Sejarah Rivalitas Real Madrid dan Barcelona
Sepak bola Perserikatan Spanyol merupakan suatu kompetisi nan sangat ketat dan keras di Eropa. Hal ini tercermin dari banyaknya pemain bintang nan merumput disana. Namun, beberapa musim terakhir poros kompetisi terus berpusat pada dua klub teratas perserikatan ini, yaitu Real Madrid dan Barcelona.
Di kedua klub ini terdapat banyak sekali pemain bintang global nan merumput, tentunya dengan bayaran nan tinggi di jagat ini. Pada setengah musim kompetisi nan masih tersisa, masih sangat banyak kemungkinan pemain-pemain bintang lain akan terus berdatangan di perserikatan ini. Tentunya hal ini akan semakin membuat menarik sepak bola Perserikatan Spanyol ini.
Dominasi Sepak Bola Perserikatan Spanyol
Klub sepak bola Perserikatan Spanyol juga mendominasi kompetisi di Eropa dan juga dunia. Sebagai prestasi trekahir ialah juaranya Atletico Madrid di ajang Piala Super Eropa dengan mengandaskan Inter Milan sebagai kampiun Perserikatan Champions di Final dengan skor 2-0. Selain itu Barcelona juga merupakan klub Barcelona nan menjuarai Perserikatan Champions pada musim kompetisi nan lalu, sebelum Inter Milan.
Sepak bola Perserikatan Spanyol tentunya menarik minat banyak penggemarnya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Banyak stasiun televisi partikelir nan rutin menyiarkan pertandingan-pertandingan di perserikatan ini. Selain itu, semakin banyak komunitas-komunitas pecinta bola buat klub-klub nan berlaga di Perserikatan Spanyol juga membuktikan bahwa Perserikatan Spanyol semakin banyak penggermarnya.
Peringkat Sepak Bola Perserikatan Spanyol
Secara peringkat, sepak bola Perserikatan Spanyol juga menduduki peringkat kedua menurut catatan dan evaluasi FIFA buat kualitas kompetisi setelah Perserikatan Inggris. Banyak pemain top global nan berhasil berlaga di Perserikatan Spanyol ini, namun ada beberapa nan kurang beruntung, seperti nan dialami oleh pemain seperti Zlatan Ibrahimovic.
Pemain ini berhasil merumput dan berkompetisi di Perserikatan Italia Serie A nan kemudian pada musim kompetisi lalu mencoba buat mencicipi panasnya persaingan di sepak bola Perserikatan Spanyol. Bergabung dengan klub Barcelona, Zlatan Ibrahimovic ternyata masih belum dapat menarik minat para petinggi klub dan juga publik Catalan.
Hal inilah nan membuat pemain ini tak kerasan dan memilih hengkang kembali ke Perserikatan Italia dengan bergabung bersama AC Milan nan tak lain merupakan rival abadi Inter Milan klub nan dibelanya dulu.
Sepak bola di Perserikatan Spanyol diharapkan juga dapat menjadi contoh bagi pengelolaan kompetisi bola di tanah air agar menjadi profesional dan berkembang ke arah nan lebih baik.
Sejarah Rivalitas Real Madrid dan Barcelona
Sepak bola Perserikatan Spanyol didominasi dua klub besar. Dua klub besar tersebut berasal dari kota nan berbeda, yaitu Madrid dan Catalan. Dua klub besar nan mendominasi sejarah sepak bola Spanyol tersebut ialah Real Madrid dan Barcelona. Ya, kedua klub besar asal Spanyol ini memiliki rivalitas nan abadi. Hal tersebut menghasilkan sebuah rendezvous kedua klub dengan sebutan El Clasico .
Rivalitas Real Madirid dan Barcelona berawal pada masa pemerintahan Franco? Lalu, siapa Francio itu? Franco ialah seorang jenderal nan menjadi penguasa dictator di Spanyol pada 1930-an. Menurut sejarah, Kota Barcelona merupakan ibukota Provinsi Catalan atau Catalonia. Daerah ini sebagain besar penduduknya berasal dari suku bangsa Catalan dan Basque. Sejak dulu, bangsa Catalonia menganggap dirinya bukan bagian dari Spanyol. Mereka menganggap bangsanya berada di bawah penjajahan Spanyol.
Saat itu, Jenderal Franco melarang penggunaan bendera dan bahasa Catalan. Klub sepak bola Barcelona pun menjadi satu-satunya loka buat orang-orang berkumpul dan berbicara dalam bahasa mereka. Rona biru dan merah marun nan menjadi rona andalan klub Barcelona menjadi pengganti nan mudah dipahami dari rona merah dan kuning.
Dalam kepemimpinannya, Jenderal Franco melakukan sebuah tindakan nan cukup ekstrim. Pada 1936, Presiden Barcelona saat itu, Josep Suol dibunuh oleh pihak militer pimpinan Franco. Selain itu, sebuah bom pun dijatuhkan di FC Barcelona pada 1938.
