Abad Pertengahan di Benua Eropa

Abad Pertengahan di Benua Eropa

Benua Eropa ialah sebuah kawasan nan tak hanya dipisahkan oleh posisi geografisnya, namun lebih disatukan oleh persamaan budaya dan sejarahnya. Secara geografis, Benua Eropa dibatasi oleh Pegunungan Ural dan Bahari Kaspia di sebelah timur, Samudera Arktik di utara, Samudera Atlantik di barat, dan Bahari Tengah di sebelah selatan.

Berdasarkan sebuah cerita nan terjadi jutaan tahun nan lalu, global ini awalnya hanya terdiri dari satu benua. Benua maksudnya ialah daratan nan luas. Hingga kemudian terjadilah sebuah kenyataan alam berupa pergeseran kerak bumi nan pada akhirnya memisahkan satu daratan luas itu menjadi beberapa bagian.

Belahan-belahan daratan nan terjadi dampak proses alam itu kemudian nan kita kenal sekarang ini dengan sebutan benua. Nama-nama benua nan sudah niscaya sangat kita hafal ialah terdiri dari 5 A dan 1 E. Benua Antartika, Australia, Afrika, Amerika, Asia, dan Benua Eropa.

Tiap-tiap benua pastilah memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Berbeda Asia berbeda juga Amerika, begitupun dengan Benua Eropa. Kesemua benua itu tak dapat disamakan. Kekayaan alam dan budaya nan dimiliki Benua Asia sama sekali berbeda dengan kebudayaan nan dimiliki Benua Eropa, begitupun sebaliknya.



Budaya Benua Eropa

Dilihat budayanya, negara-negara di Benua Eropa memiliki akar budaya nan sama, yaitu sebagai pewaris kebudayaan Romawi atau Yunani Antik serta Kristen abad pertengahan. Hanya Turki dan beberapa negara nan dulunya merupakan daerah kekuasaannya nan memiliki sedikit disparitas budaya. Hal ini disebabkan pengaruh Islam nan telah lebih dulu masuk ke wilayah tersebut.

Secara garis besar, sejarah peradaban Eropa modern berawal dari abad klasik (Yunani atau Romawi Kuno), abad pertengahan, abad renaisans, abad modern.



Abad Klasik di Benua Eropa

Pada masa ini, Benua Eropa ialah suatu kawasan nan didominasi oleh peradaban Yunani (abad ke-8 SM sampai abad ke-6 SM) dan Romawi Antik (abad ke-10 SM sampai abad ke-5 M). Kedua peradaban ini silih berganti mewarnai peradaban Eropa secara holistik dengan karakteristik khasnya masing-masing.

Masyarakat Yunani antik mewariskan ilmu filsafat nan menekankan pada rasionalitas, demokratisasi, dan logika berpikir bebas. Para filsuf nan terkenal, antara lain Socrates, Plato, Aristoteles, dan Heredotus. Para filsuf tersebut telah mempengaruhi dasar-dasar alam pikiran filsafat Eropa hingga saat ini. Sementara peradaban Romawi Kuno, telah meletakkan dasar-dasar kenegaraan dan peradaban modern bagi bangsa di Benua Eropa saat ini.

Peninggalan dari kejayaan peradaban Romawi terlihat dari bangunan-bangunannya nan megah dengan tata letak kota nan telah didesain secara rapi dan sistematis. Di kemudian hari, tepatnya pada masa renaisans, warisan seni arsitektur Romawi tersebut berjaya kembali dengan maraknya artis abad pertengahan nan berkarya berdasarkan tradisi Romawi Antik sebelumnya. Bangunan ini menjadi salah satu bukti kehebatan peradaban di Benua Eropa.



Abad Pertengahan di Benua Eropa

Oleh para sejarawan, abad pertengahan nan terjadi di Benua Eropa dimulai saat jatuhnya Romawi Barat oleh bangsa Jerman nan kemudian dipersatukan kembali oleh Raja Charlemagne dari Franka pada abad ke-5 M sampai jatuhnya Konstantinopel di Romawi Timur di abad ke-14 M.

Setelah Charlemagne sukses menyatukan kembali daerah bekas kekuasaan Romawi Barat, terjadilah simbiosis aneh antara penguasa dengan tahta kudus Roma. Pada masa itu, tak ada nan dapat menjadi kaisar kecuali dinobatkan oleh Paus di Roma (Romawi Barat).

Sementara itu, secara de jure, provinsi-provinsi bekas Romawi Barat nan telah disatukan kembali oleh Charlemagne tersebut masih tunduk pada kaisar di Konstantinopel (Romawi Timur), nan merupakan satu-satunya sumber otoritas hukum. Oleh karena itu, tak sporadis penguasa kuat justru menggantikan paus nan sedang berkuasa.

