Karya Sastra Sunan Bonang nan Memuat Ajaran Makrifat

Karya Sastra Sunan Bonang nan Memuat Ajaran Makrifat

Siapa nan tak tahu dengan lirik lagu nan ditembangkan oleh Opick dengan judul "Tombo Ati"? Semua niscaya sudah tak asing lagi dengan lirik lagu tersebut. Tetapi tahukan Anda dari mana lirik lagu itu berasal? Lirik lagu tersebut merupakan hasil cipta dari salah satu ajaran Sunan Bonang dalam wujud tembang. Berikut lirik lagu "Tombo Ati".

Tombo ati iku lima sak warnane
Maca Qur'an angen-angen sak maknane
Kaping pindo, sholat wengi lakonana
Kaping telu, wong kang soleh kencanana
Kaping papat kudu wetheng ingkang luwe
Kaping lima dzikir wengi ingkang suwe

Salah satu cara Sunan Bonang pada waktu menyebarkan agama Islam ialah melalui tembang dan karya sastranya, termasuk dengan lirik tembang Tombo Ati tersebut.

Sunan Bonang ialah salah satu anggota dari wali songo, para wali nan menebarluaskan agama Islam di tanah Jawa. Sunan Bonang ini sebenarnya ialah putera dari sunan Ampel, nan juga salah satu dari wali songo. Dilahirkan dalam lingkungan agama nan kuat, ditambah dengan sang ayah nan juga seorang wali, membuat sunan Bonang tergerak hatinya buat ikut menyebarluaskan agama Islam mengikuti jejak sang ayah.



Ajaran Khas Raden Makdum Ibrahim dalam Penyebaran Islam

Anda tentu masih ingat dengan sembilan wali, atau nan lebih sering disebut dengan wali songo? Jika kita kembali lagi membuka buku sejarah penyebaran agama Islam di tanah Jawa, akan teringat kembali dengan sosok Sunan Bonang nan penuh cinta ini.

Namun, tak semua dari kita nan mengetahui dan hafal dengan para sunan ini, berikut dengan ajaran-ajarannya nan khas. Kita hanya tahu sebatas siapa saja nan termasuk ke dalam sembilan wali, itu juga jika ditanyakan kembali belum tentu dapat menyebutkan siapa saja sembilan wali itu.

Sunan Bonang merupakan salah satu anggota sembilan wali nan menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Beliau putera dari salah satu anggota sembilan wali juga, yaitu sunan Ampel dari Nyai Amanila atau Dewi Condrowati.

Sunan Bonang masih terbilang keluarga nan segani, sebab ibunya ialah puteri adipati Tuban, Ario Tejo. Sunan Bonang ini dilahirkan pada tahun 1465 M, dengan nama kecilnya waktu itu ialah Raden Makdum Ibrahim.

Sunan Bonang sejak kecil sudah dididik dengan agama Islam oleh orang tuanya nan juga wali songo, yaitu sunan Ampel. Oleh sunan Ampel, Makdum Ibrahim alias sunan Bonang kecil dimasukkan ke pesantren nan diasuhnya di Ampel Denta. Bertahun-tahun Sunan Bonang menempuh pendidikannya di pesantren, hingga ia beranjak dewasa.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di pesantren, beliau mulai berkelana buat berdakwah menyebarkan agama Islam sampai ke pelosok tanah Jawa. Mulai berdakwah diawali di Kediri, di mana waktu itu masyarakat Kediri mayoritas masih memeluk agama Hindu.

Sekian lama Sunan Bonang berdakwah dari satu loka ke loka nan lainnya, akhirnya ia menetap di desa Bonang, sebuah desa kecil nan ada di Lasem, Jawa Tengah, tepatnya 15 km dari kota Rembang. Lalu di desa Bonang inilah sunan Bonang mendirikan loka pesujudan sekaligus sebagai pesantren. Anda pernah mendengar ada pesantren dengan nama Watu Layar? Nah, itu ialah pesantren nan dulunya digagas oleh sunan Bonang.

Meskipun sudah menetap di desa Bonang dan sudah mendirikan pondok pesantren di sana, Norma sunan Bonang berkelana dari satu loka ke loka lainnya tak berhenti sampai di situ. Sunan Bonang tetap berkelana berdakwah menyebarkan agama Islam sampai ke daerah atau wilayah nan sulit di tanah Jawa. Hal ini, menunjukkan komitmennya nan kuat buat tetap menyebarluaskan agama Islam, bahkan sampai akhir hayatnya.



Ajaran Sunan Bonang dalam Menyebarluaskan Agama Islam

Setiap sunan nan tergabung dalam wali songo ini, dalam menyebarkan ajaran agama Islam memiliki caranya masing-masing, termasuk dengan Sunan Bonang. Selama bertahun-tahun ia berdakwah, Sunan Bonang menerapkan beberapa taktik supaya ajaran agama Islam nan disampaikannya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di tanah Jawa. Taktik nan ia lakukan ialah melalui pendekatan seni rakyat nan seringkali dilakukan oleh masyarakat di tanah Jawa.

Ajaran sunan Bonang nan diteruskan kepada murid-muridnya, memadukan ajaran ahlussunnah, tasawuf, serta salaf ortodoks. Ajaran nan dianutnya didukung oleh kepiawaiannya terhadap ilmu dalam bidang fikih, tasawuf, usuludin, sastra, seni, dan arsitektur.

