Komposisi Biogas
Masalah energi sudah menjadi masalah dunia nan mendunia. Setiap negara di global ini sedang menghadapi permasalahan terhadap energi. Energi sangatlah krusial bagi kelangsungan hayati manusia. Tanpa adanya energi manusia tak akan dapat bertahan hayati lama di alam liar ini.
Semua orang membutuhkan energi. Walaupun energi memiliki sifat nan kekal tetapi energi dapat dirubah menjadi energi lain. Tetapi ketergantungan manusia terhadap suatu energilah nan menyebabkan kelangkaan.
Dalam penciptaan energi atau nan lebih tepat pengubahan energi, manusia selalu membutuhkan bahan lain. Bahan-bahan nan biasa digunakan dalam pengubahan energi ini biasanya masih bersifat konvensional dan tak bisa diperbarui. Karena tak bisa diperbarui sehingga manusia berlomba-lomba mencari solusinya.
Bahan nan digunakan oleh manusia buat mengubah energi biasanya merupakan bahan nan tak bisa diperbarui. Bahan nan tak bisa diperbarui tersebut biasanya ialah minyak bumi, batu bara, dan lain-lain.
Ketergantungan terhadap bahan nan tak diperbarui inilah nan dicoba buat dicari penyelesainnya. Penyelesaian atau jalan keluar nan dicari memungkinkan manusia buat dapat bertahan hayati tenaga bahan baru nan lebih ramah lingkungan dan selalu ada bahannya.
Beberapa tahun terakhir ini, energi merupakan salah satu persoalan nan sangat penting di dunia. Meningkatnya permintaan energi disebabkan oleh bertambahnya populasi penduduk dan menipisnya cadangan minyak dunia.
Seperti nan sudah kita ketahui bersama bahwa minyak telah menjadi komoditas terpenting dalam perekonomian dunia. Setiap negara menginginkan persediaan minyak nan cukup buat memenuhi kebutuhan negaranya.
Negara-negara nan memiliki cadangan sedikit minyak berusaha sekuatnya buat mendapatkan minyak ini. Hal ini dilakukan dengan mengimpor minyak dari negara lain. Atau ada sebagian negara nan mengeksploitasi negara lain dengan cara mengambil minyaknya dengan murah.
Sedangkan negara-negara nan kaya akan minyak, berusaha menjadikan minyak nan dimilikinya menjadi salah satu faktor penguat negaranya. Memang kita akui bersama, minyak tidak lagi hanya berperan sebagai komoditas ekonomi saja tapi sudah berubah menjadi alat nan kuat buat mempertahankan stabilitas suatu negara.
Selain permasalahan terhadap menproduksian minyak, berkembang lagi masalah terhadap emisi bahan bakar nan dihasilkan. Telah kita ketahui bersama bahwa minyak telah diubah menjadi bahan bakar nan sangat dibutuhkan. Selain buat menjalankan mesin-mesin pabrik, minyak juga terbanyak dipakai buat bahan bakar kendaraan bermotor. Konsumsi inilah nan terbesar.
Penggunaan bahan bakar minyak juga menimbulkan satu masalah baru, yaitu emisi gas nan dihasilkan. Dengan ini terjadi pencemaran udara nan besar. Udara tidak lagi menjadi sejuk dan segar lagi tapi berubah menjadi uadar nan kotor dan mengandung zat polutan.
Dengan pencemaran udara ini, juga membuat suhu bumi menjadi naik atau nan banyak dikenal dengan terjadinya pemanasan global. Pemanasan dunia ini telah menjadi isu nan menghantui seluruh manusia nan ada di bumi. Karena dengan meningkatnya suhu bumi maka juga menaikkan kemungkinan mencairnya es di kutub. Hal ini akan menaikkan peermukaan air laut.
Selain itu, permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan pada setiap negara buat segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan, misalnya biogas . Di samping semua itu, terus melonjaknya harga minyak global menjadi alasan serius nan menimpa banyak negara di global termasuk Indonesia.
Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak, pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 mengenai kebijakan energi nasional buat mengembangkan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak.
Maka dilakukanlah begitu banyak penelitian buat mendapatkan sumber bahan bakar pengganti minyak. Sebagian memang telah menemukan bahan bakar pengganti tersebut.
Kebijakan tersebut memprioritaskan pada sumber daya nan bisa diperbaharui sebagai energi altenatif pengganti bahan bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif ialah biogas.
