Pembuatan Kapal

Pembuatan Kapal

KRI Irian merupakan sebuah nama kapal bahari nan pernah berjaya pada tahun 1960-an. Namun, banyak orang nan tak mengetahui peran atau jasa kapal bahari ini. Kapal nan diluncurkan pada tahun 1960-an ini merupakan kapal penjelajah kelas Sverdlov (Project 68-bis) milik TNI Angkatan Laut. Kapal ini lebih tepatnya dibeli oleh pemerintahan Indonesia pada tahun 1962 pada saat Republik Indonesia dipimpin oleh Ir. Soekarno.



Sejarah

Kapal nan berjenis penjelajah konvensional ini merupakan kapal bahari terakhir nan dibuat oleh angkatan Bahari Soviet. Kapal penjelajah pertama di bumi bagian selatan ini, pada kenyataannya hampir dilupakan oleh para generasi muda sekarang ini. Hal ini terbukti sejak orde baru dihilangkannya materi pelajaran tentang kegagahan KRI Irian dalam melawan penjajah.

Kapal perang nan sedikit banyak telah membantu bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan ini juga disebut sebagai “si monster bahari kebanggaan Indonesia”. Namun sayangnya, kenapa banyak orang nan tak mengetahui sejarah keberadaan kapal perang ini. Untuk itu, marilah kita bahas tentang data-data KRI Irian nan bersumber dari Wikipedia.

Desain kapal perang ini ialah sebagai berikut, kapal perang telah diperbaiki serta versinya lebih sedikit besar dari pada kapal nan digunakan buat menjelajah setara sekelas Chapayev. Namun, kedua kapal ini telah mempunyai loka buat menyimpan senjata nan sama.

Kapal nan dibeli oeh Presiden Ir. Soekarno ini memiliki mesin serta sisi kapal sebelumnya, kapasitas bahan bakarnya telah ditingkatkan buat menampung dalam jumlah nan lebih besar dengan sebuah lambung nan telah dilas semua. Kapal perang ini juga telah memiliki alat konservasi pada saat buat menyelam ke dasar bahari nan baik, selain itu juga memiliki artileri anti pesawat serta radar nan kuat. Namun, pada kenyataannya instalasi kapal perang ini tak seperti nan diharapkan sehingga kapal ini dihentikan dan dijadikan sebagai kapal sasaran pada tahun 1961.

Kapal perang ini mempunyai peluncur nan biasa disebut Rudal SAM nan digunakan buat SA-2. Nah penggantian rudal SAM ini terjadi pada saat Dzerzhinsk. Penggantian menara belakang kapal perang ini terkadi pada tahun 1960 sampai tahun 1962. Tetapi hasilnya konversi kapal perang ini pun dinyatakan gagal sehingga terdapat keputusan bahwa buat ke depannya tak akan ada kapal selanjutnya nan akan dikonversi.



Persenjataan Kapal

Senjata artileri sang kapal bahari kebanggaan Indonesia pada tahun 1960an ini memiliki senjata primer yaitu memiliki 4 buah kubah/ turret , dimana kubah tersebut berisi 3 meriam kaliber dengan ukuran 6 inchi. Sehingga total semua meriam kaliber dalam kapal perang ini ialah 12 buah dengan ukuran 6 inchi di geladaknya. Kapal perang ini juga memiliki senjata lainnya, di antaranya ialah 10 tabung torpedo, 12 buah kanon tipe 57 cal, 12 buah kanon ganda tipe 56 cal, 32 buah kanon multi fungsi, 4 buah trible gun.

Kapal perang ini memiliki tenaga penggerak dengan mengandalakan turbin uap nan berjumlah 2 buah. Uap nan digunakan sebagai tenaga penggerak ini dihasilkan dari 6 buah ketel KV-68 serta disalurkan oleh 2 buah shaf nan telah didesain sedemikian rupa, sehingga kapal perang ini bisa bergerak sebagaimana kapal perang nan ada. Walaupun hanya dengan tenaga penggerak uap, siapa sangka kapal ini bisa menghasilkan tenaga total sebesar 110.000 HP hingga 122.000 HP pada setiap shaf kapal perang ini.

Dengan tenaga nan dihasilkan oleh 2 buah turbin uap tersebut bisa menggerakkan kapal nan mempunyai berat 13.600 ton dengan kecepatan paling besar 32,5 knot. Sehingga jeda terpanjang nan bisa dilalui oleh kapal perang ini ialah sebesar 9000 mil bahari serta dengan kecepatan nan kontinu sebesar 18 knot.



