PSSI nan mengeluarkan kebijakan ini haruslah menanggapi masukan buat memperbaiki program pembinaan pemain muda saat ini. Pun dengan berbagai pihak nan menentang kebijakan ini, tidak ada salahnya jika sambil menunggu pemain muda kita "matang", kita memanfaatkan dulu pemain naturalisasi ini? Toh, tujuan primer kedua pihak ini pun tentu sama, yakni menciptakan prestasi membanggakan.
Citizen Journalism dalam Jurnalistik Olahraga
Pada tahun 1970-an dan 1980-an, muncul jenis baru jurnalisme di Eropa, yakni citizen journalism. Jurnalisme ini mengacu pada siapa pun nan dapat menuliskan laporan warta jurnalistik nan ideal buat diberitakan. Dalam jurnalistik olahraga pun demikian. Para penggemar olahraga nan memiliki kemampuan menulis diberikan kesempatan buat menunjukkan kemampuan mereka menjadi wartawan olahraga.
Seiring perkembangan teknologi informasi, citizen journalism berkembang dengan hadirnya blog. Para wartawan lepas ini kerap kali menulis beritanya dalam blog pribadi, tidak lagi mengirimkannya ke media massa terdekat. Mereka nan memiliki video pertandingan dapat mengirimkannya ke stasiun televisi dan mendapatkan bayaran setimpal.
Itulah informasi seputar jurnalistik olahraga. Semoga bermanfaat!