Percekcokan Nabi Ibrahim dengan Kaumnya
Nabi Ibrahim mempunyai interaksi nasab atau keturunan dengan Sam bin Nuh. Padahal, antara Nabi Ibrahim dengan Nabi Nuh ada renggang selisih usia lebih dari seribu tahun. Tentang garis keturunan Nabi Ibrahim di antara para sejarawan dan perbedaan, menurut sumber dari Taurat bahwa ayah Nabi Ibrahim bernama Tarih bin Nahur bin Sarugh. Sementara dalam Al-Quran diterangkan bahwa ayah Nabi Ibrahim bernama Azar bin Nahur bin Sarugh.
Lantas, siapa sebenarnya ayah Nabi Ibrahim itu? Sebagai orang Islam kita harus percaya bahwa ayah Nabi Ibrahim bernama Azar. Sebagaimana firman Allah: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar: ”Pantaslah kamu menjadi berhala sebagai Tuhan-Tuhan?” (Lihat surat Al-An’am ayat 74) .
Kelahiran Nabi Ibrahim
Tentang kelahiran Nabi Ibrahim para sejarawan berbeda pendapat, di antaranya ada nan mengatakan:
- Nabi Ibrahim dilahirkan di Ghouthah, Damaskus pada sebuah desa nan bernama Barzah.
- Nabi Ibrahim dilahirkan di Babilonia nan masuk wilayah Kaldaniyah di Irak.
- Nabi Ibrahim dilahirkan di Babilonia dan Nabi Ibrahim pernah melakukan shalat di Gauthah Damaskus buat membantu keponakannya nan bernama Luth.
Dari ketiga pendapat tersebut nan mendekati kebenaran ialah pendapat nan ketiga, yaitu Nabi Ibrahim dilahirkan di Kaldaniyah dari seorang ayah nan bernama Azar nan waktu itu sudah berusia 75 tahun ketika Nabi Ibrahim lahir.
Nasihat Nabi Ibrahim kepada Ayahnya
Nabi Ibrahim diutus oleh Allah Swt buat menyampaikan selebaran dan mengajak kaumnya agar menyembah kepada Allah Swt dan meninggalkan sesembahan kepada patung dan berhala. Namun, ayahnya sendiri termasuk orang musyrik nan menyembah berhala. Oleh sebab itu, Nabi Ibrahim memberi nasihat kepada ayahnya agar menyembah Allah Swt dan tak menyembah kepada benda nan tak mampu berbuat apa-apa, tak mampu berbicara, tak mampu mendengar, dan tak mampu memberi petunjuk serta memberi kemanfaatan kepada orang nan menyembah kepadanya.
Ajakan Nabi Ibrahim nan disampaikan kepada ayahnya dengan nasihat baik dan bertukar pikiran dengan cara diskusi tak mendapat sambutan nan baik dari ayahnya, malah Azar memberi ancaman kepada Nabi Ibrahim dengan memukul dan membunuh.
Allah Swt berfirman:
“Ceritakanlah (wahai Muhammad) kisah Nabi Ibrahim di dalam kitab (Alquran) ini. Sesungguhnya ia termasuk ialah orang nan sangat membenarkan lagi seorang Nabi. Ingat ketika ia berkata kepada ayahnya: “Wahai Bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu nan tak mendengar, tak melihat dan tak bisa menolong kamu sedikitpun, Wahai Bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan nan tak datang kepadamu, maka ikutilah aku, pasti saya akan menunjukan kepadamu jalan nan lurus. Wahai Bapakku, sesungguhnya saya risi bahwa kamu menyembah syetan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai Bapakku, sesungguhnya saya risi kamu ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi mitra bagi syetan. “
Bapaknya berkata: “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Wahai Ibrahim? Jika kamu tak berhenti, maka pasti kamu akan saya razam, dan tinggalkanlah saya dalam waktu nan lama. “Nabi Ibrahim berkata: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, saya akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya dia sangat baik kepadaku”. (Lihat surat Maryam ayat 41-47) .
