Mengedukasi Lewat Kaos
Murah Tak Murahan
Kaos dijual dengan harga nan sangat beragam. Mulai dari 10 ribu buat ukuran kecil hingga hampir ratusan ribu buat kaos nan bagus dengan bahan nan sangat berkualitas. Harga nan bervariasi ini menjadi suatu dorongan bagi para pembuat kaos buat terus berkarya. Bahkan dengan adanya cetak digital, bisnis pembuatan kaos ini semakin marak. Banyak nan membuat kaos buat seragam kerja atau buat seragam kesebelasan. Kaos malah dapat menjadi satu kebanggaan kalau ternyata kaos itu telah pernah dikenakan oleh orang terkenal.
Lihatlah apa nan terjadi dengan kaos David Beckham. Andik, pemain muda dari timnas merasa sangat beruntung mendapatkan kaos itu walaupun katanya keringat David Beckham juga bau dan tak setampan wajahnya. Kaos tak berhenti sampai di sana. Kenyamanan dan pandangan orang terhadap kaos membuat baju satu ini menjadi salah satu baju nan paling disenangi di seluruh dunia. Apalagi global olahraga. Berbagai jenis kaos menunjukkan jenis olahraga nan dimainkan. Bentuk nan majemuk membuat global kaos ini tak pernah ada matinya.
Kini anak muda juga banyak nan mengadu peruntungan mereka dengan menjual kaos. Tidak puas dengan kaos nan dicetak secara digital, ada juga kaos nan dilukis. Melukis kaos terlihat sulit bagi orang awam, Tetapi tak bagi nan memang mempunyai keahlian dibidang ini. Lukisan nan cantik dengan sentuhan nan bhineka buat setiap kaosnya membuat orang merasa sangat istimewa ketika mengenakannya. Harganya pun bergantung pada taraf kesulitan pembuatan lukisan nan diinginkan.
Lukisan itu sendiri dapat berbentuk apapun termasuk kalau ada tulisan eksklusif nan mengkampanyekan sesuatu. Inilah seni nan membuat bisnis kaos semakin marak terutama di kota-kota nan terkenal dengan orang-orang kreatifnya seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung. Bahan kaos ini memang tak dapat dianggap sebagai barang nan murah dan dipakai hanya pada acara nan tak formal. Ada banyak kekuatan nan dapat direfleksikan oleh bahan nan lembut ini.
Mengedukasi Lewat Kaos
Edukasi pola hayati sehat dilakukan dengan bermacam cara. Dari promosi di media cetak, elektronik, hingga penyuluhan oleh forum pemerintah maupun LSM. Sepertinya semua itu masih jauh dari nan diharapkan. Masih banyak orang nan kurang sadar akan pentingnya hayati sehat. Mereka merasa bahwa hayati ini harus dinikmati. Cara menikmatinya salah satunya ialah dengan makan apapun nan disukai termasuk makanan nan dianggap sebagai makanan sampah.
Mungkin mereka belum menyadari bahwa ketika makanan nan masuk ke dalam tubuh merupakan makanan nan mengandung banyak kalori atau makanan dengan taraf gula nan melebihi kebutuhan, maka makanan ini hanya akan menjadi racun. Memang terasa nikmat ketika memakannya walaupun biasanya harganya cukup mahal, tetapi apa nan akan terjadi dikemudian hari mungkin bukan sesuatu nan diharapkan. Tubuh akan melar tak karuan dengan gula darah nan naik sampai melebihi kadar nan normal.
Selanjutnya apa nan akan terjadi ialah tubuh menjadi akrab dengan berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan jantung. Selain ketiga penyakit itu, mungkin juga akan mengalami gagal ginjal dan abtu empedu. Semua itu akan terjadi dengan sangat cepat bila tak ditanggulangi dengan cepat. Bila saja semua orang menyadari buat makan makanan nan baik, maka mungkin rumah sakit tak penuh. Tetapi bukan seperti itu nan dimaksudkan. Kesehatan memang harus dijaga dengan menerapkan pola hayati nan baik.
Junk sendiri berarti rongsokan. Secara generik junk food diartikan sebagai makanan nan tak baik buat tubuh sehingga dipersepsikan sebagai makanan sampah. Dalam keseharian tanpa sadar kita sering mengkonsumsi junk food, seperti makanan cepat saji, asinan, mi instan, snack nan mengandung pewarna tekstil, minuman beralkohol, dan semacamnya. Makanan ini akan sangat berpengaruh kepada kesehatan secara keseluruhan.
