Orang Beriman Saja nan Mendapat Petunjuk dan Derajat nan Tinggi
Apa saja hadits tentang keimanan ? Iman dalam ajaran Islam ialah sesuatu nan esensial dan merupakan inti dari segala bentuk peribadahan. Beriman berarti meyakini keberadaan Allah dan keesaanNya, kehidupan akhirat, pahala dan dosa, surga dan neraka dengan sepenuh hati dan tanpa adanya keraguan sedikit pun.
Iman memiliki dimensi nan sangat luas sehingga setiap muslim wajib mempelajari pengetahuan tentangnya melalui ayat-ayat Alquran dan hadits tentang keimanan nan disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan pengetahuan itu, maka keimanan seseorang akan bertambah dan berpendar dalam konduite kehidupannya sehari-hari.
Pengertian Iman
Secara bahasa iman berarti meyakini, mempercayai, atau membenarkan. Secara istilah para ulama , iman berarti membenarkan dengan hati, berikrar dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan.
Membenarkan berarti menerima kebenaran ajaran nan dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Berikrar berarti dengan lidahnya seseorang mengucapkan kalimah Syahadat sebagai pengakuan ketauhidan dan keislamannya. Mengamalkan dengan perbuatan berarti menjalankan seluruh amal peribadahan nan diperintahkan sebagai bukti kepatuhan terhadap Allah SWT.
Berdasarkan pengertian ini, maka seorang muslim nan mengaku beriman sepenuh hati di dalam hatinya haruslah tertanam keyakinan penuh terhadap Allah SWT, bahwa Dialah satu-satunya loka meminta dan sandaran hidupnya, seperti ia meyakini bahwa ia akan merasakan panas bila ia memegang api. Dengan demikian ia akan selalu terdorong buat setiap saat beramal dengan cara nan diridhai Allah SWT.
Keimanan sebagai Karunia Allah
Pada hakikatnya keimanan ialah anugerah nan tidak ternilai dari Allah SWT kepada manusia. Dalam Alquran surat Al Baqarah disebutkan “Allah pelindung orang-orang nan beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)”. Juga dalam surat Al Maidah ayat 16 dinyatakan “... dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-oang itu dari gelap gulita kepada cahaya nan terang benderang dengan seizinnya".
Menjadi orang nan beriman ialah nikmat dari Allah SWT sehingga seorang mukmin harus mensyukuri keimanan dalam hatinya. Namun, ini tak berarti bahwa para pengingkar kebenaran ajaran Allah sudah ditetapkan kekafirannya, melainkan sebelumnya Allah telah memberi petunjuk dan peringatan melalui Alquran dan Alhadits.
Hanya saja mereka tidak mau membuka hatinya buat menerima kebenaran ajaran nan diperlihatkan Allah meskipun matanya telah konkret melihat kebenaran tersebut sehingga orang-orang tersebut akan tetap berada dalam kekafiran.
Orang Beriman Saja nan Mendapat Petunjuk dan Derajat nan Tinggi
Iman dalam hati merupakan kunci menuju afeksi Allah. Petunjuk serta surga nan dijanjikan Allah tak akan didapatkan kecuali oleh orang nan beriman. Dalam kehidupan dunia, sebanyak apapun amal baik nan dilakukan oleh seseorang, tetapi tak didasari iman kepada Allah nan Maha Memberi pahala maka sebagai balasan nan akan didapatnya hanya pahala global saja, sedangkan di akhirat ia termasuk orang-orang nan merugi. Hal ini diterangkan dalam beberapa ayat Alquran yakni:
“… Alquran itu ialah petunjuk dan penawar bagi orang-orang beriman …” (Fushilat:44).
“ Dan barangsiapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan beriman lagi sungguh-sungguh beramal shaleh, mereka itulah orang-orang nan mendapat tempat-tempat mulia ” (Thaha:75)
“ Dan orang-orang nan beriman serta beramal shaleh, mereka ialah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya .” (Al Baqarah:82)
Perwujudan Iman dalam Perilaku
Setelah ikrar syahadat sebagai pengakuan keislaman terhadap Allah SWT, seorang muslim harus menyempurnakan keimanannya dengan takwa serta akhlak nan mulia. Dalam hal ini dikenal dengan sinergi Iman (keyakinan), Islam (kepatuhan) dan Ihsan (amal baik).
