Diskriminasi Gender
Sudah sejak zaman dahulu posisi perempuan dalam kehidupan sosial, budaya bahkan dalam perkembangan demokrasi , selalu menjadi masyarakat kelas kedua. Hal ini ditandai dengan pemikiran bahwa secara ontologis memang terdapat disparitas nan sangat besar antara laki-laki dan perempuan.
Diskriminasi Gender
Perbedaan inilah nan menyebabkan perempuan selalu berada dalam kelompok diskriminasi nan seringkali diruikan. Kebudayaan nan selama ribuan tahun dipegang oleh kaum pria menempatkan perempuan dalam posisi nan kurang memberikan kesempatan perempuan menuju perkembangan gender.
Di daerah Kubail, Alzajair misalnya, perempuan diposisikan sebagai individu nan harus selalu berada di dalam rumah tangga. Mereka dipisahkan dari kegiatan publik seperti demokrasi dan musyawarah. Bahkan dalam hal nan lebih ekstrem, perempuan dilarang buat keluar rumah.
Fatima Mernisi, seorang feminis muslim menceritakan pula bagaimana rumah-rumah telah menjadi loka nan memposisikan perempuan sebagai kelas kedua.
Setiap rumah di kalangan masyarakat Arab-Afrika memiliki ruang-ruang nan dikhususkan buat laki-laki ( harem ) dan perempuan dilarang buat memasukinya.