Artefak pada Situs Batujaya

Artefak pada Situs Batujaya

:

Kerajaan Tarumanegara dikenal, setelah ditemukannya berbagai situs prasasti nan menceritakan keberadaannya. Diantaranya ialah situs prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Tugu dan sebagainya. Kebanyakan orang hanya tahu peninggalan itu berupa situs prasasti, padahal terdapat pula situs candi peninggalan Kerajaan Tarumanegara di daerah Batujaya. Yang juga menceritakan keberadaan Kerajaan Tarumanegara sebagai Kerajaan Hindu di masa silam.

Dalam salah satu prasasti terdapat cap telapak kaki dari Raja Purnawarman. Pengambarannya sebagaimana telapak kaki nan dimiliki oleh Dewa Wisnu. Bahkan prasasti nan lain juga sama, mengambarkan kerajaan ini sebagai kerajaan Hindu.



Situs Candi di Batujaya

Dalam situs prasasti Tugu disebutkan tentang daerah nan bernama Candra Boga. Berdasarkan etimologinya, nama daerah ini dapat disebut sebagai daerah Bekasi. Diduga kuat daerah ini dulunya, merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Tarumanegara. Daerah tersebut bila dilihat dari geografisnya, tak jauh dari daerah Batujaya. Yang membedakan hanya sebab dibatasi oleh sungai Citarum.

Dari perhitungan tersebut diambil kesimpulan, bahwa daerah Batujaya mempunyai interaksi nan erat dengan keberadaan Kerajaan Tarumanegara. Banyak peninggalan purbakala nan ditemukan didaerah tersebut nan menceritakan tentang agama Hindu nan dianut oleh Kerajaan ini.

Keterangan itu bisa diketahui melalui peninggalan tersebut, dengan prasasti nan sudah ditemukan. Dari situ pula bisa diketahui, bahwa agama Hindu berkembang pesat di era Pemerintahan Raja Purnawaman. Hampir semua rakyat nan ada diwilayah Jawa Barat memeluk agama Hindu.

Daerah Batujaya juga diketahui berkembang pada abad 4 – 7 M, dan termasuk dalam Kerajaan Tarumanegara. Situs Batujaya diketahui masuk wilayah dua desa secara administrasi. Di Desa Telagajaya, Kec Pakisjaya dan Desa Segaran Baturaja, Kec Baturaja, Kab Karawang, Jawa Tengah.



Lokasi Situs Batujaya

Situs Batujaya bila ditempuh dari daerah Tanjung Priok, berjarak 45 km, dan bila ditempuh dari pantai utara Jawa Barat sekitar 6 km. Letaknya berdekatan dengan area perumahan dan pemukiman penduduk di dua Desa tersebut. Untuk kesana kita bisa mencapainya mengunakan sepeda motor maupun mobil. Terserah mana nan terbaik buat kita gunakan menuju kesana.

Dan perlu diperhatikan, dalam perjalanan menuju situs Batujaya, harus berhati-hati. Apalagi bila kita menempuh perjalanan kala senja telah tiba, jalan raya nan menuju ke situs ini banyak nan rusak. Selalin itu keadaan sekitar sangat sepi, diharapkan datang ke lokasi tersebut beramai-ramai.

Beda bila kita mendatangi berbagai situs nan terletak di Pulau Bali. Karena merupakan tujuan wisata nasional, pemerintah di loka itu sangat memperhatikan wahana dan prasarananya. Sayang sekali seandainya pemerintah Jawa Barat, tak segera memperbaiki saran dan prasarana menuju situs ini. Dikarenakan situasi seperti ini, buat banyak didatangi pengunjung sepertinya sulit terwujud.

Waktu pertama kali ditemukan oleh penduduk masih berupa gundukan tanah dan batu-bata nan berserakan. Nurhadi Rangkuti dari Puslit Arkenas, nan mula-mula pertama kali meneliti situs ini. Kemudian dilanjutkan penelitiannya oleh Peter Fordinandus dari tahun 1993 hingga 2001.

Struktur bangunan candi di situs Batujaya ini baru ditemukan pada tahun 1992 – 1994. Untuk anak tangganya sendiri baru ditemukan pada tahun 1995, tebuat dari batu pipisan. Selalin itu ditemukan pula bahan meterai dibawah anak tangga tersebut.

Kemudian penelitian dilanjutkan pada tahun 1996, hingga ditemukannya kembali tangga beserta struktur tambahan pada bangunannya. Denah holistik bangunan candi baru ditemukan pada yahun 1997, dengan ukuran 24,6 x 24,6 meter. Selain itu sukses pula ditemukan 10 buah meterai dalam keadaan hampir utuh. Dan juga meterai lain nan banyak jumlahnya, tetapi sudah mengalami kehancuran.