Percekcokan Nabi Ibrahim dengan Kaumnya
Pada suatu kesempatan nan baik, seluruh kaumnya menikmati liburan dengan pergi ke luar kota buat melaksanakan pesta. Ketika saat nan dinanti Nabi Ibrahim tepat, maka Nabi Ibrahim menuju loka nan digunakan oleh kaumnya buat menyembah berhala. Di loka itu banyak patung-patung dan berhala, kemudian Nabi Ibrahim masuk ke loka tersebut dan menghancurkan semua patung-patung dengan kapak dan hanya meninggalkan satu patung nan besar buat menunjukan bukti atas mereka, lalu menggantungkan kapak itu pada leher patung nan paling besar.
Setelah seluruh kaumnya kembali dari luar kota, mereka semua terkejut melihat patung-patung nan mereka sembah hancur berantakan dan hanya tinggal satu patung nan besar sambil membawa kapak. Melihat kejadian tersebut, lalu orang-orang beramai buat mencari Nabi Ibrahim buat mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Setelah mereka sukses menangkap Nabi Ibrahim, lalu mereka bertanya kepada Nabi Ibrahim: “Adakah Engkau nan menghancurkan tuhan-tuhan kami?” Nabi Ibrahim sebagai orang nan arif dan bijaksana berkata kepada kaumnya: “Mungkin patung nan paling besar nan membawa kapak itu nan melakukannya, maka tanyalah kepada mereka apabila mereka bisa berbicara.”
Mendengar jawaban dari Nabi Ibrahim tersebut membuat kaumnya semakin marah dan mereka ingin menyiksa Nabi Ibrahim dengan siksaan nan pedih.
Nabi Ibrahim Dilempar ke dalam Api
Setelah raja mereka memutuskan buat membakar Nabi Ibrahim, maka seluruh kaumnya berbondong-bondong buat mengumpulkan kayu bakar dan berbondong-bondong ingin melihat Nabi Ibrahim terpanggang di dalam barah nan menjilat. Setelah upacara pembakaran dimulai, lalu mereka beramai-ramai melemparkan Nabi Ibrahim ke dalam api, namun dengan segera Allah Swt mengubah suhu barah nan semula panas menjadi suhu udara nan dingin seperti es.
Sebagaimana firman Allah Swt:
“Mereka berkata, bakarlah dia dengan donasi tuhan-tuhanmu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman; “ Wahai api, (menjadilah dingin) menjadi keselamatan bagi Nabi Ibrahim. Mereka hendak berbuat muslihat terhadap Nabi Ibrahim, maka Kami jadikan mereka itu orang-orang nan merugi.” (Lihat surat Al Anbiya ayat 69-70) .
Pernikahan Nabi Ibrahim
Setelah perkawinan Nabi Ibrahim dengan Sarah nan sudah berjalan beberapa tahun tak dikaruniai anak, Nabi Ibrahim kawin lagi dengan seorang wanita nan bernama Hajar. Tidak lama kemudian, Hajar melahirkan seorang putra nan kemudian diberi nama Ismail. Tidak lama setelah kelahiran Ismail, lalu Allah Swt menyuruh malaikat buat menyampaikan kabar gembira kepada Sarah nan usianya sudah lanjut. Bahwa Allah akan memberikan seorang putra kepada Sarah.
Mendengar kabar tersebut, Sarah merasa kaget dan berkata: “Apakah sahih saya akan melahirkan seorang anak, padahal usiaku sudah lanjut.” Kemudian, para malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran dengan ketetapan Allah Swt? (itu adalah) rahmat dan keberkahan-Nya dicurahkan atas kamu, wahai ahlul bait, sesungguhnya Allah Swt Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (Lihat surat Hud ayat 72-73).