Ajarannya ini berintikan filsafat cinta (‘isyq), seperti halnya nan dianut oleh Jalalludin Rumi. Inti dari ajaran filsafat cinta darinya ini bahwa iman sama dengan cinta, nan mengandung pengetahuan makrifat atau intuitif dan kepatuhan kepada Allah Swt. Salah satu filsafat ketuhanannya berdasarkan dari pemikiranya, yaitu sebagai berikut.

“Adapun pendirian aku adalah, bahwa imam tauhid dan makrifat itu terdiri dari pengetahuan nan sempurna, sekiranya orang hanya mengenal makrifat saja, maka belumlah cukup, karena ia masih insaf akan itu. Maksud aku ialah bahwa kesempurnaan barulah akan tercapai hanya dengan terus menerus mengabdi kepada Tuhan. Seseorang itu tiada mempunyai gerakan sendiri, begitu pula tak mempunyai kemauan sendiri. dan seseorang itu ialah seumpama buta, tuli dan bisu. Segala gerakannya itu datang dari Allah.”

Ajaran-ajaran sunan Bonang tersebut disampaikan melalui media kesenian nan sudah turun-temurun dilakukan oleh rakyat Jawa, seperti pementasan gamelan dan pewayangan. Pada saat berdakwah melalui pementasan gamelan, Sunan Bonang menjadi kreator alat musik gamelan dan menggubahnya dengan menambahkan instrumen bonang.

Syairnya dilengkapi dengan perbedaan makna dzikir nan memuat unsur kecintaan pada Allah Swt, melalui tembang "Tombo Ati". Sedangkan pewayangan, ia mengubah lakon-lakonnya dan memasukkan tafsir ajaran agama Islam di dalam ceritanya. Kisah heroik pandawa dan Kurawa digubah menjadi peperangan antara nafi dengan ‘isbah atau peniadaan dengan peneguhan.



Karya Sastra Sunan Bonang nan Memuat Ajaran Makrifat

Sunan Bonang juga dikenal sebagai orang nan piawai mengolah kata-kata dalam bentuk karya sastra. Tetap saja karya sastra nan diciptakannya memuat ajaran Islam. Hal ini dilakukan supaya ajarannya lebih mudah dipahami oleh murid-muridnya, serta masyarakat luas. Karya sastranya nan terkenal ialah suluk. Dalam suluk ini memuat ajaran dari Sunan Bonang nan menejermahkan cinta sebagai kesamaan nan kuat kepada Allah Swt.

Sunan Bonang menghasilkan banyak suluk, selama melakukan dakwah dan menyebarluaskan agama Islam. Apa saja suluk nan sudah dibuat oleh sunan Bonang? Berikut beberapa contoh suluk karya sunan Bonang nan sarat makna kecintaan kepada Allah Swt.



1. Suluk Wujil

Jangan terlalu jauh mencari keindahan
Keindahan ada dalam diri
Malah jagat raya terbentang dalam diri
Jadikan dirimu Cinta
Supaya bisa kau melihat global (dengan jernih)
Pusatkan pikiran, heningkan cipta
Siang malam, waspadalah!
Segala nan terjadi di sekitarmu
Adalah dampak perbuatanmu juga
Kerusakan global ini timbul, Wujil!
Karena perbuatanmu
Kau harus mengenal nan tak bisa binasa
Melalui pengetahuan tentang Yang Sempurna
Yang langgeng tak lapuk
Pengetahuan ini akan membawamu menuju keluasan
Sehingga pada akhirnya mencapai Tuhan.
Sebab itu, Wujil! Kenali dirimu
Hawa nafsumu akan terlena
Apabila kau menyangkalnya
Mereka nan mengenal diri
Nafsunya terkendali
Kelemahan dirinya akan tampak
Dan bisa memperbaikinya
.



2. Suluk Jebeng

Puncak ilmu nan sempurna
Seperti barah berkobar
Hanya bara dan nyalanya
Hanya kilatan cahaya
Hanya asapnya kelihatan
Ketauilah wujud sebelum barah menyala
Dan sesudah barah padam
Karena serba diliputi rahasia
Adakah kata-kata nan dapat menyebutkan?
Jangan tinggikan diri melampaui ukuran
Berlindunglah semata kepada-Nya
Ketahui, rumah sebenarnya jasad adalah ruh
Jangan bertanya
Jangan memuja nabi dan wali-wali
Jangan mengaku Tuhan
Jangan mengira tak ada padahal ada
Sebaiknya diam
Jangan sampai digoncang
Oleh kebingungan
Pencapaian sempurna
Bagaikan orang nan sedang tidur
Dengan seorang perempuan, kala bercinta
Mereka karam dalam asyik, terlena
Hanyut dalam berahi
Anakku, terimalah
Dan pahami dengan baik
Ilmu ini memang sukar dicerna



3. Suluk Kaderesan

Jangan meninggikan diri
Berlindunglah kepada-Nya
Ketahuilah loka sebenarnya jasad adalah roh
Jangan bertanya
Jangan memuja para nabi dan wali-wali
Jangan kau mengaku Tuhan
.



4. Suluk Ing Aewuh

Perkuat dirimu dengan ikhtiar dan amal
Teguhlah dalam sikap tidak mementingkan dunia
Namun jangan jadikan pengetahuan rohani sebagai tujuan
Renungi dalam-dalam dirimu agar niatmu terkabul
Kau ialah pancaran kebenaran ilahi
Jalan terbaik adalah tak mamandang selain Dia
.

Demikianlah klarifikasi mengenai Sunan Bonang nan merupakan salah satu Wali Songo. Semoga informasi tersebut bisa menambah wawasan Anda.