Ciri-ciri Orang Munafik

Ciri-ciri Orang Munafik

Munafik , Apa Itu? Munafik ialah kata nan sangat populer di masyarakat kita. Biasanya, kita mengucapkan kata tersebut buat menyebut konduite seseorang nan tak tegas. Di depan kita dia berkata A, nyatanya di belakang malah berkata C. Jadi, apa nan diucapkan dan dikerjakan saling bertolak belakang. Orang nan seperti ini tak dapat dipercaya sama sekali.

Munafik juga sangat dikenal dalam konteks agama, terutama dalam agama Islam. Sehingga orang munafik diartikan sebagai orang nan berpura-pura setia kepada agama. Dalam Al Quran diperingatkan tentang bahayanya orang-orang munafik ini. Rasulullah pun sudah memperingatkan berkali-kali kepada umatnya. Oleh karenanya, kita harus sangat berhati-hati saat bergaul. Jangan sampai terpedaya oleh orang munafik.

Sebutan orang-orang munafik dalam agama Islam ialah munafiqin .Sepertinya orang munafik memang ditakdirkan menjadi manusia nan tak mempunyai tanggung jawab. Mereka mencari hal-hal nan menguntungkan dirinya saja. Mereka juga selalu plin-plan dalam mengambil keputusan.

Intinya, kepentingan pribadi nan didahulukan. Orang munafik bisa dikatakan sebagai orang-orang nan tak mempunyai sikap sama sekali. Mereka bermuka dua. Jangan berharap akan mendapat loyalitas atau kesetiaan dari mereka.Manusia jenis ini sungguh tak pantas jika dijadikan pemimpin.

Orang-orang nan tergolong munafik ini selalun mengucapkan kata-kata nan tak sinkron dengan isi hatinya. Misalnya, dia menginginkan G, tapi dia memilih buat tak berterus terang. Orang ini malah tak sungkan mengatakan X jika ditanya pendapatnya. Dia selalu ingin mendapat perhatian dan nama baik dari orang-orang sekitarnya. Akan tetapi, tingkahnya sendiri tak menunjukkan dia pantas buat itu.

Orang munafik sering menjadi munculnya masalah pada suatu komunitas. Karena dia cenderung mengadu domba orang-orang di sekitarnya dengan sikapnya nan tak menentu. Sikap seperti ini sangat mudah menimbulkan salah paham. Akibatnya, akan merugikan banyak pihak jika terus dibiarkan.

Manusia munafik biasanya tak mampu menjaga misteri dan amanah. Dirinya selalu terdorong buat membuka misteri demi mendapatkan segenap keuntungan. Pokoknya, orang munafik akan selalu berupaya meraih kegunaan dari segudang masalah nan berseliweran di sekitarnya. Intinya, dia sangat pintar memanfaatkan keadaannya dan menggunakannya buat kepentingan pribadi, keluarga, atau golongan.

Jika kebetulan Anda berjumpa dengan orang seperti ini, segeralah menjauh darinya! Karena kelak Anda hanya akan meraih kerugian jika bergaul dengan manusia tipe ini. Munafik akan sangat sulit buat disembuhkan sebab kadang sudah menjadi sifat nan bertahan selama menahun.

Orang munafik biasanya sangat licik. Dia berusaha memanfaatkan situasi supaya dapat mendapat laba nan memadai. Itulah kenapa para munafiqin ini tak disukai orang-orang di sekitarnya.



Ciri-ciri Orang Munafik

Dalam agama Islam, banyak sekali ayat-ayat dalam Al Quran dan hadist dari Rasulullah nan berbincara tentang orang nan munafik. Itu menandakan bahwa manusia jenis ini dianggap sangat berbahaya bagi agama dan manusia lainnya. Itulah sebabnya umat Islam diperingatkan sejak jauh-jauh hari.

Ciri-ciri orang munafik nan pernah diungkapkan Rasulullah ada tiga. Yang pertama ialah bila berbicara selalu bohong. Ketika kita membuat satu kebohongan, maka kita harus menggali kebohongan lain buat menutupinya. Begitu seterusnya, sehingga kebohongan itu tak pernah habis.

Orang nan selalu berbohong niscaya tak akan memiliki hati nan tenang. Dia niscaya selalu dilanda perasaan cemas, risi kebohongannya akan ketahuan oleh orang lain. Orang munafik selalu mampu menyembunyikan isis hati nan sesungguhnya. Mereka pintar berpura-pura, mengenakan topeng di wajahnya agar tak terlihat paras aslinya. Tanpa menciptakan dusta, mereka tak akan merasa puas.

Untuk apa semua kebohongan itu? Entahlah. Ada orang nan berbohong buat hal-hal besar. Tapi, ada juga nan berdusta hanya buat hal nan sepele. Meski banyak orang nan berdalih dengan mengatakan bahwa mereka berbohong buat kebaikan, tetap saja itu namanya kebohongan. Dan sebenarnya kebohongan itu tak bisa ditolerir.

