Contoh Drama Dari Motinggo Busye
Drama merupakan satu bentuk karya sastra jenis prosa dan contoh drama ini dapat dinikmati baik ketika dalam bentuk naskah standar maupun ketika dipentaskan. Untuk memahami contoh drama, diperlukan wawasan berpikir dan dominasi teknis dasar sebuah nasakah drama. Dalam penulisannya contoh drama ditulis tak mengikuti pakem seperti menulis jenis prosa lainnya baik cerpen, novel maupun roman, melainkan ditulis dengan menggunakan teknis penulisan drama.
Teknis penulisan drama dapat dilihat dari beberapa contoh drama. Namun secara garis besar, teknis penulisan drama terbagi ke dalam dua bagian yaitu bagian narasi dan bagian dialog. Bagian narasi dari contoh drama merupakan pemaparan kejadian, pemaparan situasi, latar belakang kejadian dan tokoh, serta petunjuk kepada pemain dan pengarah adegan buat melakukan adegan dan perpindahan gerakan serta perpindahan adegan.
Sementara bagian obrolan merupakan percakapan baik antara tokoh dengan tokoh lainnya maupun percakapan antara tokoh dengan dirinya. Dari obrolan inilah kita akan mengetahui apa sedang dipikirkan tokoh, apa nan ingin disampaikan tokoh dan hal-hal nan menjadi latar belakangnya.
Drama merupakan naskah nan akan dipentaskan. Namun ada pula naskah drama nan dibuat bukan buat dipentaskan atau hanya buat mempublikasikan dalam bentuk cetakan. Pada umumnya, bila dilihat dari contoh drama nan ada, naskah drama merupakan rangkaian cerita yagn berisi kejadian nan benar-benar terjadi di masyarakat. Namun, tentu saja kejadian itu telah melalui proses pemikiran, perenungan dan pertimbangan-pertimbangan eksklusif baik tentang bobot tema maupun pertimbangan estitika pementasan.
Naskah drama merupakan ruh dari sebuah pementasan. Sebaik-baiknya pementasan, sebaik-baiknya aktor dan sutradara, hasilnya tak akan maksimal apabila tak didukung oleh naskah drama nan baik. Jadi, krusial bagi anda buat mempelajari contoh drama nan baik, agar menemukan bahan pelajaran nan menarik.
Memahami Elemen Dasar Contoh Drama
Untuk dapat memahami sebuah naskah contoh drama, tentu saja harus memahami pula elemen-elemen dasar nan membangun sebuah naskah drama. Pengetahuan nan baik tentang elemen-elemen dasar dari sebuah naskah drama, akan mempermudah memahami atau ketika berhadapan dengan naskah contoh drama.
Namun, pemahaman akan naskah drama juga dapat terbangun dengan seringnya membaca naskah contoh drama terutama dari penulis naskah drama nan telah berpengalaman baik berpengalaman dalam menulis drama maupun pengalaman dalam mementaskan sebuah drama.
Sebagai bagian dari karya sastra tulis sekaligus pentas, buat memahami contoh drama harus dilakoni kedua-duanya. Pemahaman tentang elemen-elemen dasar contoh drama secara teoritis, biasanya akan mengalami kesulitan dalam hal visualisasi naskah tersebut.
Begitu pula nan hanya memahami unsur-unsur visualisasi atau unsur pementasan tanpa dilandasi teori tentang penyusunan sebuah naskah drama, sering terjebak pada pengaturan alur dan membangun konflik nan terlalu terburu-buru atau bahkan sebaliknya terlalu cepat selesai sehingga tak sinkron dengan rentang waktu nan tersedia.
Pemilihan topik merupakan elemen paling krusial dari sebuah contoh drama . Topik dapat diambil dari mana saja, dari kehidupan sehari-hari, sebuah fantasi bahkan dengan cara menggabungkan antara realita dengan fantasi. Pengamatan nan matang dan dilakukan secara terus-menerus, lalu melakukan penelitian dengan saksama, akan melahirkan topik nan tak saja menarik ketika dipentaskan tapi juga memiliki nilai moral nan penting.
Nilai moral nan ingin disampaikan merupakan muatan nan harus sampai kepada penonton dan pembaca naskah. Bila tak sampai, maka pementasan drama dapat dianggap gagal. Ketidaksampaian menyampaikan pesan moral ini dapat jadi sebab alur nan terlalu rumit atau sebab pesan moral nan ingin disampaikan terlalu tipis sehingga terkalahkan oleh konduite tokoh pada saat pementasan.
Setelah menemukan topik, langkah selanjutnya ialah tentang tokoh baik nan menyangkut psikologi tokoh maupun unsur-unsur pembangun seorang tokoh seperti latar belakang sosio kultur, sudut pandang tokoh dan lain sebagainya. Ketika Anda membaca contoh drama, elemen-elemen ini harus ditemukan dan dicoba dipahami kenapa disampaikan seperti atau kenapa tak begini, dan lain sebagainya.
Memahami terhadap elemen dasar contoh drama seperti tokoh, latar dan sudut pandang ini, akan membimbing anda buat dewasa memandang contoh drama, sehingga memberi ruang nan pantas pada saat anda akan mementaskannya.
