Refleksi Puisi Kahlil Gibran

Refleksi Puisi Kahlil Gibran

Kahlil Gibran memang telah menulis beberapa puisi nan mengangkat tema tentang anak. Salah satunya ialah nan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berikut ini.



Puisi Kahlil Gibran Tentang Anak

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka ialah anak-anak kehidupan nan rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu

Pada mereka engkau bisa memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki ikiran mereka sendiri
Engkau dapat merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka,
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok,

nan tidak pernah bisa engkau kunjungi meskipun dalam mimpi

Engkau dapat menjadi seperti mereka,

tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hayati tak berjalan mundur dan tak pula berada di masa lalu
Engkau ialah busur-busurtempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah nan hayati diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian,

dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya

sehingga anak-anak panah itu bisa meluncur dengan cepat dan jauh

Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah nan terbang,

maka ia juga mencintai busur nan telah diluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.

Anak ialah sosok sosok krusial dalam kehidupan nan terlahir melalui kita, tetapi bukan dari kita. Begitu pentingnya sosok anak dalam kehidupan ini, sehingga seorang Kahlil Gibran menciptakan puisi spesifik mengenai anak. Puisi Kahlil Gibran tentang anak ini ditulis sebagai bentuk kepedulian Kahlil Gibran terhadap eksistensi anak dan orangtua dalam kehidupan.

Bagi seorang Khalil Gibran, anak dan orangtua merupakan sebuah interaksi istimewa nan ada tetapi tak ada. Sebagaimana dikatakan dalam puisi Kahlil Gibran tentang anak nan berbunyi, mereka lahir melalui dirimu, tetapi bukan darimu. Dari kalimat ini jelas menggambarkan bahwa ada interaksi nan erat antara orangtua dan anak, tetapi dianggap tak ada. Begitulah, Khalil Gibran menggambarkan interaksi hakiki orangtua dan anak.

Puisi Kahlil Gibran tentang anak memang berusaha memberikan pemahaman kepada masyarakat betapa sebenarnya sebagai orangtua, kita harus mempunyai taraf keikhlasan hayati nan besar. Kita tak boleh egois dengan mengedepankan keinginan kita buat diakui secara total oleh anak dan mengabaikan hal hakiki dalam kehidupan, yaitu Tuhan, sang Pencipta primer kehidupan ini.



Intisari Puisi Anak Khalil Gibran

Jika kita memperhatikan intisari puisi anak nan ditulis oleh Khalil Gibran, maka setidaknya bisa kita rangkum bahwa puisi tersebut merupakan upaya untuk:

Penyadaran Hakiki Kehidupan

Dalam puisi Khalil Gibran tentang anak, jelas kita dapatkan citra bahwa sebagai makhluk, hayati kita sangat tergantung pada Tuhan. Kita dikondisikan secara tegas bahwa apa nan kita anggap sebagai milik kita, ternyata bukanlah milik kita. Apa nan selama ini kita anggap sebagai hak kita sebenarnya sama sekali bukan milik kita.

Bahkan, anak nan selama ini hayati bersama kita, setiap saat bersama kita ternyata sama sekali bukan bagian utuh dari hayati kita. Anak anak itu memang bersama kita dalam sebuah rumah nan sama, tetapi kenyataannya mereka sebenarnya mempunyai rumah tersendiri dalam dirinya. Mereka selalu bersama kita, tetapi mereka bukan milik kita. Anak anak ialah milik kehidupan mereka sendiri.

Dalam proses kehidupannya, sebagaimana dikatakan oleh Khalil Gibran dalam puisi mengenai anak keturunan dalam buku The Prophet bahwa kita bisa saja memberikan cinta kita pada mereka, tetapi bukan pikiran kita. Kita bisa merumahkan tubuh tubuh mereka, tetapi bukan jiwa mereka karena jiwa mereka ada di rumah hari esok nan sama sekali tak bisa kita kunjungi dalam mimpi.

Inilah bentuk penyadaran nan kita bisa sarikan dalam puisi Khalil Gibran tentang anak nan ditulisnya pada rentang tahun kehidupannya, yaitu tahun 1833 hingga 1932.

Orangtua ialah sumber energi anak

Bahwa sebenarnya dalam kehidupan ini, orangtua bagi anak anaknya ialah sumber energi buat bergerak menuju kehidupannya. Orangtua bagi seorang anak bagaikan bentangan busur nan akan melesatkannya menuju arah hidup. Dengan bentangan tali busur tersebut, maka ada energi potensial nan mampu mendorong dan melesatkan sang anak sehingga bebas melayang menuju arah hidupnya.