Artefak pada Situs Batujaya

Meterai itu kemudian di analisa, mengunakan dasar dari tipologi I. data tersebut diperoleh dari penelitian tipologi oleh Coedes. Tipologi I ini berisi tentang masa Dvaravati nan berkembang saat itu. Menceritakan tentang betapa ajaibnya Srasvati, dan dituliskan dalam naskah Diyavanada.

Dari naskah itu pula bisa diketahui asal mula naskah tersebut ada, berasal dari genre Ravada. Dari penelitan nan berlanjut, bisa diketahui pula bahwa naskah ini berasal dari abab 6 – 7 M, pada periode Dvarvati. Ternyata meterai nan ditemukan di daerah ini sama dengan meterai nan ada di Thailand Selatan, tepatnya di daerah Khi Ok Dalu. Dari pengabungan dan analisa kedua penelitian ini, didapatkan pengetahuan tentang periode Mahayana.

Fragmen dari perunggu ditemukan pada tahun 2001, selain itu ditemukan kembali meterai nan banyak jumlahnya. Meterai itu mempunyai bentuk garis bermotif kerang, tetapi sudah banyak nan mengalami kehancuran. Menurut data sebalumnya, batu bergaris baru ada pada abad ke 2 – 4 M. tetapi pada penelitian lebih lanjut pada batu bergaris nan ada di daerah tersebut, ternyata baru ada pada abad ke 7 – 10 M.

untuk pastinya, diadakan analisa mengunakan analisis carbon pada batuan tersebut. Dari analisa tersebut bisa diketahui, kalau batu pada candi tersebut berasal dari abad ke 12 M. Berdasarkan anilisa nan ada ditarik konklusi bahwa situs ini sudah ada semenjak abad ke 2- 12 M.

Daerah Batujaya diduga sudah menjalin interaksi dengan India bagian selatan, selama berabad-ababd kemudian pada awal Tarikh Masehi. Dugaan ini berasal dari ditemukannya roulleted ware, di daerah tersebut. Dimulai dari permulaan tarikh Masehi, agama Budha mulai berkembang di Asia Tenggara. Semua itu terjadi sebab peran serta dari para rahib Budha, nan menyebarkan agama ini keseluruh penjuru Asia Tenggara.

Batujaya termasuk daerah nan sangat statregis buat melakukan pelayaran, ini dapat dilihat dari letak wilayahnya nan hanya 6 km dari utara pantai Batujaya. Estimasi ini bukan hanya dugaan semata, diperkuat dengan ditemukan berbagai artefak nan berupa tembikar dan sebagainya pada tahun 2002.



Mitos Candi di Situs Batujaya

Ada beberapa mitos tentang nan berkaitan dengan candi nan ada di situs Batujaya. Menurut Bapak Kasin Kafin, nan bertugas menjaga situs candi tersebut, pernah ada orang nan mengambil batu atau benda-benda nan ada disekitar reruntuhan candi, buat diadakan penelelitian di rumah atau kantornya. Kesokan harinya atau beberapa hari kemudian, niscaya orang itu mengembalikan barang tersebut pada posisi ketika dia mengambilnya.

Setelah ditanya, barulah orang tersebut menjawab. Bahwa ketika dia mengambil meterai tersebut buat di bawa ke rumah, dia mengalami sakit nan tiba-tiba. Dan seperti diberi isyarat buat mengembalikan barang tersebut pada tempatnya kembali.



Kehebatan Pembuatan Situs Batujaya

Candi nan terdapat pada situs Batujaya ini bernama Candi Jiwa, dengan ukuran denah 19 x 19 x 9,2 meter. Selain itu terdapat pula Candi Blandongan dengan ukuran denah 30 x 30 x 6, meter. Dari penelitian tersebut bisa diketahui, betapa luar biasanya bentuk bangunan Candi itu ketika dibuat.

Penemuan Candi di daerah Batujaya ini, bisa diketahui hebatnya teknologi di masa Kerajaan Tarumanegara. Untuk membuat bangunan Candi dengan bentuk seperti itu, diperlukan pengetahuan nan mendalam dibidang sipil dan arsitektur nan mumpuni.

Situs Batujaya mempunyai luas sekitar 5 x 5 km. begitu banyak Candi nan belum digali di daerah ini. Baru Candi Jiwa dan Candi Blandongan saja nan sedang digali dan dipugar. Memerlukan waktu dan tenaga nan tak sedikit, buat menemukan semua candi peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Namun dari inovasi beberapa Candi di situs Batujaya tersebut, bisa membuktikan betapa hebat dan besarnya Kerajaan Tarumanegara di masa silam.