Waktu Kerja
Sensitivitas Tinggi
Berbeda dengan penulis jenis lain, seorang penulis sebuah skenario tidak hanya membutuhkan talenta dan keterampilan dalam mengolah cerita namun juga memerlukan kemampuan nan berhubungan dengan hitungan matematis. Skenario nan dibuat harus sinkron dengan kemampuan rumah produksi dalam mewujudkannya menjadi sebuah film atau sinetron. Setiap adegan diperhitungkan dengan saksama. Slot buat iklan juga harus dipertimbangkan. Tanpa adanya pemasukan dari iklan, maka biaya buat produksi dapat rancu dan tak terpenuhi.
Sebuah sinetron berdurasi 30 menit saja dapat menghabiskan biaya produksi lebih dari Rp 60 juta, bahkan hingga ratusan juta rupiah. Biaya ini belum termasuk blocking time atau biaya buat membeli waktu tayang di televisi. Banyak pertimbangan teknis nan tak ada kaitannya dengan teknik penulisan, waktu penulisan, dan lain-lain. Sebelum membuat sebuah skenario, seorang penulis harus mendapatkan informasi nan detail tentang semua nan berhubungan dengan teknik pembuatan sebuah penayangan.
Seorang pembuat skenario memang tak harus berpikir mengenai detil pembiayaan ini. Akan tetapi, ia selalu diberi ketentuan oleh produser agar membuat cerita nan efektif, realistis, dan tak melampaui aturan nan telah ditetapkan. Jadi, tak hanya sekadar membuat cerita nan bagus. Cerita menarik itu terkadang tak ada unsur moralnya sama sekali sebab memang tak lebih hanya memberikan hiburan dan bukannya dimaksudkan buat memberikan pelajaran tertentu.
Walaupun ada juga pembuat skenario nan cukup idealis dan tak mau membuat skenario asal jadi, biasanya slot buat cerita seperti ini tak banyak. Menonton televisi itu sebagai hiburan dan bukan sebagai cara mencari ilmu. Pendapat seperti itu memang dapat dihargai. Bangsa ini memang membingungkan. Banyak nan berkoar agar bangsa ini mempunyai prinsip dalam membuat tontonan nan dapat menjadi tuntunan. Tetapi ternyat penguasa jagad media, berpikiran lain sehingga seperti inilah jadinya.
Korea Selatan saja telah melarang penggunaan rok mini di media mereka demi menyelamatkan generasi muda. Kini Korea Selatan juga sedang membuat pelarangan adanya pornoaksi. Bagaimana dengan Indonesia nan katanya mayoritas beragama Islam? Ada keengganan buat melarang semua nan berbau keduniawian ini. Mereka berpendapat bahwa mereka tak dapat makan dan tak dapat minum serta mempunyai harta termasuk rumah nan layak kalau tak lebih mengikuti keinginan orang-orang tertentu.
Skenario nan ditulis oleh penulis pemula banyak nan tidak memperhitungkan segi moralitas ini. Ceritanya memang bagus, namun sulit diproduksi sebab membutuhkan teknik kamera nan mahal, kolosal, dan visual effect nan rumit nan berujung pada membengkaknya biaya produksi. Cerita nan bertahan di layar televisi dalam waktu nan lama itu, biasanya dibuat oleh seorang pembuat skenario nan handal. Andaikan cerita ini mampu memberikan pembelajaran nan baik, maka hal ini tak menjadi masalah.
Yang menjadi masalah ialah cerita nan ditujukan buat anak-anak, ditonton oleh anak-anak, tetapi alurnya malah membuat anak-anak berpikir buat melakukan hal-hal nan dilarang agama. Bahwa ada kehebatan nan didapatkan dari cara-cara nan tak benar, hal ini sangat bertentangan dengan ajaran agama. Suatu keunggulan itu harus dilatih. Tidak ada nan perdeo lalu dapat melakukan sesuatu dengan hebatnya. Tidak adanya klarifikasi proses mendapatkan sebuah kekuatan, maka hal ini akan semakin membuat bangsa ini malas dan hanya berpikir pendek.
Para pembuat skenario ini harus mempunyai latar belakang pendidikan dan psikologis nan baik serta mempunyai ilmu dan etos nan hebat agar apa nan ia hasilkan akan menjadi baik. Bila nan ia hasilkan tak baik, pengaruhnya akan sangat luar biasa terhadap para penonton. Apalagi ketika anak-anak tak mempunyai kegiatan lain nan lebih baik daripada menonton. Vitamin buat jiwa mereka menjadi tak bermutu.
