Sejarah Islam di Filipina dan Dominasi Amerika Serikat
Berbicara tentang Islam di Filipina , nan akan tergambar ialah sejarah panjang perjuangan anak bangsa beragama Islam buat mempertahankan diri dan bangsanya dari penindasan dan penjajahan.
Image negatif nan disematkan pada kaum minoritas muslim Filipina saat ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah penjajahan Spanyol nan mengadu domba rakyat Filipina, mewariskan Perang Saudara berkepanjangan. Islam di Filipina nyatanya meninggalkan sejarah panjang nan pahit.
Layaknya sebuah perjuangan, Islam di Filipina mengalami berbagai kendala. Pengaruh dari kebudayaan Spanyol datang kemudian dan membuat sebagian besar masyarakat Filipina beragama Katolik. Negara Filipina bahkan satu di antara dua negara nan menganut Katolik taat di Asia Timur selain Timor Leste.
Bahkan, kata manila sebagai nama ibukota Filipina berasal dari bahasa Arab, fi amanillah , nan berarti 'dalam lindungan Allah'. Menurut sejarah, sebelum 1565, ketika bangsa Spanyol menguasai Filipina, para pemimpin Islam bergelar Datuk atau Raja telah menguasai sepanjang pantai kepulauan Filipina. Tercatat, beberapa sultan dari Brunei dan Johor pun telah menempati lokasi tersebut.
Para Datuk dan Raja tersebut menyebarkan ajaran agama Islam di sepanjang Filipina. Dan menjadi tokoh sentral atas berkembangnya Islam di Filipina. Pada akhirnya mereka juga tak dapat lepas dari sejarah perjalanan Islam di Filipina tersebut.
Islam di Filipina - Islam Bermula
Berdasarkan cerita sejarahnya, dahulu, Filipina hanyalah kepulauan Melayu, loka berniaga dan loka singgah para pedagang muslim dan ulama dari Gujarat, India, serta Timur Tengah. Islam di Filipina pun bermula dari Norma berdagang tersebut. Kemudian, pada 1380, seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda dari Minangkabau menyebarkan agama Islam di Kepulauan Sulu dan Mindanao, Filipina Selatan.
Kemudian, seorang raja Manguindanao nan terkenal memeluk agama Islam. Sejak saat itu, Islam mulai menyebar ke Pulau Lanao, bagian utara Zamboanga, hingga daerah-daerah pantai kepulauan lainnya. Dari raja itulah Islam di Filipina mulai berkembang dan mendapatkan antusias dari warga Filipina.
Jika dilihat berdasarkan sejarahnya, Islam di Filipina ternyata masih sangat berkaitan erat dengan kebudayaan masyarakat Minangkabau nan notabene berada di wilayah Indonesia. Takheran jika pada akhirnya, kebudayaan Islam nan ada di Filipina memiliki kecenderungan dengan kebudayaan Islam nan ada di Minangkabau.
Penjajahan Spanyol
Ekpedisi ilmiah Magellans dari Spanyol pada 1521 ternyata memang ada maksud lain. Misi gold, gospel, dan glory, di masa itu memang menjadi tujuan primer bagi bangsa penjajah. Dengan berbagai upaya, pemberian hadiah-hadiah hingga penyerangan dan politik adu domba, Spanyol mulai menundukkan kesultanan-kesultanan di Filipina. Penjajahan Spanyol ini nyatanya tak dapat lepas dari cerita sejarah perkembangan Islam di Filipina.
Akan tetapi, hal itu tak berjalan dengan mudah. Perlawanan sengit dilakukan, terutama di wilayah selatan. Setelah tiga abad berlalu, 1876, Kesultanan Sulu kalah oleh Spanyol walaupun tak secara total terkuasai. Hal ini tidak lepas dari politik devide and rule atau pecah belah dan kuasai dari Spanyol. Spanyol menjadi negara nan bertanggung jawab atas tersendatnya perkembangan Islam di Filipina.
Penduduk Filipina wilayah utara nan telah beragama Katolik diadu domba dengan wilayah selatan nan beragama Islam. Di sini, dimunculkan istilah Moor atau Moro bagi orang Islam wilayah selatan, diasosiasikan dengan orang Moor di Spanyol serta diartikan sebagai 'kebodohan, jahat, dan pembunuh'. Pada masa itu, Islam di Filipina benar-benar tak dihargai.
Perang Moro terjadi pada 1578 nan melibatkan tentara Spanyol dan Indo-Kristen, yaitu orang Filipina nan telah Kristen, dengan penduduk dan Kesultanan Sulu di wilayah selatan. Peristiwa menyedihkan ini dialami oleh umat Islam di Filipina buat mempertahankan kepercayaannya.
