Busana Korea - Bagian Hanbok

Busana Korea - Bagian Hanbok

Drama Asia nan kerap diputar televisi Indonesia membuat kita mengenal busana Korea nan khas dan unik. Biasanya, busana Korea tersebut berwarna cerah dengan garis sederhana minim pernak-pernik. Bahkan, tanpa saku. Busana Korea tersebut di Korea Selatan lazim disebut hanbok , sedangkan di Korea Utara disebut chosŏn-ot .

Istilah busana Korea hanbok berasal dari kata han dan bok , nan artinya 'pakaian orang Han'. Disebut demikian sebab gaya busana Korea ini berkembang pada masa kegemilangan Dinasti Jeoseon (1392-1910 M) nan berasal dari suku Han.

Busana Korea - Konfusianisme

Busana Korea Hanbok tak dapat dilepaskan dari paham Konfusianisme nan berkembang pesat di Korea masa lalu dengan enam doktrin nan dikenal luas.

  1. Jen : kebaikan, perbuatan baik, atau kejujuran, serta ajaran timbal balik (hukum karma).
  2. Chun-tzu : mengajarkan kerendahan hati, kemurahan, ketulusan, kerajinan, dan keluwesan.
  3. Chen - ming : mengajarkan tanggung jawab terhadap perannya.
  4. Te : kekuatan dan kebijaksanaan.
  5. Li : kesopanan, penghormatan, dan etika.
  6. Wen : seni kedamaian.

Keenam ajaran Konfusius itu menjadi acuan masyarakat Korea dalam berbudaya dan inspirasi dalam kreasi, termasuk dalam berbusana. Maka, hanbok sebagai busana Korea nan berkembang di masa itu mencerminkan ajaran Konfusianisme: kesederhanaan, kejujuran, kerendahan hati, kesopanan, dan keindahan.

Di masa Jeoseon, dikenal dua jenis busana Korea hanbok nan merujuk pada golongan sosial, yakni bangsawan ( yangban ) dan masyarakat umum. Busana Korea Hanbok bangsawan biasanya berwarna-warni, terbuat dari sutera, dihiasi bordir dan sulaman. Sementara masyarakat generik mengenakan hanbok sederhana dari bahan katun dengan hiasan garis-garis sederhana. Rona nan dipakai pun terbatas, putih, pink muda, hijau muda, dan abu-abu.



Fungsi Busana Korea Hanbok

Di masa lalu, busana Korea hanbok ialah baju sehari-hari. Namun, sekarang, baju tersebut hanya digunakan pada saat tertentu. Tradisi berbusana memang mengalami pergeseran. Busana nan lazim dipakai di Korea sekarang tak jauh beda dengan gaya busana modern nan merujuk ke mode Barat.

Saat ini, busana Korea ini dipakai sebagai perangkat upacara adat setempat, peringatan hari raya, menghadiri acara perkawinan, dan lain-lain.

Dalam pernikahan, biasanya, pengantin perempuan mengenakan busana Korea hanbok berjenis chima dan jeogori . Chima adalah rok panjang berlipit dan jeogori adalah jaket pendek, semacam bolero. Rona nan dipilih pun khas, chima biasanya berwarna merah dan jeogori berwarna hijau. Pemilihan rona tersebut berdasarkan kepercayaan tradisional Korea nan menganggap rona menyala memiliki kekuatan mengusir roh jahat.



Perkembangan Busana Korea Hanbok

Busana Korea hanbok di masa Dinasti Goryeo (918–1392) menunjukkan pengaruh gaya busana Mongol, yakni rok ( chima ) terlihat sedikit lebih pendek, lengannya lebih ramping, dan jeogori diikat ke bagian dada dengan pita lebar.

Dinasti Jeoseon menambah ciptaan busana Korea hanbok dengan jeogori wanita nan makin pendek dan langsing di bagian pundak, menggelembung di bagian tengah ke bawah melewati pinggang. Kalangan bangsawan memakai hanbok dari bahan berkualitas tinggi seperti sutera atau kain rami nan ditenun.

Model busana Korea hanbok nan berlaku sampai sekarang mengambil inspirasi dari model hanbok masa Dinasti Goryeo dan mengalami pengembangan di masa Dinasti Jeoseon, gaya chima dan jeogori digabungkan dan ditutup dengan pita satu sisi. Maka, jadilah busana Korea hanbok sebagaimana nan kita kenal sekarang: berbentuk lebar, namun tetap menampilkan estetika leher dan lengkung bahu wanita.



