Cerita Fabel Anak: Mengajarkan Nilai-nilai Baik

Cerita Fabel Anak: Mengajarkan Nilai-nilai Baik

Dunia anak-anak selalu identik dengan kegembiraan. Kegembiraan tersebut hadir melalui banyak hal. Cerita fabel anak serta mainan ialah dua hal nan selalu sukses membuat semangat anak-anak kembali menjadi naik.

Kemampuan anak buat mengimajinasikan sesuatu memang berbeda. Mereka mempunyai daya khayal nan seolah tak mengenal batasan. Cerita-cerita dongeng atau cerita fabel anak merupakan salah satu wahana bagi anak-anak buat semakin mengembangkan daya imajinasinya tersebut.

Mendengar istilah cerita fabel anak niscaya tak begitu asing. Cerita ini memang sangat akrab dengan kalangan anak-anak ataupun mereka nan berprofesi sebagai pendongeng. Ketertarikan anak-anak terhadap cerita fabel anak memang cukup tinggi. Ketika mendengar cerita fabel anak, mereka seolah dibawa ke global dongeng nan penuh dengan hal-hal latif dan menarik.

Cerita fabel memang identik dengan anak-anak, itulah sebabnya cerita ini juga sering disebut sebagai cerita fabel anak. Cerita fabel anak ini biasanya diperuntukkan bagi anak usia TK hingga sekolah dasar.

Cerita fabel ialah sebuah cerita nan mengangkat binatang sebagai tokoh utamanya. Cerita seperti ini berubah menjadi sangat menarik bagi anak-anak. Itulah sebabnya, mengapa cerita ini sering juga disebut sebagai cerita fabel anak. Berikut ialah salah satu contoh cerita fabel anak yang menceritakan binatang paling terkenal di kalangan anak-anak.



Cerita Fabel Anak: Asal Mula Binatang Keledai

Cerita fabel anak tentang keledai pun dimulai. Syahdan Ada tiga binatang nan ingin berubah menjadi Kuda sebab dihasut oleh Ular. Mereka berusaha meniru Kuda hingga akhirnya salah satu berubah menjadi Jerapah. Ketika melihat Jerapah, Kuda berteriak ketakutan dan menyebut kata Raksasa. Akibatnya, dua binatang nan belum berubah berlari menyelamatkan diri dari raksasa nan sebenarnya ialah Jerapah.

Dalam cerita fabel anak, kedua binatang itu diceritakan terus berlari hingga kelelahan. Mereka saling memandang, di mana raksasa tadi? Apakah dia sudah pergi? Seperti apa bentuknya? tanya nan pertama. Kukira kau melihatnya! Teriak nan kedua. Kita sudah meninggalkannya dalam keadaan nan buruk. Kita tak setia! kata nan pertama sekali lagi.

Ia bergelung di tanah. Kalian sudah melihat betapa indahnya kuda, bukan? Kata ular. Wajar sekali jika Gajah menyukainya. Sahih kata Ular. Lebih baik sekarang kita mencari binatang lain nan akan kita jadikan bahan percobaan. Kita akan membentuk badannya sinkron ingatan kita tentang kuda, kata binatang kedua. Mata Ular berbinar. Kedua binatang itu masuk dalam perangkapnya.

Cerita fabel anak tentang keledai ini berlanjut. Jika kedua binatang itu menggunakan binatang lain buat percobaan, kedua binatang itu sudah berbuat jahat. Di mana kita akan mendapat binatang lain? kata nan kedua.Tenanglah. Aku mengenal seekor binatang nan suka mengerat akar, Si Pengerat Akar. Nanti, dia akan kuajak ke sini, sahabat, kata Ular merayu. Ia bergegas merayap ke tengah hutan buat mencari Si Pengerat Akar.

Malam semakin pekat. Cerita fabel anak ini berlanjut ketika di belakang binatang nan pertama sudah ada binatang lain nan matanya hampir tertutup sebab mengantuk. Ia selalu berseru, Akar.. akar.. di mana ada akar? Ular mendesis, akar itu akan kau dapatkan besok pagi kalau kau tinggal di sini dengan sopan dan tak berkata apa-apa!

Ular menoleh pada dua binatang tadi, kalian harus melakukan percobaan secepatnya! Dengan segera, kedua binatang tadi mengutak-atik tubuh si Pemakan Akar. Tiba-tiba, kedua binatang tadi sadar mereka sudah melakukan kesalahan. Mereka lupa memberi surai dan ekor pada si Pemakan Akar! Tidak ada satu pun dari kedua binatang itu nan dapat menemukan cara membuat sesuatu nan mirip rambut Peri Matahari. Cerita fabel anak ini mulai terasa menegangkan.



