Larutan Berbahaya
Beberapa larutan kimia kerap digunakan dalam usaha pertanian, baik pada saat proses produksi maupun pada produk pertanian itu sendiri. Ada beberapa zat kimia nan diperbolehkan digunakan pada produk pertanian. Namun ada pula nan dilarang. Penggunaan zat kimia nan tak sinkron dengan anggaran membuat produk pertanian menjadi bahan berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia.
Larutan Berbahaya
Pestisida
Penggunaan bahan dan larutan berbahan kimia sebagai pestisida dalam usaha pertanian modern sudah menjadi hal lumrah. Pestisida digunakan sebagai cara cepat mengusir dan membunuh hama dan penyakit. Penggunaan pestisida bisa menyelamatkan paling tak 30% hingga 50% hasil pertanian nan berpotensi hilang dampak agresi hama dan penyakit.
Pada dasarnya pestisida ialah racun, dan penggunaan tak terkontrol justru akan merugikan petani dan konsumen. Lebih kurang ada 353 bahan aktif nan bisa digunakan sebagai pestisida, dan 105 unsur kimia dalam pestisida nan biasa digunakan dalam pertanian, termasuk di dalamnya ferum, cuprum, mercury, zinc, dan arsenik.
Lima unsur tersebut termasuk dalam unsur logam berat nan berbahaya jika masuk dalam tubuh manusia pada konsentrasi tinggi. Keracunan dampak pestisida bisa terjadi jika digunakan tak sinkron dengan aturan. Petani nan menyemprotkan pestisida ialah orang nan paling mudah terkena imbas burung pestisida.
Penggunaan peralatan nan tak lengkap (tanpa menggunakan masker, pentutup kepala, maupun kacamata) membuat kemungkinan terpapar pestisida menjadi semakin besar.
Gejala keracunan dampak pestisida antara lain iritasi kulit, pusing dan sakit kepala, hingga mual dan mencret. Badan penderita bisa mengalami kejang dan gemetar hingga pingsan. Jika tak segera ditangani, penderita bisa mengalami gangguan saraf secara permanen hingga mengalami kematian.
Sedangkan bagi konsumen produk pertanian, imbas jelek pestisida tak bisa langsung terlihat dalam jangka waktu nan nisbi dekat. Akumulasi pengendapan logam berat nan terkandung dalam pestisida, bisa menyebabkan kanker, kerusakan jaringan tubuh, hingga gangguan saraf. Imbas jelek pestisida akan semakin besar jika penggunaan pada taraf petani sudah salah anggaran dan takaran.
Asam Salisilat
Asam salisilat merupakan homogen antiseptik, biasa dipergunakan buat memperpanjang daya tahan ataupun mengawetkan beberapa bahan dari tumbuhan. Bahan ini bisa digunakan pada produk pertanian seperti kembang pangkas maupun tanaman hias. Namun kadang asam salisilat disalahgunakan buat mengawetkan produk-produk pertanian nan termasuk bahan makanan.
Asam salisilat dalam mencegah tumbuhnya jamur. Selain itu, jika disemprotkan pada tumbuhan, hama akan menghindar atau pun menjauh, sebab itu beberapa petani mengira bahwa asam salisilat bisa digunakan sebagai pestisida.
Asam salisilat tak hanya menempel, namun masuk ke dalam jaringan tanaman. Mencuci tanaman dengan air higienis pun tak akan menghilangkan sisa asam salisilat. Penggunaan asam salisilat oleh petani ternyata lebih banyak pada pertanian non-organik dibanding dengan pertanian orgnanik.
Asam salisilat merupakan zat nan terdapat pada Cortex salicis. Asam salisilat telah lama digunakan sebagai obat sebab mempunyai sifat antipiretik dan analgetik (mengurangi rasa nyeri). Asam asetil salisilat atau asetol merupakan zat turunan asam salisilat. Asetol disebut juga sebagai aspirin, dan biasa digunakan sebagai obat sakit kepala, pusing, dan pereda nyeri.
Penggunaan asam salisilat harus menggunaan dosis tertentu. Asam salisilat bisa menembus ikatan lemak. Pada konsentrasi tinggi, asam salisilat bisa menyebabkan luka bakar. Jika masuk dalam tubuh, asam salisilat bisa mengakibatkan berkurangnya penderangan manusia.
Jika asam asisilat masuk secara terus menerus, maka pendengaran pun bisa hilang secara permanen. Pada ibu hamil, asam salisilat bisa menyebabkan pendarahan hebat saat memasuki usia kandungan besar.