Sejarah Islam di Filipina dan Dominasi Amerika Serikat
Kenyataannya, kepercayaan memang merupakan hal nan paling sensitif. Dan itulah nan terjadi di Filipina. Peperangan demi peperangan terus terjadi. Melalui Traktat Paris pada 1898, Spanyol menyerahkan Filipina kepada Amerika Serikat. Ternyata, peperangan kembali terjadi. Amerika nan awalnya memberikan kebebasan pada kaum Moro berubah kebijakan pada 1902, ketika Mindanao dan Sulu disatukan menjadi wilayah Provinsi Moroland.
Peperangan melawan imperialisme baru Amerika ini terjadi hingga 1923. Akhirnya, Amerika mengubah strategi dominasi kapitalis dengan membujuk dan memberikan pendidikan kepada kaum Moro. Cara ini sukses sebab lambat laun bangsa Moro mulai menyatu dengan penduduk Filipina lain dan pusat kekuasaan wilayah selatan pun berangsur-angsur beralih ke Manila.
Islam di Filipina dan Filipina Merdeka
Pada 1946, Filipina mendapatkan kemerdekaannya dari Amerika Serikat. Namun, hal ini belum berarti merdeka bagi penduduk wilayah selatan nan disebut Moro. Ternyata, pemerintahan nan baru bertindak subordinat pada kaum Moro hingga timbul kembali sentimen Kristen dan Moro. Islam di Filipina lagi-lagi dipinggirkan oleh kaum penjajah.
Sentimen berujung konflik ini kerap terjadi hingga mencapai puncaknya pada 1972 ketika Presiden Ferdinand Marcos berkuasa dan berlaku otoriter. Dari sinilah, lahir pemberontakan MILF ( Moro Islamic Liberation Front ) pimpinan Salamat Hashim dan MNLF ( Moro National Liberation Front ) pimpinan Nur Misuari. Konvoi ini lahir, disadari atau tak dampak perlakuan tak adil nan dilakukan pihak pemerintah Filipina dan penjajah.
Karena prihatin dengan kondisi bangsa Moro, OKI ( Organisasi Konferensi Islam ) dan Libya memediasi MNLF dan Pemerintah Filipina dengan menandatangani Perjanjian Tripoli pada 1976 nan berisi pemberian swatantra spesifik bagi tiga provinsi mayoritas muslim. Perlahan Islam di Filipina mulai dihargai.
Pada 1981, Islam di Filipina semakin dikukuhkan dengan dibentuknya Office of Muslim Affairs (sebuah kementrian urusan Islam). Pada 1990, wilayah swatantra Muslim Mindanao berdiri dengan lebih leluasa mengatur urusan pemerintahannya sendiri. Perjanjian damai kembali ditandatangani antara Nur Misuari (MNLF) dan Prisiden Filipina Fidel Ramos pada 30 Agustus 1996 di Istana Merdeka Jakarta, menyusul ketegangan nan kembali terjadi.
Kini, banyak orang-orang Moro nan berkarier di pemerintahan Filipina walaupun masih terbatas pada posisi puncak di departemen. Minoritas muslim menjadi warga kelas dua dengan prosesnya Islam di Filipina masih tetap seperti tamu di negaranya sendiri. Padahal Islam nan lebih dulu hadir di negara itu.
Namun, kuantitas muslim terus berkembang. Tidak hanya sebab faktor kelahiran, tetapi jumlah penduduk Filipina nan masuk Islam terus meningkat, terutama setelah peristiwa 11 September. Dalam bahasa Tagalog, orang nan masuk Islam diistilahkan dengan "balik Islam”. Islam di Filipina pun kembali diakui.
Islam di Filipina Kini
Berdasarkan data nan ada, Islam di Filipina dibedakan menjadi 13 kelompok etnolinguistik atau disparitas bahasa menurut pembagian daerah. Yaitu Iranun, Maranao, Yakan, Sama, Mapun, Tao-Sug, Ka'agan, Kalibugan, Sangil, Molbog, Palawani, dan Badjao.
Selain itu, Islam di Filipina juga tersebar ke wilayah Luzon dan Visayas, meskipun jumlahnya tak sebanyak daerah-daerah nan telah disebutkan terdahulu. Masih menurut data, jumlah penduduk Filipina nan menganut agama Islam pada 2005 lalu berjumlah 4,5 juta jiwa atau hanya 5 % dari jumlah penduduk keseluruhan.
Islam di Filipina semakin dikokohkan dengan berdirinya masjid pertama. Masjid pertama nan ada di Thailand berada di Pulau Simunul. Masjid tersebut didirikan oleh Makhdum Karim atau Sharif Awliya nan merupakan keturunan Arab. Masjid pertama di Filipina tersebut dibangun sekitar 1380.