Cerita Fabel Anak: Mengajarkan Nilai-nilai Baik

Cerita fabel anak pada cerita ini pun mulai mengajarkan sesuatu. Diceritakan bahwa Ular berpikir keras. Akhirnya, ia memberi perintah, Pemakan Akar, pergilah ke ladang jagung dan ambillah rambut jagungnya. Nanti, kita akan menyisir rambut jagung itu agar rapi. Nanti, kita juga dapat memperpanjangnya. Rambut jagung ini dapat kita jadikan surai dan ekor nan mirip dengan surai dan ekor Kuda. Niscaya hasilnya sempurna. Nanti kau akan kuberi upah berupa dua buah akar. Si Pemakan Akar melambai-lambaikan telinga nan panjang dengan sangat riang. Ia sangat ingin memakan akar-akar nan dijanjikan Ular.

Cerita fabel anak bertambah semakin menegangkan ketika ternyata ladang jagung tersebut dijaga ketat oleh Pasukan Semut. Tidak ada seekor binatang pun nan dapat mencuri jagung dari sana. Oleh sebab itu, Si Pemakan Akar menunggu hingga malam semakin larut. Beberapa pasukan Semut mulai mengantuk. Mereka lengah. Begitu tiba saat nan tepat, Si Pemakan Akar menerobos masuk dan menarik salah satu pohon jagung dengan giginya.

Ketegangan pada cerita fabel anak ini pun terjadi. Sayang, sebab ia terlalu berisik. Akibatnya, Pasukan Semut terjaga. Mereka berteriak, ada pencuri jagung! Ada pencuri jagung! Si Pemakan Akar berlari secepat kilat. Dalam hati, ia sadar bahwa ia salah. Akan tetapi, janji Ular akan memberinya dua buah akar membuatnya rela melakukan apa saja.

Pagi mengganti malam. Matahari sudah tinggi. Di mana-mana, terdengar bunyi binatang nan mencari makan. Tak jauh dari loka Ular dan kawan-kawan, terdengar langkah Gajah. Rupanya, Pasukan Semut sudah memberitahu Gajah bahwa semalam ada pencuri jagung. Gajah sedang menyelidiki setiap binatang. Celaka, Gajah datang ke sini! Kita dapat ketahuan, keluh Ular. Di belakang Ular, terdengar bunyi gemerisik. Siapa itu? Tanya Ular. Aku! Teriak si Pemakan Akar sekeras-kerasnya.

Ia ingin menyatakan perasaan gembira sebab sukses mendapatkan rambut jagung. Ia konfiden kalau Ular akan memberinya upah akar-akar nan gemuk. Mendengar teriakan si Pemakan Akar, Gajah langsung berteriak.

Emosi pada cerita fabel anak ini berubah. Hei! Apa nan terjadi di sebelah sana?! Semak belukar itu dikuak oleh Gajah dengan gadingnya. Kepalanya nan besar itu kelihatan. Ia terkejut ketika melihat makhluk aneh di depannya: Si Pemakan Akar. Hei, siapa kamu? Gajah mengernyitkan kening. Gajah, kata binatang pertama sambil melangkah ke depan.

Kau selalu mengatakan bahwa Kuda ialah binatang terbaik. Sekarang, kami berusaha menirunya. Lihatlah si Pemakan Akar. Dia mirip dengan Kuda, bukan? Setelah dia berubah, kami akan berubah juga. Saat itu juga, paras Gajah memerah. Ia sangat marah. Matanya merah seperti menyemburkan api. Ia melangkah ke depan.

Mengapa kalian mengubah bentuknya menjadi jelek? Agar dia menjadi tiruan Kuda nan paling buruk. Setelah itu, kami akan membentuk tubuh kami lebih baik daripada dia, Binatang pertama menundukkan kepala. Gajah membelalakkan mata sebab sangat marah. Tidakkah terpikir oleh kalian bahwa kalian sudah menghancurkan bentuk si Pemakan Akar?

Cerita fabel anak ini pun berakhir dengan kekecewaan Gajah nan mendalam. Ia kecewa sebab perubahan nan terjadi. Setiap cerita fabel anak pada umumnya memiliki nilai moral nan disampaikan. Nilai moral pada cerita fabel anak ini ialah bagaimana manusia diajarkan bagaimana cara bersyukur dan menerima segala pemberian Tuhan. Secara langsung maupun tak langsung, anak-anak tersebut akan mendapatkan pelajaran berharga dari cerita fabel anak tersebut.