Prospek Pembuat Skenario
Kalau tidak ada prospek nan bagus, rasanya tidak ada nan mau menekuni suatu kegiatan atau pekerjaan. Demikian juga dengan menulis skenario. Menjadi penulis atau pembuat skenario secara profesional memiliki prospek nan cerah. Hitung saja, ada berapa banyak stasiun televisi di Indonesia, baik nan mengudara secara nasional maupun lokal? Hampir semua stasiun televisi menayangkan sinetron lokal setiap hari.
Walaupun kisah nan disajikan terkadang begitu anstrak, nyatanya banyak juga nan terpaksa menontonnya daripada tak ada kegiatan lain atau daripada mengganggu orang lain. Televisi telah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian besar orang. Anak-anak tumbuh dengan televisi. Kalau ada nan pembuat skenario nan baik nan sangat berkomitmen dengan pendidikan sekaligus mempunyai kreativitas nan tinggi, maka hal ini akan membuatnya laris dan kehidupannya pun akan sejahtera.
Padahal selain sinetron, setiap stasiun televisi juga menayangkan program acara nonfiksi nan juga membutuhkan skenario. Itu berarti, ada peluang nan sangat bagus nan bisa ditangkap oleh seorang pembuat skenario. Berapa penghasilan seorang pembuat skenario? Jika naskah buat satu episode dibayar Rp 1 juta rupiah dan tayang empat kali dalam sebulan, setidaknya seorang penulis skenario bisa memperoleh Rp 4 juta dalam satu bulan atau Rp 48 juta dalam satu tahun.
Jumlah nan jauh lebih besar daripada gaji seorang karyawan atau PNS golongan III. Ini hanya hitungan awal. Biasanya seseorang itu tak hanya mempunyai satu ketrampilan. Ia dapat saja mempunyai ketrampilan lainnya. Misalnya, penulis nan juga seorang guru atau seoarng pengusaha. Jadi, menjadi penulis itu ialah pekerjaan nan lainnya nan bahkan dapat memberikan penghasilan nan jauh lebih besar dari pekerjaan utamanya.
Untuk menjadi seorang pembuat skenario nan handal, membaca dan mengamati serta bahagia melakukan perjalanan ke banyak tempat, mungkin harus menjadi bagian dari hidupnya. Kalau tak seperti itu, agak sulit baginya membayangkan bagaimana setting atau latar belakang cerita nan akan diangkat. Ia juga harus banyak teman dari berebagai profesi agar kisah nan dibuat tak terus-menerus dan hanya bercerita tentang dua atau tiga jenis profesi saja.
Bila sering melakukan perjalanan dan sering mendengar apa nan diucapkan orang-orang biasa, ia akan mempunyai banyak sekali surat keterangan gaya bahasa. Gaya bahasa inilah nan akan membuat ceritanya menjadi menarik dan sangat berwarna. Biasanya pembuat skenario itu secara penampilan tak dikenal. Orang hanya dapat membayangkan siapa penulisnya dan mungkin juga tak peduli dengan penulis ceritanya kecuali namanya.
Hal ini malah menjadi suatu laba tersendiri sehingga tak akan ada nan mengganggu ketika ia keluyuran ke mana-mana. Berbeda dengan seniman nan lebih dikenal oleh masyarakat. Kesimpulannya ialah apapun nan akan dilakukan, komitmen pada kebaikan itu harus tetap ada.
Penghasilan seorang penulis skenario dapat lebih besar jika:
* Penulis skenario sudah ahli
Penulis skenario dalam kategori ini bahkan dapat mengantongi belasan juta rupiah dari satu episode nan ditulisnya.
* Ditayangkan stripping
Sebuah sinetron nan ditayangkan secara stripping atau setiap hari jelas akan memberikan penghasilan nan lebih besar pada penulis skenario. Dengan honor Rp 1 juta per episode saja sudah dapat mengantungi Rp 30 juta per bulan. PNS golongan apa atau karyawan pada level apa nan mendapat gaji sebesar itu per bulannya?
* Rating bagus
Jika sinetron nan diproduksi berdasarkan skenario seorang penulis mendapat rating nan bagus, honor nan diterima oleh penulis skenario itu pun akan meningkat.
* Produktif
Meskipun tidak menangani naskah skenario stripping, penulis skenario tetap bisa mempeoleh penghasilan besar jika menghasilkan banyak skenario lepas.
Waktu Kerja
Penulis skenario bisa bekerja dari mana saja, tidak perlu harus berkantor di sebuah rumah produksi atau stasiun televisi. Datang ke kantor hanya sesekali saja. Namun tak berarti pekerjaan sebagai penulis skenario ini bisa dilakukan dengan bersantai saja. Tetap ada tanggung jawab nan harus diselesaikan. Penulis skenario stripping atau kejar tayang bahkan harus siap bekerja melewati jam kerja biasa. Menulis puluhan episode dalam waktu dua minggu tentu bukan pekerjaan ringan. Namun, hasil nan diperoleh seimbang. No pain, no gain.