Beberapa Contoh Gaya Penulisan Puisi
Penulisan sebuah puisi memerlukan kreativitas dan khayalan nan tinggi agar puisi-puisi nan kita ciptakan tak terus-menerus ataupun biasa-biasa saja. Penulisan sebuah puisi nan serius bisa menjadikan kita seorang penyair nan berkualitas. Jadi, kita menciptakan puisi tak hanya buat sekadar mengisi waktu luang dan iseng belaka. Tetapi lebih pada keseriusan buat membuat karya sastra nan penuh makna.
Kegiatan menulis memang membutuhkan kerja otak nan lebih, seperti halnya kegiatan membaca. Menulis merupakan salah satu cara mengungkapkan pikiran, rasa, ide ataupun keinginan tanpa perlu takut atau menjadi salah tingkah. Menulis dengan keseriusan bisa membawa kita kepada kesuksesan.
Aturan Main Penulisan Puisi
Untuk penulisansebuah puisi baru atau modern, anggaran standar nan ada dalam puisi lama tak berlaku. Hal ini disebabkan oleh keinginan para penyair buat memiliki kebebasan dalam mengungkapkan rasa dan ide-idenya. Kebebasan berkarya itulah nan membuat kebebasan bentuk, isi, dan gaya penulisan sebuah puisi modern.
Tidak ada juga ketentuan tentang bahasa puisi harus metaforis atau merupakan kumpulan kata-kata indah. Karena bahasa nan dipergunakan dalam penulisan sebuah puisi, bahkan dapat hanya berupa tanda baca saja.
Namun, seyogyanya penulisan sebuah puisi (bagaimanapun bentuk dan isinya) tetap memiliki maksud serta tujuan positif nan bisa dipertanggungjawabkan dalam moral berkesenian. Bukan menulis puisi hanya buat mencari sensasi atau hanya buat disebut sebagai sang penyair.
Unsur-unsur puisi terdiri dari rangkaian ide atau pemikiran, imajinasi, irama, susunan kata, serta kepekaan rasa. Kesemua unsur ini haruslah ada dalam sebuah karya puisi. Dengan semua unsur penciptaan inilah puisi dibuat. Meskipun unsur-unsur dalam sebuah puisi hampir semuanya sama, tetapi gaya penulisan dan pengungkapan masing-masing penyair berbeda-beda.
Sehingga bisa dikatakan bahwa dalam menulis sebuah karya sastra nan dinamakan puisi tidak lagi terikat dengan adanya banyak anggaran seperti nan telah ada di jaman terdahulu. Sebut saja adanya batasan mengenai jumlah garis di setiap bait atau jumlah suku kata dalam satu garis sudah tidak lagi menjadi karakteristik nan ada di dalam penulisan sebuah puisi saat ini.
Sehingga jika dibuat garis besar mengenai apa dan bagaimana menulis sebuah puisi saat ini ialah sebagai berikut.
Bebas. Hal inilah nan ada di dalam penulisan sebuah puisi saat ini. jika seorang ingin menulis puisi maka ia tak lagi diwajibkan buat mengetahui bagaimana karakteristik dan batasan nan ada di dalam puisi nan akan dia buat. Karena pada saat ini, puisi termasuk jenis karya sastra nan moderen yaitu nan sudah tidak lagi terikat oleh banyaknya batasan nan ada di dalam masa lampau.
Setiap penulis puisi memiliki kebebasan buat mengungapkan apa nan ada di dalam pikiran dan idenya tanpa terbatas oleh apapun juga. Semuanya bisa dituangkan sinkron dengan gaya penulisan si penulis atau sinkron dengan keinginan atau kemauan dari si penulis tersebut.
Sehingga hal ini akan memungkinkan dari diri si penulis buat bisa mengeksplore seluruh ide nan ada di dalam dirinya. Kemudian ia bisa buat mengungkapkannya dnegan gaya nan dimilikinya tanpa ada batasan lagi.
Kebebasan ini ada di dalam banyak hal nan merupakan semua bagian nan ada di dalam puisi itu sendiri. Kebebasan ini ialah hilangnya batasan atau anggaran nan ada di jaman nan terdahulu. Sehingga saat ini sudah tidak ada hal serupa nan ada di masa lampau.
Inilah memang nan akan memberikan banyak keleluasaan bagi setiap penulis puisi dalam menghasilkan karya cipta puisi. Tak lagi ada batasan nan akan membatasi mereka dalam menghasilkan karya cipta ini.
Bermakna. Puisi ialah sebuah karya cipta nan latif dan memang memiliki kekhasan dibandingkan dengan bentuk karya cipta nan lainnya seperti halnya prosa. Karena di dalam puisi ide nan ingin disampaikan oleh si penulis terkadang tak diungkapkan secara konkret atau lugas seperti halnya nan ada di dalam prosa.
Di dalam puisi, seorang penulis bisa memakai gaya bahasa nan latif dan tersirat. Dan semuanya memiliki maksud atau arti nan ingin disampaikan oleh si penulis kepada siapa saja nan membaca puisi nan ia baca.