Biogas berasal dari limbah organik, seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan, dan limbah rumah tangga nan bisa diperbaharui, dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion . Proses ini merupakan peluang buat menghasilkan energi alternatif sehingga bisa menekan akibat penggunaan bahan bakar fosil.
Anaerobik Digestion
Biogas merupakan proses produksi gas bio dari material organik dengan donasi bakteri. Proses perubahan material organik tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion . Gas nan dihasilkan dari proses tersebut sebagian besar berupa metana. Material organik nan terkumpul pada reaktor akan diuraikan dalam dua termin dengan donasi dua jenis bakteri.
Tahap pertama, material organik akan diubah menjadi asam-asam lemah dengan donasi bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada taraf hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis ialah penguraian senyawa kompleks, seperti lemak, protein, dan karbohidrat menjadi senyawa nan sederhana.
Sementara, asifdifikasi ialah pembentukan asam dari senyawa sederhana. Termin kedua dari anaerobik digestion ialah pembentukan gas metana dengan donasi bakteri pembentuk metana, seperti methanococus, methanosarcina, dan methano bacterium.
Sejarah Biogas
Sejarah inovasi biogas berasal dari benua Eropa. Biogas ditemukan oleh seorang ilmuwan nan bernama Volta. Ilmuawan tersebut menemukan gas nan dikeluarkan dari rawa-rawa nan terjadi pada 1770. Kemudian, Avogadro meneliti mengenai gas metana. Setelah 1875, biogas dipastikan menjadi sebuah produk dari hasil proses anaerobik digestion.
Pada 1884, seorang ilmuwan lain nan bernama Pasteour melakukan penelitian mengenai biogas dengan menggunakan kotoran hewan. Penelitian nan dilakukan Pasteour menjadi landasan buat melakukan penelitian biogas hingga saat ini.
Komposisi Biogas
Sebagian besar, biogas mengandung gas karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Selain itu, biogas pun memiliki beberapa kandungan nan jumlahnya kecil, seperti hidrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hidrogen dan (H2), nitrogen nan kandungannya sangat kecil.
Energi nan ada dalam biogas bergantung dari konsentrasi gas metana (CH4). Semakin tinggi kandungan gas metana, maka semakin besar kandungan energi (kalor) pada biogas. Begitupun jika semakin kecil kandungan metana, semakin kecil pula nilai kalor. Kualitas biogas bisa ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter, yaitu menghilangkan hidrogen sulfur, karbon dioksida (CO2), dan kandungan air.
Hidrogen sulfur mengandung racun dan zat nan menyebabkan korosi. Jika biogas mengandung senyawa ini, akan menimbulkan gas nan berbahaya sehingga kadar nan diijinkan maksimal 5 ppm. Jika gas dibakar, hidrogen sulfur lebih berbahaya sebab akan membentuk senyawa baru bersama oksigen, yaitu sulfur dioksida (SO2) atau sulfur trioksida (SO3). Kedua senyawa ini lebih beracun.
Pada saat bersamaan, akan terbentuk sulfur acid (H2SO3), yaitu suatu senyawa nan lebih korosif. Parameter kedua ialah dengan cara menghilangkan kandungan karbon dioksida nan dimiliki dengan tujuan meningkatkan kualitas. Oleh sebab itu, biogas bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Sementara, kandungan air dalam biogas akan menurunkan titik penyalaan biogas dan bisa menimbukan korosif.
Pemanfaatannya seperti distribusi melalui jaringan gas, pembangkit listrik, pemanas ruangan dan pemanas air. Jika dikompresi, ia bisa menggantikan gas alam terkompresi (CNG) nan digunakan pada kendaraan.
Penggunaan Biogas
Sebagai bahan bakar alternatif nan telah dikembangkan menjadi gas alam terpaharui, biogas kini telah banyak dgunakan. Biogas telah banyak digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyaktanah dan elpiji terutama dalam kebutuhan dapur. Para ibu telah beralih buat menggunakan biogas sebagai bahan bakar mereka buat memasak. Biogas dinilai lebih murah, tidak menghasilkan zat residu pembakaran nan berlebih juga lebih aman.
Selain buat kebutuhan rumah tangga, biogas juga telah banyak digunakan oleh pabrik-pabrik besar sebagai pengganti bahan bakar minyak. Pengalihan bahan bakar ini dimaksudkan buat mengehemat biaya produksi sehingga laba nan didapat juga semakin besar.