Sedikit atau banyak, kebohongan niscaya akan memberi akibat nan merugikan bagi orang lain. Sebaiknya, kita menjauh dari segala bentuk kebohongan.Meski niatnya buat sesuatu nan baik, kebohongan akan bermuara pada sifat munafik . Dan itu sebuah hal nan menakutkan.

Dari sini, kita belajar bahwa selamanya kebohongan itu hanya akan membawa keburukan. Dusta juga membuat orang menjadi “ketagihan”. Akibatnya, dusta menjadi tak akan pernah berakhir, mirip sebuah lingkaran setan tanpa ujung. Jadi, sangat wajar jika ini menjadi salah satu karakteristik orang munafik, bukan? Selamanya kebohongan tak akan menjadi sederhana.

Kebohongan nan digali akan memerangkap si pelaku dalam jurang kehancuran. Selain itu, akan sangat sulit mendapat kepercayaan orang lagi jika kita ketahuan berbohong. Sebagai manusia, kita rentan melakukan kesalahan. Jadi, niscaya akan ada saatnya kebohongan itu terungkap. Biasanya, jika satu terbuka, akan terbuka pula kebohongan lain nan mengiringinya.

Lalu, apa karakteristik orang munafik nan kedua? Karakteristik kedua ialah bila berjanji tak ditepati. Wah, apakah ada nan pernah melakukan ini? Jika ya, hati-hatilah buat ke depannya. Jangan sampai peristiwa ini terjadi lagi. Karena Rasulullah sudah mengisyaratkan bahwa janji nan tak ditepati ialah perbuatan nan sangat tercela.

Islam mengajarkan, saat berjanji kita mengucapkan “Insya Allah”. Itu artinya kita akan menepati janji atas izin Allah. Yang mengenaskan, saat ini kata-kata “Insya Allah” justru dijadikan senjata saat tak ingin menepati janji. Jadi, mereka berlindung di balik kalimat kudus ketika tak menepati janji nan sudah dibuat sendiri.

Banyak orang sekarang nan justru “menjual” nama Tuhan buat kepentingan pribadi. Alangkah beraninya! Harusnya kita waspada sebab Rasulullah sudah menegaskan sikap ini sebagai salah satu karakteristik orang munafik. Saat berjanji, usahakan buat menepatinya sebisa mungkin. Jika kebetulan memang ada halangan nan tak terelakkan, buru-buru memberi konfirmasi kepada orang nan kita janjikan.

Jadi, orang tak menunggu dan merasa kecewa. Setelahnya, kita dapat membuat ulang janji. Jangan sampai Norma ingkar janji ini mendarah daging. Kita tentu tak ingin dianggap sebagai orang nan munafik, bukan?

Adapun karakteristik terakhir dari manusia nan munafik ialah jika diberi kepercayaan maka akah berkhianat. Bukankah ini sangat cocok dengan kondisi negeri tercinta ini? Terbukti sudah kalau para wakil rakyat dan penguasa Indonesia terdiri atas orang-orang munafik.

Perhatikan apa nan sedang terjadi pada sistem peradilan di tanah air! Yang menjadi tersangka korupsi nan menelan uang rakyat ialah orang-orang nan justru diberi kepercayaan buat memegang amanat. Ada nan ditunjuk sebagai wakil rakyat.

Seharusnya, mereka menjadi penyambung lidah rakyat nan berjuang demi kepentingan para pemilihnya. Namun nyatanya, apa nan terjadi? Di Senayan para anggota dewan nan terhormat ini justru berjuang buat kepentingan diri sendiri dan golongan.

Kepentingan rakyat tak menjadi prioritas.Korupsi seakan menjadi budaya populer bagi para pemangku jabatan. Dengan jabatan nan diamanahkan rakyat, mereka tak berusaha berbuat amal dan kebaikan. Mereka justru memanfaatkan kesempatan itu buat mengeruk laba sebanyak-banyak dan memindahkannya ke dalam rekening pribadi.

Peperangan terhadap korupsi terus berusaha dilakukan. Sayangnya, upaya pelaku buat korupsi pun kian meningkat. Berbagai departeman dan kedudukan nan ada di pemerintahan menjadi incaran empuk. Dana nan seharusnya digunakan buat membiayai kesehatan rakyat, malah diselewengkan.

Begitu juga dana nan tadinya akan dialokasikan buat peningkatan kesejahteraan masyarakat, mengalami nasib nan sama. Bukannya berlomba-lomba berbuat kebajikan, para pemilik jabatan krusial justru berlomba-lomba berbuat kecurangan. Akan tetapi, di hadapan publik mereka malah ikut berkoar tentang pemberantasan korupsi. Alangkah munafiknya!