Sementara bentangan busur kita mendapatkan tenaga dari Sang Punya kehidupan sehingga tenaga nan tersimpan dan siap melesatkan anak panah, anak anak kita nan telah membidik titik tujuan spesifik buat menghadapi kehidupan masa depannya. Dan, anak panah akan terbang dengan penuh tenaga dan jauh.

Dan, orangtua bagi anak ialah sumber tenaga paling primer buat bisa mempersiapkan kehidupan nan lebih baik. Keberadaan orangtua bagi anak ialah sosok nan membantunya menuju arah kehidupan di masa depan dan selanjutnya mereka hayati dengan dunianya masing masing. Sementara orangtua hanya memandangi kehidupan mereka tanpa bisa berbuat apa apa, bahkan sama sekali tak lagi memiliki mereka.

Puisi Khalil Gibran tentang anak memang sedemikian besar maknanya bagi kehidupan dan menjadi pengingat bagi para orangtua buat sahih benar mempersiapkan masa depan anak. Hal ini sebab anak merupakan pribadi, sosok dan juga jiwa tersendiri sehingga sangat jauh berbeda dengan keberadaan orangtua. Bahkan, pada akhirnya mereka akan melepaskan diri dari orangtua buat hayati dalam dunianya sendiri.

Dengan memperhatikan uraian di atas, sudahkah Anda mempersiapkan masa depan anak anak buat kehidupan mereka di masa depan? Ataukan, Anda masih begitu takut melepaskan anak anak masuk dalam dunianya dan terus berusaha membawa anak anak ke dalam global Anda? Duh, coba Anda luruskan semua sikap Anda tersebut. Jangan sampai Anda menyesal karena kehidupan masa depan anak Anda nan tak terbentuk sebagaimana pola mereka hanya sebab sikap Anda nan terlalu masuk dalam kehidupan anak anak.



Refleksi Puisi Kahlil Gibran

Sang punjangga inipun sangat menyadari bagaimana eksistensi seorang anak di dalam kehidupan orang tuanya. Anak ialah orang nan akan dididik dan dibentuk sinkron dengan apa nan dikehendaki oleh orang tua. Orang tualah nan secara sadar atau tak sadar melakukan hal ini.

Orang tua ialah pendidik primer dan pertama bagi anak. Hal ini sebab orang tua ialah orang nan pertama kali dikenal oleh si anak. Orang tualah nan menjadi sosok nan selalu hayati bersama anak dan kemudian selalu diketahui segala tindakan dan perilakunya oleh si anak. Dengan ini maka anak akan bisa buat meniru segala perlakuan dan sikap orang tuanya itu.

Disinilah keberadaan peran besar orang tua buat mendidik dan menciptakan kualitas prima dari si anak. Jika orang tua memiliki keinginan buat menjadikan anaknya sosok nan berkualitas maka ialah tugasnya terleih dahulu buat menjadi sosok nan berkualitas.

Hal ini ibarat ingin memperbaiki orang lain namun sebelumnya memperbaiki diri sendiri. Karena memang ialah sifat alamiah anak buat meniru segala apa nan ia lihat terutama apa nan ada di dalam diri orang tuanya.

Dengan menjadi sosok nan berkualitas maka anak akan melihat kualitas ini di dalam diri orang tuanya. Hal ini akan menjadikan kemudahan bagi anak buat meniru kualitas diri orang tuanya.

Sejatinya hal ini ialah sebuah hal nan mudah buat dilakukan. Namun dengan berbagai keadaan dan kondisi hayati nan ada maka hal ini menjadi tidak semudah nan dibayangkan.

Orang tua terkadang tidak bisa bertindak sebagai sosok nan begitu sempurna. Orang tua terkadang masih menjadi sosok manusia biasa nan bisa lengah dan berbuat salah.

Sehingga memang hal inilah nan juga ditangkap oleh si anak. Dan hal ini pula nan akan tertanam di dalam diri si anak dan ditiru. Dan janganlah heran jika anak tumbuh dengan sikap nan tidak seharusnya ada. Bukanlah orang lain nan harus disalahkan atau menerima tanggung jawab akan diri si anak ini. sebab semuanya ialah peran dan kontribusi dari orang tua itu sendiri. Merekalah nan telah menjadikan anak menjadi sosok nan kurang memiliki kualitas.

Hal lain nan juga harus diperhatikan ialah pemilihan lingkungan buat anak. Orang tua tetap memiliki peran nan begitu besar mengenai hal ini. sebab lingkungan pun juga memiliki peran nan besar pula dalam mendidik dan mencetak kualitas dari diri anak.

Itulah refleksi nan bisa kita ambil dari puisi kahlil Gibran tentang anak.