Di lapangan hijau, rivalitas permusuhan klub sepak bola dari ibukota Real Madrid dan Barcelona dimulai. Pada 1941, para pemain Barcelona diancam oleh militer agar kalah dari Real Madrid. Pada pertandingan tersebut, Barcelona kalah dari El Real dengan skor telah 11-1. Satu gol nan dihasilkan Barcelona itu ternyata membuat Jenderal Franco kesal. Akhirnya, fakta pun diputarbalikkan. Jenderal Franco menuduh kiper Barcelona saat itu menjadi dalan dalam pengaturan skor pertandinagn Rela Madrid dengan Barcelona nan berakhir dengan skor 11-1 ini. Akhirnya, kiper Barcelona dilarang buat bemain sepak bola selama seumur hidup.
Sejak saat itu, Barcelona FC menjadi sebuah klub sepakbola anti-Franco dan menjadi simbol perlawanan Catalonia terhadap Jenderal Franco khususnya dan Spanyol umumnya. Selain Barcelona, ada juga klub lain nan berasal dari daerah Catalonia, yaitu Athletic Bilbao dan Espanyol. Athletic Bilbao sampai saat ini tetap pada idealismenya buat hanya merekrut pemain-pemain orisinil Basque, tetapi dari segi prestasi tak sementereng Barcelona. Begitupun dengan Espanyol.
Bagi FC Barcelona, kedua klub nan berasal dari daerah nan sama tersebut bukan musuh besar. Yang menjadi mush besar Barcelona ialah klub nan berasal dari ibu kota nan sekaligus klub kesayangan Jenderal Franco, yaitu Real Madrid. Sebagai sebuah simbol perlawanan, kultur dan karakter Barcelona kemudian terbentuk dengan sendirinya. Siapa pun pelatihnya dan gaya apa pun nan dipakai, karakternya hanya satu, yaitu Menyerang!
Memiliki karakter sebagai penyerang, Barcelona bermaksud buat mendobrak penguasaan Real Madrid (dan bagi orang Catalonia, mendobrak penguasaan Spanyol). Untuk itulah, Barcelona tak akan pernah bermain bertahan di lapangan hijau sebab bermain bertahan merupakan simbol ketakutan. Kalah atau menang merupakan hal biasa. Tapi, keberanian memegang karakter, itulah nan menjadi simbol perlawanan bangsa Catalonia terhadap Spanyol.
Pada era 50-an dan 60-an, Barca tenggelam dalam penguasaan Real Maadrid nan saat itu diperkuat Ferenc Puskas, Di Stefano, dkk. Sebagai anak emas Franco, Real Madrid memang selalu memiliki sumber dana besar buat belanja pemain. Sementara itu, FC Barcelona pada 2 dasawarsa (pada tahun nan sama dengan kejayaan Madrid) tersebut hanya dapat memenangi 4 kali Perserikatan spanyol, 2 kali piala raja, dan satu kali UEFA Cup.
Pada 1973, pemain Belanda, Johan Cruyff begabung ke Barcelona dari Ajax. Pemain bintang asal Belanda ibni menyatakan lebih memilih Barcelona daripada Madrid sebab Cruyff tak mau bermain di klub nan diasosiasikan dengan Franco. Sejak bergabung dengn Barca, Cruyff sukses menjegal dominas Madrid dengan menggondol kampiun Perserikatan Spanyol setelah 14 tahun puasa gelar.
Selanjutnya, rivalitas Madrid lawan Barcelona menjadi semakin sengit. Pertemua kedua klub raksasa tersebut dalam berbagai kompetisi bahkan disebus sebagai dual klasik atau El Clasico . Rivalitas nan sudah ada sejak dulu tetap menjadi sebuah duel nan akan menghasilkan sebuah pertarungan nyang mempertaruhkan nama besar.
Selain bertarung di lapangan hijau, kedua klub besar ini pu sengit bertarung di kancah perburuan pemain. Ya, ajang transfer pemain menjadi venue lain pertarungan dua raksasa Spanyol tersebut. Selain itu, perpindahan pemain dari Madrid ke Barca atau sebaliknya dinilai sebagai bentuk pengkhianatan terhadap klub. Pemain nan pernah dicap sebagi pengkhianat ialah Luis Figo. Pemain asal Portugal itu meninggalkan Barcelona dan bergabung dengan Real Madrid.
Dapat disimpulkan bahwa rivalitas abad Real Madrid dengan Barcelona tak hanya terjadi di lapangan hijau, tapi juga di luar lapangan. Bicara soal prestasi, memang Real Madrid lebih unggul daripada Barcelona. Namun pada 2008 hinga, Barcelona mulai mengkudeta penguasaan Madrid dala Perserikatan Spanyol. Dan rivalitas ini akan terus berlanjut entah sampai kapan.
Nah, itulah klarifikasi mengenai sejarah sepak bola Perserikatan Spanyol beserta serba-serbinya. Semoga klarifikasi nan disampaikan bermanfaat bagi Anda.