Itulah nan menjadi inti dari sebuah penulisan karya sastra puisi ini yaitu ada maksud dan tujuan nan ingin disampaikan dari seorang penulis kepada pembaca puisinya. Dengan itu, maka semua nan ada di dalam puisi dibuat sedemikian rupa agar memang apa nan dingin disampaikan oleh si penulis bisa dengan mudah diterima atau dipahami oleh pembacanya.
Walaupun memang dengan kebebasan atau tak adanya batasan dalam membuat puisi ini terkadang banyak penulis puisi nan menggunakan gaya bahasa merek asendiri. Sehingga memang tak terpungkiri bahwa dari satu puisi nan ada akan memunculkan banyak persepsi dari masing masing pembaca.
Setiap pembaca bisa memiliki interpretasi mereka sendiri akan apa nan ada di dalam puisi tersebut atau apa nan ingin disampaikan oleh si penulis. Dan hal ini ialah hal nan sangat wajar sebab dalam memahami sebuah puisi, seorang pembaca akan menggunakan pemahaman pribadinya. Dan tentunya setiap pribadi akan memiliki pemahaman nan beraneka ragam.
Namun nan terpenting dalam penulisan sebuah puisi ialah bahwa di dalamnya memang terdapat ide atau keinginan dari si penulis nan ingin disampaikan kepada pembacanya. Dan si penulis akan menggunakan segala daya kreasinya buat bisa dan mampu menyampaikan segala hal ini kepada pembaca puisinya.
Beberapa Contoh Gaya Penulisan Puisi
Hampir semua orang bisa menulis puisi, di antara sekian banyak puisi nan tercipta. Beberapa diantaranya memiliki gaya penulisan sebuah puisi nan sangat khas, menjadi karakteristik tersendiri bagi si penulis atau penyairnya.
Gaya penulisan dengan estetika kata, lirik-lirik ritmis, biasanya merupakan ungkapan perasaan tentang cinta atau estetika dari si penyair. Contohnya, puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono, Goenawan Mohammad atau Soni Farid Maulana.
Gaya penulisan dengan bahasa lugas, jelas dan tanpa metafora sama sekali. Pesan dari isi puisi pun bisa langsung kita tangkap. Puisi Widji Tukul nan berani dan tanpa tedeng aling-aling merupakan salah satunya.
Gaya penulisan sebuah puisi dengan bahasa nan ‘gelap’ atau biasa disebut absurd. Maksudnya adalah kosakata nan dipakai memang berupa kosakata nan bisa dipahami, penggunaan struktur kalimatnya pun mudah dimengerti, tetapi sebab penempatan konsepnya nan arbitrer dengan teknik intertekstualitas (artinya penciptaan makna nan lintas teks atau makna-makna nan ada saling tergantung pada makna nan lainnya) dan brikolase (penataan ulang dengan memadukan simbol-simbol nan sebelumnnya tak berkaitan menjadi berkaitan dan menghasilkan makna-makna baru dalam konteks nan baru.
Gaya penulisan sebuah puisi dengan kata-kata nan terkristalisasi. Daya magis penulisan sebuah puisinya terdapat dalam diksi nan betul-betul terpilih, nan bermakna dari sebuah proses pencarian kata nan betul-betul dalam hingga ke saripati katanya. Jadi setiap kata memiliki makna nan betul-betul serius, tidak ada kata nan ‘sekedarnya saja’.
Yang terakhir adalah gaya penulisan model Sutardji Calzoum Bachri, ia memilih serta merangkai kata-kata bagai mantra, tanpa sarat beban pemaknaan dalam kata-katanya. Ia seolah menari dengan setiap kata, huruf, bahkan tanda baca.
Memilih gaya penulisan sebuah puisi nan mana saja ialah hak Anda. Asalkan benar-benar memahami setiap pemaknaan karya milik kita sendiri. Sah-sah saja, Anda ingin menjadi penyair nan model bagaimanapun. Istilah mudahnya, nan krusial ‘berkonsep’.
Setiap penulis puisi pastinya ingin memiliki gaya kepenulisan sendiri dan ingin agar memang mereka dikenal dengan gaya kepenulisan itu sendiri. Tentunya nan berbeda dari penulis nan lainnya. Dan khas ada di dalam diri dan gaya kepenulisannya.
Sehingga mungkin saja di dalam banyaknya karya sastra berupa puisi ini akan kita temukan banyaknya gaya kepenulisan dari berbagai penulis puisi nan ada. Satu gaya akan berbeda dengan gaya nan lainnnya. Kita pun akan menemukan hal nan berbeda dari masing masing penulis puisi ini.
Itulah nan secara konkret memang ada di dalam global kepenulisan, tak hanya dalam penulisan puisi. Karena memang setiap manusia diciptakan dengan memiliki rasa dan karsa nan berbda dan juga khas. Dan justru itulah nan akan memberikan estetika bagi global karya sastra nan ada.