Souvenir dari Kampung Naga
Membaca Kampung Naga barangkali Anda akan terkejut? Majemuk pertanyaan pun akan muncul, dari ada apa saja di kampung tersebut hingga prediksi ada tidaknya naga dikampung tersebut. Kampung Naga bukanlah kampung mistis, meski berdekatan dengan hutan keramat. Apakah Anda suka dengan kehidupan asri dan penuh dengan tanaman dan pepohonan nan hijau? Jika iya, datanglah ke Kampung Naga.
Apakah Anda termasuk orang nan suka menafakkuri atau memikirkan estetika alam nan diciptakan Tuhan? Kampung Naga ialah loka nan layak buat dijadikan loka tafakkur. Kampung Naga ialah salah satu daerah nan berada di Desa Neglasari, Tasikmalaya, Bandung. Desa ini akan membuat Anda ketagihan ingin mendatanginya. Tentu saja untuk Anda nan suka ketentraman, alam nan hijau dan suka melihat estetika kreasi Tuhan.
Masyarakat nan tinggal di Kampung Naga ini tergolong masyarakat primitif. Masyarakat nan sangat memegang erat adat istiadat suku Sunda. Ya, mayoritas masyarakatnya ialah orang sunda. Keprimitifan masyarakatnya persis seperti suku Badui.
Lokasi Kampung Naga
Untuk mencari Kampung Naga cukup mudah. Karena ia tidak jauh dari jalan primer nan menghubungkan Garut dengan Tasikmalaya. Kampung Naga berada di atas tanah nan subur. Luasnya saja mencapai 1,5 hektar. Sebelah Barat Kampung Naga berbatasan dengan hutan keramat. Dikatakan hutan keramat, lantaran ada makam leluhur masyarakat Kampung Nada di hutan tersebut.
Sebelah selatan Kampung Naga dibatasi oleh sawah-sawah penduduk. Sedangkan sebelah timur dan utara Kampung Naga nan dibatasi oleh Sungai Ciwulan nan sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray Garut.
Melihat peta lokasinya saja, Anda seharusnya sudah dapat membayangkan seperti apa Kampung Naga. Kampung nan tidak akan membosankan bila dikunjungi. Bahkan Anda pun mungkin akan semakin kaget, sebab buat dapat mendatangi Kampung Naga, Anda mesti melalui ratusan anak tangga nan memiliki kemiringan hingga 45 derajat. Lelah memang saat melaluinya, namun begitu tiba di Kampung Naga hilang seluruh kelelahan Anda.
Kondisi Masyarakat Kampung Naga
Kelelahan nan Anda rasakan saat mengunjungi Kampung Naga akan sirna saat menikmati udara dingin melalui semilir angin nan tanpa terasa telah menampar pipi dan seluruh tubuh Anda. Selain itu, ada pepohonan hijau nan siap bekerja dengan semilir angin buat memberikan kesejukan. Sungguh, pemandangan sawahnya juga membuat Anda betah tinggal di Kampung Naga.
Di tengah keasrian dan pemandangan hijaunya, kondisi penduduk masyarakat Kampung Naga tidak suka dengan modernisasi. Penduduknya benar-benar taat dengan adat istiadat. Apalagi kondisi masyarakat Kampung Naga ialah kondisi masyarakat turun-temurun. Bahkan jumlah masyarakat penghuni Kampung Naga tidak mencapai 500 orang. Yang membuat kondisi Kampung Naga benar-benar menarik perhatian dan membuat nyaman, di Kampung Naga Anda tak akan mendengarkan suara hingar-bingar seperti di kota-kota.
Di malam hari nan Anda dengar hanyalah suara jangkrik dan terkadang suara kodok minta hujan. Plus, Kampung Naga memiliki pantangan dalam bidang kesenian. Sejak zaman dahulu, tak boleh masuk seni nan bukan berasal dari Kampung Naga. Jika ada pesta ataupun acara-acara hiburan, tak akan pernah ada dangdutan, wayang golek dan lain-lain. Yang Ada hanyalah angklung, beluk, rengkong, calung, terbangan. Karena inilah seni nan memang diwariskan oleh leluhur Kampung Naga.
Setiap kali ada pertunjukkan seni maka nan ditampilkan hanyalah satu atau dua dari lima hiburan tersebut. Jika dilihat dari kartu penduduk, mayoritas masyarakat Kampung Naga beragama Islam, tapi dari sisi adat istiadat dan kepercayaan nenek moyang tetap lebih tinggi kedudukannya dari anggaran agama. Misalnya dalam pembangunan rumah.
Rumah nan dibangun mesti dengan style panggung dengan bahan dasar bambu dan kayu, plus tak boleh dicat. Atapnya mesti berbahan dari daun nipah atau alang-alang. Rumah tidak boleh menghadap ke arah barat dan timur, meski ke arah utara utara selatan, serta memanjang ke arah barat atau timur.
Jika dilanggar aturan-aturan nan sudah ditetapkan leluhur, mereka berkayakinan akan mendapatkan musibah nan tak diduga-duga. Sehingga keyakinan mereka ini juga diberlakukan kepada para pengunjungnya. Mereka akan menginformasikan hal-hal tabu nan tidak boleh dilakukan selama mengunjungi Kampung Naga .