Keyakinan dalam hati disempurnakan dengan enam Rukun Iman yaitu :
- Iman kepada Allah,
- Iman kepada malaikat Allah
- Iman kepada kitab-kitab Allah
- Iman kepada para rasul Allah
- Iman kepada hari kiamat
- Iman kepada ketetapan Allah (takdir)
Kepatuhan terhadap aturan-aturan Allah ditegaskan dengan aplikasi lima Rukun Islam yaitu :
- Syahadat
- Sholat
- Puasa
- Zakat
- Haji (bila telah mampu)
Lalu, kedua hal tersebut, yakni iman dan islam, akan menjadi utuh terdapat dalam jiwa seorang muslim bila dilengkapi dengan konduite ihsan, yaitu sikap seorang muslim nan berbuat baik dan berperan besar terhadap kemanfaatan bagi sesama dan alam. Dengan demikian ia telah melaksanakan perintah Tuhannya dengan paripurna sebagai khalifah di muka bumi nan sinkron dengan hakikat Islam sebagai agama rahmatan lil alamiin (rahmat bagi seluruh alam).
Sabda Nabi SAW :
“ Keimanan itu adalah engkau beriman (percaya) kepada Allah, para MalaikatNya, kitab suciNya, hari rendezvous dengan-Nya, juga percaya pada Rasul-Nya, dan beriman dengan hari kebangkitan di akhirat ”. (HR. Bukhari Muslim)
“ Islam itu adalah engkau menyembah Allah, dan tak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan sholat, menunaikan zakat, nan diwajibkan, berpuasa di bulan Ramadhan dan pergi haji ke baitul haram ”. (HR. Bukhari Muslim)
Teladan Nabi Muhammad SAW ialah contoh paling konkret terhadap perwujudan sinergi ketiga dimensi ini. Dalam hadits tentang keimanan Rasul mengajarkan bahwa perlakuan seorang muslim terhadap muslim lain, terhadap non muslim, atau terhadap alam dan binatang sekalipun ialah bagian dari kesempurnaan keimanan nan menetap dalam hatinya. Sabda Rasulullah SAW :
Dari Anas r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: “ Tidak paripurna keimanan seseorang dari kalian sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri ” (HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah ra Nabi SAW berkata: "Barang siapa nan beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaklah ia berbicara nan baik atau diam. Barang siapa nan beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barang siapa nan beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya .” (HR. Bukhari).
Dari Anas ra Rasulullah SAW bersabda : "Seorang muslim tidaklah menanam sebatanag pohon atau menabur benih ke tanah lalu datang burung atau manusia atau binatang memakan sebagian daripadanya melainkan apa nan dimakan itu merupakan sedekahnya .” (HR. Bukhari)
Seorang Mukmin Wajib Berupaya Meningkatkan Keimanannya
Kadar keimanan seseorang tak selalu dalam level nan sama. Ada kenaikan dan adakalanya pula menjadi turun. Dalam surat Al Anfal ayat 2 Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya orang-orang nan beriman itu ialah mereka nan apabila disebut nama Allah gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.
Kurangnya ilmu pengetahuan agama , meremehkan dosa ringan, meringan-ringankan ibadah, buruknya pergaulan dan bujukan syetan ialah beberapa faktor penyebab iman berada dalam kadar lemah. Untuk itu seorang muslim wajib senantiasa meningkatkan keimanannya dengan banyak mempelajari ilmu agama lebih dalam, bertafakur tentang ciptaan-ciptaan Allah sehingga tumbuh kekaguman terhadap kebesaran dan kebenaran ayat-ayat Allah, berteman dengan orang-orang shaleh, mendekatkan diri pada Allah dan berusaha mengenal sifat-sifatNya.
Dengan mengenal sifat-sifat kesempurnaanNya seorang muslim akan memiliki keyakinan dalam hatinya bahwa Allah Maha Mengetahui apa nan dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya sehingga akan timbul rasa takut kepada Allah dan lebih waspada terhadap apapun nan bisa menariknya ke dalam perbuatan dosa. Selain itu, tidak ada lagi teladan nan lebih paripurna selain Nabi Muhammad SAW. Dengan mempelajari sirah dan mengamalkan sunah-sunahnya maka rasa cinta kepada Allah dan RasulNya akan tumbuh fertile di hati.
Dengan terpenuhinya ketiga dimensi iman, islam dan ihsan maka hal itu akan tercermin dalam kehidupannya sehari-hari sebagai seorang muslim sejati sehingga bisa meraih kesempurnaan iman dan merasakan manisnya iman. Sebagaimana nan diterangkan dalam sebuah hadits:
“ Ada tiga hal nan jika ketiganya ada pada seseorang maka dia akan merasakan manisnya iman yaitu: Allah dan RasulNya lebih dia cintai daripada apapun, mencintai seseorang dan tak mencintai kecuali sebab Allah, benci buat kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan darinya sebagaimana bencinya jika dicampakkan ke dalam barah neraka. ” (HR. Bukhari Muslim)
Mudah-mudahan kita termasuk di dalamnya. Wallahu a’lam.