Orang nan bahagia makan junk food juga akan mengalami gangguan psikologis. Tubuh nan tambun akan membaut orang mudah depresi dan frustasi. Mereka mungkin berusaha menurunkan berat badannya tetapi selalu gagal sebab berbagai macam godaan termasuk makan junk food. Sebenarnya ini merupakan suatu kebiasaan. Kalau orangtua berusaha membentuk anaknya agar tak makan makanan nan berlemak, maka anaknya paling tak mempunyai pengetahuan tentang makanna nan baik.
Bila sang anak tak mempunyai pengetahuan sedikit pun, maka nan akan terjadi ialah sang anak hanya makan agar merasa kenyang. Ia tak peduli apakah makanan itu mengandung gizi nan seimbang atau tidak. Yang krusial makanan itu membuatnya tak merasa lapar lagi. Hal ini tentu saja kurang baik bagi perkembangan anak secara fisik. Anak akan merasa ketagihan. Akibatnya memang fatal. Ketagihan makan makanan tak sehat itu membuat anak menjadi menderita obesitas.
Pesan Edukatif pada Kaos
Bukankah hampir setiap hari kita memakai kaos? Pada dasarnya kaos tidak hanya dapat menjadi baju saja tapi dapat juga sebagai promosi, wujud ekspresi, bahkan dapat digunakan sebagai wahana edukasi. Misalnya kaos dengan materi pesan anti narkoba, peduli HIV, peduli lingkungan, dan masih banyak lagi. Semua materi positif itu dirangkai semenarik mungkin agar ketika dipakai, orang tertarik buat membacanya. Bacaan nan menarik itu akan membuat orang berpikir dna mungkin saja dapat terpengaruh berbuat nan lebih baik.
Secara psikologi ketika kita membaca suatu pesan (dengan atau tanpa sadar) secara berulang-ulang, maka inti pesan itu akan mudah merasuk dalam pikiran kita. Harapannya, sebagaimana pesan positif lain, dengan seringnya orang membaca atau melihat pesan edukatif di kaos junk food, tanpa sadar dalam pikirannya akan tertanam bahwa junk food akan merusak tubuh. Di mana respon nan diharapkan selanjutnya ialah menurunnya konsumsi masyarakat terhadap junk food.
Kaos junk food dapat menjadi bisnis positif nan bisa laris di pasaran. Tergantung bagaimana usaha produsen buat menjadikannya semenarik mungkin. Untuk desainnya sendiri, penggunaan pesan gambar nan simpel dan komunikatif akan lebih mudah dipahami khalayak. Mayoritas masyarakat dari berbagai kalangan dan usia dapat lebih mudah menangkap maksud nan disampaikan.
Meski sebenarnya tugas semua orang, peran pemerintah dalam mendukung kesehatan nasional tetaplah sangat dibutuhkan. Sebab pemerintah memiliki kekuatan dan otoritas buat menggiring masyarakatnya ke arah nan lebih baik. Dalam pemilu misalnya, saat para calon pemimpin berlomba membagian kaos bergambar lambang atau paras beserta visi misinya, dapat juga kaos tersebut disertai dengan pesan edukatif.
Misalnya dengan membagikan kaos nan tidak hanya menamp?lkan paras dan v?s? m?s? calon tap? juga menyel?pkan pesan ant? junk food, anti narkoba, anti free sex, dan semacamnya. Selain dalam ajang pesta demokrasi rakyat, produksi kaos junk food dan kaos berpesan positif lain dapat diterapkan pada seragam instansi kesehatan terutama. Misalnya seragam pegawai departemen kesehatan misalnya seragam pegawai puskesmas dan rumah sakit.
Namun demikian semua upaya pemerintah maupun partikelir takkan berjalan sebagaimana nan diharapkan manakala masyarakatnya sendiri acuh terharap kesehatannya sendiri. Alasan kepraktisan misalnya sering digunakan sebagai dalih seseorang buat mengkonsumsi mie instan dan makanan kaleng secara terus menerus.
Alasan lainnya ialah buat memanjakan lidah yakni dengan mengkonsumsi makan makanan cepat saji. Padahal nilai gizinya sangat sedikit sementara kolesterol dursila dan bahan kimia berbahayanya jauh lebih banyak. Minimnya pencerahan akan kesehatan diri seperti ini nan akan menghambat konvoi negeri ini menuju masyarakat nan sehat dan unggul. Oleh karenanya, agar masyarakat lebih sering teredukasi akan bahaya mengkonsumsi junk food, upaya pembuatan kaos junk food dapat menjadi upaya efektif dalam mengedukasi masyarakat.
Meski demikian satu hal nan sangat krusial disadari bahwa penentu keberhasilan sebuah sistem ialah pencerahan manusianya ?tu send?r?, tak tergantung pada sistem, pemerintah, maupun fasilitasnya.