Pembuatan Kapal

Riwayat kapal perang ini ialah awalnya kapal ini merupakan kapal Ordzonikidze. Ordzonikide ini ialah sebuah nama nan diambil dari seorang menteri industry Berat era Stalin. Akhirnya kapal perang ini dibeli oleh pemerintahan Indonesia pada tahun 1962 . Pada saat itu kapal perang nan dipergunakan buat persiapan merebut Irian Barat dari penjajah ini ialah kapal terbesar di belahan bumi selatan.

Persiapan pengoperasian di Indonesia yaitu pada tanggal 11 Januari tahun 1961 . Pada saat itulah Pemerintah Soviet memberikan perintah kepada Biro Desain bagian pusat agar memodifikasi Ordzhonikidze sehingga kapal perang ini dapat dioperasikan di wilayah nan tropis. Karena Indonesia termasuk daerah nan berklim tropis. Biro Desain Pusat #17 memodernisasi kapal perang tersebut dengan skala besar agar bisa dioperasikan di daerah nan memiliki suhu +40 °C, kelembapan 95%, dan temperatur air +30 °C sinkron dengan iklim nan ada di Indonesia.

Tetapi pada waktu itu wakil dari Angkatan Bahari negara Indonesia memutuskan buat pergi ke kota Baltisk buat menyampaikan pesan bahwa pemerintahan Indonesia ternyata tak menyanggupi penanggung biaya proyak nan begitu besar. Namun, Biro Desain Pusat #17 pun memberikan solusi nan terbaik.

Akhirnya Biro Desain Pusat #17 memodernisasi kapal perang tadi dengan cara mengalihkan pada proses penggerakan ventilator tambahan. Ventilator tambahan ini harus kuat sehingga harus ditambahai instalasi genset diesel. Pada tanggal 14 Februari 1961 kapal perang tersebut telah berada di Sevastopol , dan pada tanggal 5 April 1962 kapal perang tersebut mulai dilakukan uji cobanya di laut. Pada waktu itu di Indonesia sudah membentuk Kru nan akan menjalankan kapal perang tersebut. Kru di Indonesia ini bernama ALRI. ALRI siap kapan pun berada di atas kapal perang dan sewaktu-waktu kapal ini akan bergerak mereka selalu ciap.

Orang nan pertama kali menangani mekanik kapal perang di Indonesia yaitu Bapak Yatijan nan kemudian hari diangkat menjadi bapak dari Kepala Departemen Tehnik pada kru kapal perang atau nan disebut ALRI. Dengan seiring berjalannya waktu, banyak dari angkatan bahari Indonesia nan dapat menggantikan posisi sebagai mekanik kapal perang ini dan sekaligus menggantikan Bapak Yatijan.

Kapal perang kebanggaan Indonesia ini pada waktu itu tiba di Surabaya pada tanggal 5 Agustus 1962 serta kapal perang tersebut resmi dinyatakan telah keluar dari kedinasan nan berada di AL Soviet pada tanggal 24 Januari 1963 . Perlu diketahui, bahwa Uni Soviet belum pernah menjual kapal dengan bobot sebesar kapal perang tersebut kecuali kepada negara Indonesia. Seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia wajib bangga dengan adanya kapal perang ini.

ALRI selalu berusaha serta berupaya belajar mengoperasikan kapal perang nan canggih serta mahal ini walaupun mereka belum pernah mempunyai armada sendiri. ALRI sering mengalami trial and error atau dapat dikatakan mereka selalu mencoba-coba agar dapat mengoperasikan kapal perang tersebut secara optimal. Pada bulan November tahun 1962 kapal perang ini mengalami kerusakan nan terjadi pada mesin diesel bagian kapal selamnya nan diakibatkan sebab terjadinya benturan hidrolis pada saat kapal tersebut proses naik ke permukaan.

Karena Indonesia merupakan iklim nan tropis, hal ini juga berefek negative pada peralatan kapal nan tak dapat dioperasikan seoptimal mungkin. Namun, setidaknya kita mengetahui bahwa dengan adanya kapal perang tersebut Angkatan Bahari dari kerajaan Belanda mengurangi kedatangannya di perairan Irian Barat.