Munculnya Sang Pahlawan di Mitologi Yunani Kuno
Pernah nonton film Class Of Titans? Kisahnya tentang legenda Yunani antik ? Atau mungkin proyek film milik Walt Disney, Hercules? Ini pun juga bercerita tentang legenda Yunani kuno. Atau di antara Anda ada nan menyukai kisah Agatha Crishtie? Hercule Poirot, nan sebenarnya nama tokohnya terinspirasi dari Hercules, sang pahlawan dalam legenda Yunani kuno.
Yup, semua bercerita tentang kisah-kisah mitologi di Yunani kuno nan sampai sekarang menginspirasi banyak orang. Kisah tentang dewa-dewa dan segala hal nan berhubungan dengan paganisme, alias penyembahan terhadap berhala.
Yunani, terutama Yunani antik sangat kental dengan perbedaan makna religius terhadap dewa, hal ini memicu mereka di dalam berbagai penciptaan karya seni. Tujuan penciptaan karya seni mereka, ya tentu saja buat menyembah dewa-dewa nan mereka yakini ada. Akhirnya lahirlah parthenon Athena, patung raksasa Zeus. Patung-patung dewi Aphrodite dan para cupidnya.
Juga mengilhami Homerus dalam menciptakan kisah Odissey dan Illiad, kisah Perang Troya. Semua terlahir dari penyembahan pada para dewa-dewa nan mereka yakini ada, serupa dengan mereka, namun lebih cantik, lebih powerful, lebih egois dan tak manusiawi.
Asal Mula Para Dewa dalam Mitologi Yunani Kuno
Namanya juga cerita. Setiap orang selalu ingin mencari akar dari sesuatu, termasuk ketika kisah para dewa di Yunani antik didengungkan. Dewa tak asal begitu saja ada. Sine qua non asbab nan menyebabkan mereka muncul, tapi mereka harus lebih dulu ada daripada manusia, itulah nan kemudian menjadikan kekuasaan dewa masuk akal bagi manusia, maka kisah Titanslah nan muncul.
Bermula dari kaos atau chaos, belum ada semesta, hanya tercipta kekacauan, lalu di antara kekacauan terlahir beberapa dewa utama dalam mitologi Yunani kuno, Gaia (dewi bumi), Nik (dewi malam), Eros (dewa cinta), Tartaros (perut bumi atau neraka), dan Erebos (kegelapan).
Dalam mitologi Yunani kuno, Nik dan Erebos menikah melahirkan Either (langit atas) dan Hemera (siang). Sedang Gaia sendiri, tanpa pernikahan dan pasangan melahirkan Uranus (dewa langit), Pontos (dewa laut). Gaia menikah dengan Uranus, putranya sendiri. Melahirkan para Titan. Semuanya berjumlah dua belas, dipimpin oleh Kronos, anak bungsu nan lebih cerdas, paling muda dan bersifat beringas.
Gaia dan Uranus memutuskan sudah cukup melahirkan para Titan, dan kemudian melahirkan para chiklops (raksasa bermata satu) dan Hekatonkheire (raksasa bertangan seratus ). Kerena anak berikutnya memiliki rupa nan mengerikan, Uranus tak suka dan mengurung keduanya. Gaia tak suka dengan sikap Uranus, dan kemudian bersekutu dengan para Titan menggulingkan Uranus. Inilah pertama kalinya perang Titan dalam mitologi Yunani kuno terjadi, dan perpindahan kekuasaan antara ayah dan anak pun di mulai.
Namun, sebab pernah menggulingkan sang ayah, tampaknya Kronos risi hal serupa akan menimpa dirinya, akhirnya Kronos memilih memakan anak-anaknya bulat-bulat hingga sang istri merasa kesal dan bersiasat dengan menyembunyikan anaknya nan terakhir yaitu Zeus.
Setelah Zeus dewasa, dia pun melakukan pemberontakan dan menggulingkan ayahnya, Kronos dengan cara melepaskan para chiklop dan para hekatonkhiere buat melawan Kronos. Setelah sukses menaklukkan Kronos, Zeus berbalik bersikap kejam pada sekutunya dan mengurung anak-anak Uranus, para Titan dan para raksasa ke dalam tartaros. Maka, mulailah kekuasaan para dewa Olympus.
Hubungan Dewa dan Manusia dalam Mitologi Yunani Kuno
Munculnya sang dewa utama, Zeus dengan kekuatan petirnya, lalu duduk di singgasananya Olympus dan memerintah global termasuk manusia di dalamnya. Dewa, sebagaimana digambarkan manusia, memiliki tubuh nan ideal, cantik, kuat, abadi dan awet muda. Kalaupun mereka terluka, itu disebabkan oleh hal-hal khusus.
Di dalam berbagai epik Yunani kuno, digambarkan interaksi dewa dengan manusia sebagai interaksi nan kadang baik dan kadang buruk. Ada kisah dewa dapat cemburu oleh talenta nan dimiliki manusia lantas mengutuk manusia tersebut menjadi binatang, seperti kisah tentang Aranea, seorang wanita cantik nan pandai menyulam, bahkan mengklaim sulamanannya lebih bagus daripada Dewi Athena.