Souvenir dari Kampung Naga
Jika ingin kembali ke kota tentunya ingin membawa buah tangan atau oleh-oleh sebagai tanda bukti Anda mengunjungi Kampung Naga. Ketika akan memasuki Kampung Naga Anda akan melihat banyak toko nan memasarkan souvenir sederhana hasil hasil karya kerajinan tangan warga Kampung Naga.
Anda dapat membeli di loka tersebut. Jangan takut, harganya tak mahal kok. Anda tinggal memilih jenis karya kerajinan tangan tersebut sinkron selera.
Asal-usul Kampung Naga
Kampung Naga bukanlah kampung nan terjadi begitu saja. Tentu miliki sejarah. Syahdan kabarnya, Kampung Naga ada hubungannya dengan Sunan Gunung Djati nan memiliki nama orisinil Syarif Hidayatullah. Ketika menjadi sunan, ia mengutus Singaparna buat menyebarkan agama Islam ke bagian Barat. Sampailah ia di desa Neglasari, oleh masyarakat Singaparna disebut sebagai Sembah Dalem.
Hal ini berawal dari persemediannya nan memberikan petunjuk bahwa ia harus mendiami suatu kampung di Desa Neglasarai. Itulah dia Kampung Naga. Kematian Sembah Dalem Singaparna atau nan biasa juga disebut Eyang Galunggung tak jelas. Mayoritas masyarakat Kampung Naga meyakini, sembah dalam tak meninggal seperti manusia biasa, ia hanya raib tanpa jasad.
Di loka keraibannya tersebutlah oleh masyarakat Kampung Naga diklaim sebagai makam keramat. Karena dinilai sebagai loka nan dapat memberikan petunjuk kepada masyarakat Kampung Naga. Makam tersebut selalu dikunjungi atau diziarahi warga Kampung Naga setiap kali diadakan ucapara adat.
Manfaat Mengunjungi Kampung Naga
Setelah Anda mengetahui kondisi masyarakat Kampung Naga, plus asal muasal adanya makam keramat di sebelah Barat Kampung Naga, Anda pun menjadi paham apa nan bakal dipetik dari kunjungan wisata di kampung tersebut. Di sini, akan diulas sedikit manfaatnya.
1. Manfaat Mengunjungi Kampung Naga - Serasa di Kampung Sendiri
Saat Anda mengunjungi Kampung Naga, serasa Anda sedang mengunjungi kampung sendiri. Betapa tidak, sebab di Kampung Naga Anda akan melihat keasrian dan kesejukan udara nan ada. Anda juga akan menemukan keprimitifan warga plus ketaatan mereka pada anggaran adat istiadat nan berlaku di kampung tersebut.
Di sinilah Anda merasakan Kampung Naga sebagai loka istirahat. Anda tak melihat pengaruh modernisasi. Anda tidak menemukan kondisi masyarakat nan cuek. Semua penuh ke-ramahtamahan. Anda benar-benar merasakan seperti di kampung sendiri.
2. Manfaat Mengunjungi Kampung Naga - Mengagumi Kreasi Tuhan
Terlepas dari lebih tingginya anggaran adat istiadat dari anggaran agama nan diyakini oleh publik Kampung Naga, kita dapat menjadikan Kampung Naga sebagai loka menyaksikan maha karya kreasi Tuhan. Anda merasakan udara nan sejuk nan diberikan Tuhan. Anda menikmati pemandangan hijau nan menyegarkan mata saat melihat sawah-sawah milik warga Kampung Naga.
Anda akan mendengar jelas suara sahut-sahutan binatang nan hayati tenang di Kampung Naga. Semua itu ialah kreasi Tuhan. Di sinilah, kita dapat merasakan bahwa kita tak ada apa-apanya. Kita tidak mampu menciptakan seperti apa nan diciptakan Tuhan. Makanya, Kampung Naga dapat menjadi media buat merenungkan segala kreasi Tuhan. Dari manusia hingga tumbuh-tumbuhan nan fertile di Kampung Naga.
Hasil Karya Masyarakat Kampung Naga
Ketika mengunjungi Kampung Naga, Anda akan menyaksikan hasil karya Kampung Naga nan orisinil dengan protesis tangan mereka sendiri. Karena Anda tahu, bahwa masyarakat Kampung Naga tidak mengenal modernisasi. Sehingga tak ada alat-alat canggih nan membantu mereka menyiapkan kerajinan tangan nan mereka lakukan.
Semua itu hasil dari olahan tangan mereka. Makanya, secara sederhana, warga Kampung Naga mengajarkan kepada pengunjungnya dengan usaha sederhana mereka masih dapat hayati dan selalu merasa ketentraman. Kenapa kita nan tinggal di kota selalu mengeluh dengan usaha nan kita lakukan?
Karena itu, ialah nan positif bila kita mengunjungi Kampung Naga buat membandingkan kehidupan nan kita jalani dengan nan dialami masyarakat Kampung Naga. Masihkah kita mengeluh dengan kondisi kehidupan kita saat ini bila melihat kondisi masyarakat Kampung Naga?