Busana Korea - Bagian Hanbok

Busana Korea Hanbok nan populer sekarang memiliki bagian-bagian khas, dapat kita cermati sebagai berikut.

  1. Jeogori , ialah busana bagian atas hanbok. Untuk pria, ukurannya lebih besar dan simpel, sedangkan wanita lebih pendek dan dilengkapi garis tepi sebagai hiasan.
  2. Dongjeong , ialah kerah putih di sepanjang garis leher nan terlihat kontras, namun harmonis.
  3. Chima , ialah rok luar.
  4. Otgoreum , ialah ornamen vertikal di bagian muka chima.
  5. Baerae , ialah garis melingkar membentuk kurva nan terdapat di bagian bawah lengan jeogori.
  6. Beoseon , ialah sepasang kaos kaki.

Busana Korea ini memiliki pola kombinasi garis anggun dengan bentuk hewan, tumbuhan, atau pola alam lainnya, nan ditambahkan pada pinggiran rok atau di sekitar bahu. Ditambah dengan beberapa aksesori di kepala.

Beberapa aksesori tersebut misalnya sebagai berikut.

  1. Gache atau wig. Di zaman dulu, baik pria maupun wanita akrab dengan konde sebab Norma mereka memelihara rambut panjang. Gache dipakai buat memperindah rambut tersebut. Pada abad ke-18, istana melarang penggunaan gache untuk laki-laki dan sejak saat itu gache hanya populer di kalangan wanita.
  2. Tusuk konde binyeo , berfungsi sebagai pengencang gache . Namun, dalam perkembangan budayanya, binyeo menjadi lambang sosial, dilihat dari bahan pembuatnya.
  3. Gat , ialah topi nan dianyam dari surai kuda. Gat dikenakan oleh pria, sekaligus menjadi lambang sosial sebagaimana binyeo .

Di era modern, hanbok masih menempati posisi nan kuat dan agung kendati penggunaannya semakin terbatas dalam kegiatan adat. Penghargaan dari pemerintah dan kebanggaan masyarakat terhadap warisan leluhurlah nan membuat busana Korea ini tetap bertahan.



Busana Korea Hanbok Masih Bertahan

Di Korea, modernisasi bukan berarti menghilangkan tradisi sebab tradisi itu akan terus dibutuhkan masyarakat. Korea membuktikan hal itu, kebudayaan nan sudah berumur ratusan sampai ribuan tahun, ternyata mampu bertahan meskipun mengalami perubahan, misalnya busana Korea Hanbok.

Busana Korea Hanbok ialah busana Korea nan masih bertahan sampai saat ini. Meskipun baju model luar banyak dipakai dalam kehidupan modern, busana Korea ini masih tetap digunakan, terutama saat hari raya dan acara pernikaahan. Pada hari Chusok (hari bersyukur Korea) banyak orang Korea nan menggunakan busana Korea Hunbok. Zaman dulu, banyak orang Korea nan sengaja membuat busana Korea Hanbok buat memperingati Chusok . Namun, saat ini busana Korea tersebut tak lagi banyak dibuat sebab mereka lebih memilih buat menyewa.

Tapi ada juga nan masih tetap membuat busana Korea Hanbok buat baju perkawinan. Busana ini dibuat tak hanya buat kedua pasangan calon pengantin, melainkan juga buat ibu mereka masing-masing. Biasanya, pengantin wanita menggunakan chima dan jeogori . Sementara itu, pengantin pria bebas memilih rona celana panjang dan jaket bertali pada busana Korea Hanbok.

Bentuk busana Korea Hanbok saat ini didesain seperti pola masa Dinasti Jaseon. Iniah sebebnya kenapa busana Korea hanbok masih bertahan sampai saat ini.



Busana Korea - Hanbok, Sandang Sang Angin

Busana Korea ini sering disebut juga dengan sebutan “Pakaian Sang Angin” sebab garis-garisnya nan mengalir serta lekukan-lekukannya nan begitu anggun mengingatkan kita semua pada kelembutan angin. Kelembutan ini terlihat juga saat chima membelai dengan lembutnya kaki seorang wanita nan sedang berjalan dan saat sang angin berhembus membentuk siluet latif menyerupai dewi nan dibelai lembut oleh angin.

Masyarakat Korea biasanya memakai kata baram atau angin buat menyatakan perasaan senang layaknya ketika manusia sedang jatuh cinta. Angin ialah lambang kebebasan buat terbang tanpa beban dan sangat bebas. Simbol inilah nan tergambar dalam busana Korea, hanbok .