Elemen dasar lainnya nan perlu anda ketahui ialah masalah plot cerita. Ada beberapa model plot cerita dalam contoh drama. Namun nan biasanya dipakai ialah dua jenis plot yaitu plot terbuka dan plot tertutup. Plot terbuka sengaja memberi ruang kepada penonton nan menyimpulkan sendiri, sedangkan plot tertutup, ada ending nan jelas.
Kalau misalnya kita mengangkat tema bahwa perbuatan baik selalu mengalahkan perbuatan jelek, dengan menggunakan plot tertutup, di akhir cerita harus sampai kepada konklusi tersebut baik secara tersirat maupun eksplisit. Dalam contoh drama tradisional, bahkan sering secara verbal konklusi dari tema tersebut diomongkan oleh salah seorang tokoh. Dalam pementasan drama modern, cara-cara seperti sudah ditinggalkan dan memilih cara nan lebih cerdas.
Contoh Drama Dari Motinggo Busye
Sebagai bahan pelajaran, di bawah ini ada cuplikan dari naskah drama satu babak berjudul “Barabah” hasil karya Moltinggo Busye. Ini menjadi contoh drama nan baik, dapat dilihat dari bagaimana penulis memaparkan masalah dan menggiring pada pemahaman eksklusif tentang masalah tersebut.
ADEGAN I
Cerita ini terjadi di ruang tengah rumah Banio. Tampak sebuah meja antik dan sebuah kursi tua nan terletak di sampingnya, di sudut ruang melintang sebuah peti panjang dimana biasanya Barabah duduk menenun, di sisi loka kursi kurus. Banio masuk dengan tangan luka penuh tanah.
BANIO
Barabah !(Melihat sekeliling) O…barabah !
(Duduk di kursi dengan mengurut tangannya sendiri nan luka)
BARABAH
Tangan bapak luka?
BANIO
Biar!
BARABAH
Ohh
BANIO
Iya. Tangan bapak luka…
(Banio minum kopi dan Barabah duduk di peti)
BANIO
Tapi kopinya enak
BARABAH
Benar? Tapi serbuk kopinya nan kemarin juga
BANIO
Tidak peduli itu serbuk kopi kemarin atau lima puluh tahun lalu, saya cuma mengatakan kopi nan kau bikin hari ini enak ! Sudah, jangan tanya lagi !
BARABAH
Jangan tanya lagi…
(Banio memalingkan mukanya. Kemudian melirik ke arah Barabah nan sedang merenda. Banio menarik napas panjang)
BANIO(lembut)
Barabah…
BARABAH
Iya pak ?
BANIO
Tolong piji-pijit kepalaku…(Barabah berdiri di depan Banio)
BARABAH
Apa mau dikerok lagi punggung itu ?
BANIO
Ah, malu aku…
BARABAH
Kenapa ?
BANIO
Punggungku sudah bongkok. Nanti engkau tahu punggungku bongkok…
BARABAH
Ah, tidak.
BANIO(Berdiri)
Siapa bilang tak ? Lihat nih, lihat !
(Banio duduk, Barabah masih berdiri. Banio memijit-mijit keningnya sendiri dan melihat Barabah masih berdiri dari sela-sela jemarinya)
BANIO
Kau masih berdiri di situ, Barabah ?
BARABAH
Ibah kan mau mijit kening bapak
BANIO(Lembut)
Barabah…
BARABAH
Ya, Pak ?
BANIO
Aku sudah tua ya ?
BARABAH
Belum, pak !
BANIO
Bohong ! Aku mmm merasa sudah tua. Aku ini sudah tua, ya kan Barabah ?
BARABAH
Belum, pak !
BANIO(Tegak dengan kekarnya)
Bohong ! Coba terus terang katakana kalau saya sudah tua
(Diam sesaat setelah melihat Barabah)
BANIO
Semua bini memanggil lakinya dengan sebutan nan layak
(Diam sejenak)Mereka tak memanggil ‘bapak’ kepada lakinya atau ‘pak’. Suatu kali saya datang ke rumah orang Palembang, bininya memanggil ‘kak’ pada lakinya. Aku bertamu ke rumah orang jawa, bininya memanggil ‘kang mas’ pada lakinya. Datang pula saya ke rumah orang Padang, Sutan Mangkudung. Bininya memanggil ‘uda’ pada lakinya. Dan kalau ada orang datang ke rumah, kau memanggil apa padaku?
BARABAH
Ibah akan tetap memanggil bapak
BANIO
Kenapa?
BARABAH
Karena Ibah tak dapat merubahnya lagi
BANIO
Bukan sebab saya sudah tua Bangka?
BARABAH
Bukan!
BANIO
Bohong!
BARABAH
Betul!
BANIO
Bohong! Terang-terangan saya sudah tua bongkok!
BARABAH
Ibah berani sumpah, pak !
BANIO
Sumpah apa ? Kau berani, nanti malam datang ke kuburan tak pakai lampu ? Tentu saya tak berani. Aku sudah ya, Barabah ?
(Barabah diam saja)Ya, saya sudah tua dan sebentar lagi saya akan mati. Barangkali lima atau enam tahun lagi. Kalau saya mati, apa kau akan menangis Barabah ?
(Barabah diam )