Pada abad pertengahan ini, pengaruh agama Kristen di Benua Eropa sangat dominan dan menancapkan kukunya di semua sektor kehidupan, termasuk pemerintahan. Tidak heran bila ilmu pengetahuan nan telah berkembang pada abad klasik digantikan oleh dogma-dogma gereja nan justru mengekang pengetahuan. Bahkan, sains dianggap sebagai ilmu sihir nan menjauhkan manusia pada Tuhan.

Tidak heran bila masa abad pertengahan dapat dikatakan sebagai masa kegelapan bagi bangsa Eropa, bagi Benua Eropa. Kebejatan moral diperlihatkan para pemimpin Roma beserta rakyatnya. Beralihnya sumber pengetahuan Yunani Antik kepada para cendikiawan muslim ditenggarai sebagai penyebab mundurnya peradaban bangsa Benua Eropa pada masa itu.

Sebaliknya, peradaban Islam nan berpusat di Baghdad sedang giat-giatnya menggali berbagai cabang ilmu pengetahuan. Para cendikiawan muslim tersebut telah berhasil mentransfer pengetahuan berdasarkan buku-buku karya para filsuf Yunani Antik sehingga mereka tampil sebagai pemimpin peradaban di Benua Eropa pada masa itu.

Abad pertengahan di Benua Eropa berakhir saat jatuhnya Konstantinopel di Bizantium (pusat Romawi Timur) sehingga munculnya monarki-monarki nasional sekitar abad ke-14 M dan mulai berkembangnya renaisans di abad ke-15 M.



Masa Renaisans di Benua Eropa

Masa abad pertengahan di Benua Eropa ditandai dengan penguasaan gereja nan sangat membelenggu pengetahuan dan kebebasan, melahirkan renaisans (renaissance). Renaissance berasal dari bahasa Latin, yaitu re berarti 'kembali' dan naitre berarti 'lahir kembali kreativitas nan selama ini membelenggu Eropa dan diilhami oleh kebudayaan Eropa Klasik (Yunani dan Romawi)'.

Masa renaisans di Benua Eropa diawali dengan penjelajahan samudera, kebangkitan humanisme, serta Reformasi Protestan, nan berlangsung dari abad ke-15 M hingga abad ke-16 M. Pada masa ini, berbagai cabang ilmu pengetahuan berkembang pesat, berbarengan dengan mundurnya pengaruh gereja nan sebelumnya sangat kuat.

Masa renaisans di Benua Eropa disebut juga sebagai abad pencerahan. Kesenian, sastra, sains, dan musik, berkembang pesat dengan para tokohnya, seperti Leonardo da Vinci (1452-1519), Nicolaus Copernicus (1473-1543), Johannes Kepler (1571-1630), Galileo Galilei (1564-1643), dan lain –lain.

Masa renaisans di Benua Eropa diikuti dengan penjelajahan samudera nan dipelopori oleh bangsa Portugis dan Spanyol. Kemudian, diikuti oleh Prancis, Belanda, dan Inggris. Mereka berlomba membangun imperium baru dengan kekuasaan luas di Afrika, Amerika, dan Asia. Oleh sebab itu, masa renaisans dapat disebut sebagai masa peralihan dari abad pertengahan sampai masuk ke abad modern, ditandai dengan Revolusi Industri dan Revolusi Prancis.



Benua Eropa dan Kemajuan Zaman

Benua Eropa memiliki negara-negara nan tergabung dalam Uni Eropa. Jumlah anggota dari Uni Eropa tersebut sejauh ini ada 27 negara. Terdiri dari berbagai negara dengan kemajuan serta penemuannya nan berguna bagi peradaban manusia.

Dilihat dari luas wilayahnya, Benua Eropa berada diperingkat kedua sebagai benua terkecil setelah Benua Australia. Luas wilayah Benua Eropa secara holistik hanya 10. 600.000 km². Untuk jumlah penduduk, Benua Eropa memiliki 799.466.000 jiwa, berada di urutan ke tiga setelah Benua Asia dan Afrika.

Meskipun memiliki luas wilayah nan tak terlalu besar, Benua Eropa menyajikan berbagai kemajuan zaman di berbagai bidang. Penemuan-penemuan besar dibidang teknologi banyak ditemukan di Benua Eropa. Tokoh dibalik penemuan-penemuan itupun banyak nan berasal dari Benua Eropa, sebut saja salah satunya ialah Albert Einstein.

Kemajuan zaman nan diciptakan di Benua Eropa bukan berarti meniadakan keanekaragaman hidup di benua itu. Seperempat luas hutan nan ada di global berada di kawasan Benua Eropa. Terlebih di negara Skandinavia dan Russia.