Batu Sandungan ialah Tantangan
Senandung lagu The Band Perry terdengar lembut di ujung kuping. Hari ini, sejak bangun tidur pagi tadi semangat sudah menyerbu di balik dinginnya udara Bandung nan menusuk tulang. Meskipun hari ini ialah hari nan paling banyak dibenci oleh orang saat memulai minggu baru dan kembali berurusan dengan pekerjaan serta rutinitas mereka, hari ini ialah Senin nan indah. Surya mulai meninggi menampakkan senyumnya nan semakin mengembang. Saatnya menciptakan tulisan .
"If I die young, bury me in satin
Lay me down on a, bed of roses
Sink me in the river, at dawn
Send me away with the words of a love song …"
Jangan Ragu Memublikasikan Tulisan Anda
Memandangi to-do list nan akan dikerjakan di layar komputer ternyata banyak juga tulisan nan harus diselesaikan hari ini. Ya, hanya dengan semangat semua dapat beres. Poin satu dan dua tidak terasa selesa. Melaju ke poin ketiga, hati mulai tertegun dan ragu membuka arsip di drive D. Ada satu arsip nan rasanya ragu buat kukirim ke alamat nan dituju nan sudah terpatri jelas dalam benak dan selalu teringat.
Gumaman tanpa terasa meluncur manis dari dalam hatiku. Keraguan menyerang dengan tiba-tiba meski tahu bila ragu menghadang dari kreativitas maka sepanjang hari itu produktifitas pun akan terhenti. Sebenarnya tulisan ini sudah selesai sejak hari sabtu lalu tapi berhubung akhir pekan jadi kuputuskan buat menyimpan kemudian mengirimkannya hari Senin, yaitu hari ini, sekarang.
Sebenarnya, beberapa menit kemudian saya masih terus tercenung memandangi outline nan sudah setengah jadi. Mungkin judul nan akan kucoba tembak ini tak begitu klop dengan kata hati atau mungkin juga bukan tulisan nan tepat untukku. Dapat saja sebenarnya kupaksakan mengirim outline judul ini tapi niscaya hasilnya tak akan optimal sebab there's something missing. Ruhnya kurang terasa. Well, I made up my mind. Pelan-pelan outline itu kukembalikan ke drive D dengan yakin.
Teringat satu tulisan indah nan selalu mendorong semangatku kembali bangkit, entah siapa nan menulisnya. "Pada saat kita akan menyerah, ingatlah alasan nan selama ini membuatmu bertahan begitu lama". Saat sampai pada titik nan membuat kita menyerah, ingatkan lagi diri kita kenapa dapat bertahan selama ini.
Aku yakin, penulis kutipan itu niscaya telah mengalami berbagai jalan kehidupan nan beragam. Orang nan kurang makan asam garam kehidupan tidak akan dapat menuliskan kutipan menggugah seperti itu. Menulis itu ialah tentang kata hati. Bukan sekadar berusaha memenuhi pundi-pundi rekening atau pencapaian lain nan materialistik. Apa nan ditulis seharusnya menjadi model, contoh, inspirasi dan motivasi bagi orang banyak, itu misi terbaik seorang penulis.
Kadang kita seperti menghitung kancing ketika akan melakukan sesuatu sebab keraguan nan selalu muncul di saat tidak diduga. Seperti mengirimkan tulisan kita, kadang ragu dan tidak yakin, namun terus muncul lagi pertimbangan baru.
Buatku hal seperti itu menghabiskan waktu nan sia-sia. Gelenyar terasa di banyak bagian tubuh ketika kita bersiap menghadapi suatu hal baru. Perut rasanya sakit, nafas menjadi sesak dan kepala mendadak pusing. Tanda-tanda kegugupan menghampiri diri kita. Wajar, tapi gak baik juga kalau berlebihan.
Ya, seringkali kita ragu dan tidak konfiden dengan tulisan protesis sendiri. Jika dibandingkan dengan tulisan orang lain akan terlihat bedanya. Rasanya tulisan kita ini tak ada apa-apanya dibandingkan punya mereka nan lebih berisi, berbobot dan berkualitas. Padahal, kenyataannya tak seperti itu. Setiap penulis punya gaya sendiri dan cara khas dalam menyampaikan opini atau suara hatinya.