Dengan lahirnya seorang putra tersebut, maka anak itu diberi nama Ishak. Hal ini merupakan tanda kekuasaan Allah SWT dan merupakan pemenuhan permohonan Nabi Ibrahim. Sebagaimana firman Allah:
“Segala puji bagi Allah nan tela menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar mendengar (memperkenankan) doa." (Lihat surat Ibrahim ayat 39).
Kisah Nabi Ibrahim - Air Zam-zam dan Pembangunan Ka’bah
Ketika Ismail masih dalam asuhan ibunya, Nabi Ibrahim meninggalkan istri dan anaknya di loka nan tandus dan gersang buat menuju ke loka nan jauh sambil berdoa: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya saya telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah nan tak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (baitullah) nan dihormati. Wahai Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rizkilah mereka buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Lihat Surat Ibrahim ayat 37).
Setelah Ismail merasa kelaparan, maka Hajar berusaha buat mendapatkan air agar Ismail tak menangis terus. Kemudian, Hajar pergi mencari air dan ia sampai di Bukit Shafa. Dari atas bukit, Hajar melihat sebuah lembah, lalu turun buat mendekati lembah itu. Setelah itu, tak didapati air, lalu Hajar naik ke Bukit Marwa. Demikianlah Hajar mondar-mandir antarbukit Shafa dan bukit Marwa ia mendengar suara, lalu ia memohon pertolongan.
Tiba-tiba, Ismail menghentakan tumitnya ke tanah dan keluarlah air, dan air itu sekarang dikenal dengan nama air zam-zam nan lalu digunakan oleh Hajar buat merawat Ismail sampai dewasa.
Setelah Nabi Ibrahim lama meninggalkan Hajar dan Ismail, lalu timbul rasa kangen dari Nabi Ibrahim buat segera berkumpul dengan keluarganya, lalu Nabi Ibrahim berkumpul dengan keluarganya nan sudah lama ditinggalkannya sampai Ismail menginjak usia dewasa. Setelah berkumpul dengan keluarganya, lalu Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah buat membangun baitullah . Dan mengajak Ismail buat bersama-sama membangun baitullah , di mana Ismail nan mengambil batunya dan Nabi Ibrahim nan mendirikannya.
Kisah Nabi Ibrahim - Penyembelihan Nabi Ismail
Setelah Nabi Ismail nan diidam-idam oleh Nabi Ibrahim sudah tumbuh dewasa, lalu Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah Swt buat menyembelih Nabi Ismail, lalu Nabi Ibrahim menyampaikan perintah tersebut kepada Nabi Ismail: “Wahai anakku, sesungguhnya saya melihat dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu, maka pikirkanlah pendapatmu” . (Lihat Surat Ash Shaffat: 102).
Setelah mendengar perkataan ayahnya tersebut, lalu anak nan baik hati tersebut segera memberi jawaban kepada ayahnya dengan jawaban nan menggembirakan: “Wahai bapakku, kerjakanlah apa nan diperintahkan kepadamu, insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang nan sabar.” (Lihat Surat Ash Shaffat ayat 102).
Setelah itu, Nabi Ibrahim meletakkan tubuh Nabi Ismail di atas batu sambil meletakkan pisau nan tajam pada lehernya, namun pisau nan tajam itu tiba-tiba tak mempan. Karena Allah Swt menggantinya dengan sembelihan khusus.
Sebagaimana firman Allah: “Dan kami panggil Dia: “Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang nan berbuat baik, sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian nan nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan nan besar” . (Lihat surat Ash Shaffat ayat 104 - 107)
Kisah Nabi Ibrahim - Wafatnya Nabi Ibrahim
Menurut salah satu riwayat, Nabi Ibrahim itu hayati sampai 175 tahun. Selama kehidupannya itu, Nabi Ibrahim selalu berjuang di jalan Allah Swt. Dan sebab itulah maka Allah Swt menjadikan Nabi Ibrahim sebagai khalilullah. Sebagaimana firmannya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya saya akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan aku mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tak mengenai orang nan zalim" . (Lihat Surat Al Baqarah ayat 124).