Batas toleransi konsentrasi larutan asam salisilat ialah 800 mg / Liter, namun ada beberapa orang nan sangat peka terhadap asam salisilat. Food and Agriculture Organization (Badan Pangan Dunia, di bawah PBB) telah melarang penggunaan asam salisilat pada semua produk makanan dan minuman. Embargo ini tak serta merta berjalan dengan baik.
Bagi produsen makanan dan minuman, embargo ini bisa berjalan dengan baik sebab asam salisilat bukanlan bahan nan dibutuhkan secara umum. Namun pada usaha pertanian, supervisi penggunaan asam salisilat tak sepenuhnya efektif. Apalagi banyak zat kimia berbahaya dijual secara bebas di pasaran.
Untuk mengetahui suatu bahan makanan menggunakan asam salisilat atau tidak, memerlukan tes laboratorium . Ada juga bermacam alat tes bahan kimia, namun harganya mahal dan cenderung tak praktis jikalau kita hanya bermaksud membeli sayuran beberapa ikat atau buah-buahan dalam jumlah nan sedikit.
Cara mudah buat mencurigai ialah dengan melihat bentuk sayur dan buah-buahan. Sayur dan buah nan menggunakan asam salisilat cenderung berpenampilan mulus dan mengkilat. Tidak ada bekas gigitan ulat atau serangga lainya.
Asam Sorbat
Asam sorbat pada konsentrasi hingga 0,3% mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur, diantaranya yaitu bretanomices, cryptococus, zigosaccharomiches, sporoblomicus, candida, dan tolulaspora. Penggunaan asam sorbat bisa digunakan pada jus buah, wine, keju, dan fermentasi sayuran. Penggunaan paling sering ialah pada keju agar tak cepat berjamur.
Walau berguna dalam menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri, penggunaan asam sorbat nan hiperbola justru bisa mengakibatkan keracunan dan gangguan metabolisme tubuh. Batas toleransi masuknya asam sorbat ke dalam tubuh ialah 25 mg/kg dalam satu hari. Semakin tinggi konsentrasi asam sorbat nan terlarut pada makanan, maka imbas racun akan semakin besar.
Jika dilarutkan bersama dengan nitrat, asam sorbat akan menjadi semakin berbahaya. Larutan ini biasa digunakan dalam daging kornet. Imbas nan bisa ditimbulkan ialah imbas mutagenik dan karsinogenik. Agar tak menjadi racun, maka konsentrasi dan dosis kedua larutan tersebut harus diperhatikan dengan seksama.
Formalin
Larutan formalin memiliki karakteristik fisik tak berwarna namum memiliki bau sangat menyengat. Formalin biasan digunakan buat campuran perekat kayu lapis. Dalam bidang medis,formalin bisa digunakan sebagai diinsfektan dan juga mengawetkan mayat. Karena baunya nan sangat menyengat, penggunaan formalin pada bahan makanan sebenarnya mudah diketahui, dan sulit disamarkan.
Kecurangan penggunaan formalin biasanya digunakan pada bahan makanan olahan, seperti tahu, mie, dan bakso. Namun kini, formalin mulai ditemukan pada beberapa produk langsung hasil pertanian.
Formalin sering ditemukan pada beras. Yang menarik adalah, beras nan mengandung formalin ialah beras nan telah dikemas dalam bungkus plastik. Tujuan penggunaan formalin pada beras agar beras berwarna putih bersih. Karena berada dalam kemasan maka konsumen akan kesulitan memeriksa beras.
Jika sudah dimasak, barulah bisa diketahui jika beras tersebut mengandung formalin. Walaupun telah dicuci dan dimasak, nasi mengadung formalin memiliki bau menyengat seperti obat ataupun bahan kimia. Peraturan penggunaan bahan pangan tambahan telah ada pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan.
Lebih spesifik, penggunaan bahan pangan tambahan ditekankan pada pasal 12 ayat (1), yaitu “Setiap orang nan memproduksi pangan dengan menggunakan bahan tambahan pangan buat diedarkan wajib menggunakan bahan tambahan pangan nan diizinkan.” Namun penggunaan bahan kimia pada bahan makanan nan belum diolah tak bisa diawasi dengan ketat.
Pengetahuan petani tentang anggaran dan bahaya penggunaan bahan kimia merupakan faktor krusial terhadap keselamatan bahan pangan bagi manusia. Pembuatan larutan kimia nan sahih dan sinkron mekanisme tak saja menyelamatkan petani dari imbas jelek bahan kimia, namun juga meminimalisir kerugian ekonomi pada produk-produk hasil pertanian.
Informasi tentang produk pertanian nan mengandung bahan kimia berbahaya sudah sangat gencar, maka sebaiknya petani tak mengambil resiko jika tak ingin produknya tak laku di pasaran.