Setiap gaya tulisan memiliki penggemar sendiri dan tak semua orang menyukai gaya tulisan satu orang saja. Maka, konfiden dengan tulisan sendiri itu lebih baik. Dengan orisinalitas, isi nan berkualitas dan bermanfaat, tentu akan mendatangkan pembaca lebih banyak.
Batu Sandungan ialah Tantangan
Masih ingat dengan kisah The Pursuit of Happiness , film nan luar biasa memberikan inspirasi, baru saja kembali ditayangkan di layar televisi nasional beberapa hari lalu. Menceritakan seorang bapak bernama Chris Gardener nan berada di titik paling rendah dalam hidupnya dimana hampir semua orang dipastikan bakal menyerah tapi tak dengan dia.
Tanpa uang tanpa pekerjaan, tidak pernah ada kata menyerah baginya. Jatuh bangun, susah, sakit dan perih terus menyertai sampai akhirnya cahaya terang datang dan membuatnya jadi jutawan dan punya perusahaan sendiri. Jadi, kalau kita pernah berpikir buat menyerah atas usaha nan baru saja mencapai seujung kuku, film ini menjadi satu contoh kisah nan dapat diambil maknanya.
Tak ada orang nan tidak pernah terantuk batu kecil dalam perjalanan hidupnya. Begitu juga dengan penulis, apapun genre-nya halangan dan kendala itu akan selalu datang. Sekali terjatuh, segera bangkit, bukan hanya kita nan pernah jatuh bangun seperti ini. kalau dipikir-pikir, sebenarnya bukan waktu, kebetulan atau keberuntungan nan membuat seseorang sukses, tetapi dirinya sendiri.
Teringat lagi outline -ku nan sudah disimpan di dalam drive D tadi. Mungkin kalau kuotak-atik lagi lalu dirapikan dan dihiasi dengan deretan teks nan mengundang penasaran orang, outline ini dapat kukirimkan. Teringat kejadian tempo hari ketika ibu sedang membereskan rumah nan seperti kapal pecah. Ternyata beliau menemukan satu tulisan nan membuatnya tergelak dan senyum-senyum sendiri. Mengetahui bahwa tulisan itu begitu menyentuh tapi di sisi lain juga lucu.
Lagu The Band Perry kembali kuputar, semangatku muncul lagi, menggebu-gebu dan konfiden pada diri sendiri. Menulis bagai melihat seorang ibu nan sedang menyaksikan anaknya tumbuh dengan segala potensinya. Seorang ibu tidak akan pernah menyerah dengan anak-anak nan mereka lahirkan, sama seperti naskah-naskah nan telah lahir dari ketikan atau tulisan-tulisan tangan kita.
Tak ada ibu di global ini nan berhenti menyayangi anaknya bagaimanapun nakal atau mengecewakannya mereka. Ibu akan tetap mengasihi dan membimbing sang anak sampai kapanpun. Naskah, outline, ide atau inspirasi nan muncul dari benak ini terlahir buat kita. Menulis dengan passion, hasrat, jangan sebab tuntutan dan permintaan siapapun. Siapapun dapat membesarkan karya buah tangannya sendiri.
Lionel Messi, seorang pesepakbola terbaik era modern nan harus menahan sakit selama berbulan-bulan ketika kecil sebab harus menyuntikkan sendiri hormone tambahan agar tubuhnya dapat bertambah tinggi seperti anak normal lainnya. Semua kerja keras itu dilakukan sebab dia begitu mencintai sepakbola.
Bermain sepak bola dengan penuh cinta dan hasrat akan melahirkan pesepakbola hebat. Ya, seperti dia itu. Tak ada kesuksesan nan tak melewati rasa sakit lebih dulu. Hal itu berlaku buat semua orang. Jadi, tidak ada alasan bagiku buat menyerah di tengah perjalanan.
Layar komputer kembali menampilkan ventilasi inbox di akun gmail milikku dan kutatap kata itu. Email sent! Tulisan dikirim. Semoga keberuntungan menaungi perjalananku ini. Samuel Becket mengatakan, "ketika kamu pernah gagal, tak jadi masalah. Coba lagi. Ketika kamu gagal lagi maka kegagalan itu akan lebih baik dari sebelumnya."