Sang dewi tersinggung, lalu kemudian beradu sulaman, tapi ternyata, terbukti bahwa sulaman Aranea lebih bagus daripada dirinya. Karena cemburu dan tak suka ada manusia nan lebih baik daripadanya, Athena pun mengutuk Aranea menjadi laba-laba, agar terus menyulam sepanjang hidup.
Ada juga romansa para dewa Yunani kuno, termasuk di dalamnya sang Dewa Zeus, petinggi para dewa dan romansa Eros pada putri Psyche. Romansa Eros dan Psyche mengalami pasang surut, laiknya interaksi manusia. Namun sebagai dewa sulit buat jatuh cinta kepada manusia, akan banyak halangan di dalamnya. Itulah nan terjadi dengan romansa Eros, sang cupid cinta dengan Psyche. Interaksi keduanya justru dihalangi oleh ibu Eros sendiri, Aphrodite.
Hubungan cinta dewa pun terkadang melahirkan keturunan nan berbeda dengan manusia biasa. Keturunannya lebih kuat, lincah, dan tetap bisa wafat selayaknya manusia. Sebab itu lahirlah kisah pahlawan-pahlawan Yunani di dalam legenda Yunani kuno.
Munculnya Sang Pahlawan di Mitologi Yunani Kuno
Ada dewa, ada manusia, tentu saja ada epik di dalamnya. Yunani antik terkenal dengan mitologinya nan luar biasa, memicu berbagai karya di belakangnya, termasuk karya dari puisi-puisi lama tentang kepahlawanan. Seperti disinggung, bahwa interaksi dewa dengan manusia melahirkan kebencian, juga rasa cinta. Seperti interaksi Zeus dengan Alkmene. Hercules, atau dalam bahasa Yunani antik dipanggil dan dikenal sebagai Herakles.
Kisahnya bermula dari Zeus nan terpesona oleh kecantikan Alkmene dan menyaru menjadi suami Alkmene nan tengah pergi berperang. Interaksi semalam tersebut berbuah seorang anak, Herakles. Hera, nan mengetahui perselingkuhan Zeus, murka besar, dia pun memberikan Herakles 12 tugas nan teramat sulit dan tak masuk akal. Bila Herakles ingin diterima sebagai dewa berikutnya. Herakles menerima tugas tersebut, dan selama 12 tahun menunaikan tugas aneh-aneh milik Hera.
Namun, tak sampai di sana dendam Hera. Dia menggunakan tipu makar hingga Herakles pun menemui ajal. Namun Zeus tak menginginkan putranya mati, lalu mengangkatnya ke Olympus.Kisah tentang anak dewa Herakles menjadi kisah kepahlawanan nan paling disukai di mitologi Yunani kuno.
Cerita petualangannya menginspirasi. Bukan berarti para pahlawan dari mitologi Yunani antik tak memiliki petualangan dahsyat nan tak dapat dinalar manusia, seperti petualangan Perseus nan membunuh Medusa, wanita berambut ular dan mampu mengutuk orang menjadi batu hanya dengan melihat matanya saja. Atau Akhiles, anak dewa juga nan kisah kepahlawanannya disebut-sebut dalam kisah Illiad, di Perang Troya. Sebuah legenda Yunani antik nan ditulis oleh Homer.
Setiap pahlawan nan muncul penuh dengan sikap kepahlawanan. Mereka membasmi monster-monster jahat. Di masa itu, dalam kisah Yunani kuno, monster seperti Cymera, Hydra, Minotourus seringkali muncul dalam kisah-kisah kepahlawanan. Itu imbas dari legenda tentang dewa itu sendiri di kisah Yunani kuno.
Kisah Dewa Yunani Kuno, Menginspirasi Banyak Cerita
Tidak habis bicara tentang mitologi Yunani kuno, nan kemudian kisahnya diadaptasi menjadi macam-macam. Ada nan dijadikan naskah teater dan dipentaskan, terutama epic nan berhubungan dengan tragedi, peperangan, dan kepahlawanan. Ada nan dijadikan bentuk novel, seperti nan tenar dan dijadikan film, yaitu novel serial Percy Jackson.
Kisah Herkules berkali-kali diadaptasi, baik dalam bentuk novel, film serial maupun teater. Semua sebab tertarik dengan legenda Yunani kuno. Legenda tersebut tetap hidup, dibuatkan bentuk bukunya, dibacakan layaknya dongeng, dan kemudian menjadi sebuah karya sastra klasik nan digemari berbagai kalangan.
Cerita tentang kepahlawanan, romansa dewa dan manusia, kekejaman manusia, sifat manusia nan lebih manusiawi, semuanya sangat latif dan disukai. Tak pelak lagi, kisah klasik Yunani kuno nan sudah tua ini seolah tak lekang dimakan zaman dan tetap jadi legenda sepanjang hayat.