Fable Story Semut dan Belalang Karya Aesop

Fable Story Semut dan Belalang Karya Aesop

Dengan berkembangnya teknologi informasi dan ilmu pengetahuan, perkembangan akan kebutuhan bacaan nan bermutu pun semakin meningkat tajam. Tidak hanya kebutuhan bacaan buat remaja dan dewasa, namun saat ini bacaan buat anak-anak nan bermutu dan menarik pun semakin digemari.

Karena itu, semakin banyak pula saat ini kita temukan buku-buku bacaan nan berisi fable story atau buku kisah-kisah dengan tokoh hewan namun memiliki kandungan nilai moral nan sangat mendidik bagi anak-anak.

Fable story ini termasuk buku anak nan cukup digemari oleh anak-anak di seluruh global dan mulai ramai pula memenuhi pasar buku anak di Indonesia. Bahkan sudah ada banyak penulis buku anak di Indonesia nan mulai menulis fable story buat memenuhi tingginya kebutuhan buku-buku fable story. Contoh fable story nan terkenal di Indonesia ialah cerita Si Kancil Mencuri Ketimun, Dua Ekor Kambing, Semut dan Belalang. Masih ada banyak lagi fable story Indonesia nan sudah banyak beredar bukunya di toko-toko buku.



Sejarah Perkembangan Fable Story

Di antara para penggemar bacaan berjenis fable story ini ternyata masih banyak nan belum mengetahui sejarah perkembangan fable story. Fable story ini tak muncul begitu saja. Dari beberapa literatur dikatakan bahwa fable story sudah ada sejak abad ke enam sebelum masehi. Fable story saat itu muncul di Yunani dan termasuk sebagai kesastraan global nan tertua dengan penulis pertamanya ialah seorang budak nan bernama Aesop Beuti.

Fabel story nan mengandung pesan moral dan menggunakan tokoh hewan digunakan oleh Aesop saat itu buat menyampaikan suatu kebenaran tentang keadaan rakyat jelata nan hayati pada masa itu dalam keadaan nan sangat susah dan menyedihkan.

Penggunaan fable story ini dianggap paling tepat buat menceritakan keadaan nan harus disamarkan sebab keadaan politik dan keamanan negara itu masih cukup membahayakan. Setelah kemunculan Aesop, penulis fable story nan berikutnya ialah Phadrus nan melahirkan karya-karya fable storynya pada awal abad satu Masehi.

Kemudian, pada perkembangan fable story selanjutnya, nama Martin Luther King mulai muncul dengan karya fable storynya nan banyak mengangkat masalah politik dan kehidupan beragama di Negara Jerman. Penulis fable story dari Negara Jerman lainnya ialah Lessing.

Selain itu masih ada banyak lagi penulis fable story ini nan tersebar di seluruh dunia, di antaranya yaitu Fariduddin Attar dari Persia dengan karyanya nan sangat terkenal berjudul “Musyawarah Burung” dan penulis fable story dari Perancis nan juga memiliki banyak karya nan sampai saat ini masih banyak memiliki penggemar yaitu Michael de la Fontaine.



Fable Story, Sekilas Tentang Aesop Beuti dan Phadrus

Phadrus sebenarnya ialah penulis fable story setelah zamannya Aesop. Phadrus ini juga sama seperti Aesop yaitu sebagai seorang budak nan akhirnya dibebaskan sendiri oleh Kaisar Agustus nan saat itu menjadi majikannya. Banyak karya Phadrus nan menggunakan karya-karya Aesop sebagai referensinya. Phadrus ini menulis sekitar lima buah buku nan berisi sembilan puluh tiga fable story.

Sementara, Aesop Beuti dalah seorang penulis fable story nan cukup terkenal dengan cerita pendeknya nan banyak memberikan pelajaran moral tentang kehidupan. Tokoh-tokoh nan digunakan Aesop di dalam fable storynya kebanyakan ialah menggunakan tokoh binatang, tokoh-tokoh binatang tersebut bisa berbicara, bernyanyi, marah bahkan bertingkah laku layaknya manusia.

Dan di dalam fable story nan ditulis Aesop ini selalu mengandung hikmah atau pesan moral tersembunyi, sehingga biasanya pembaca dapat mengartikan banyak hal atas hikmah tersembunyi tersebut.

Memang tak banyak nan dapat kita ketahui dari Aesop Beuti ini sebab hidupnya nan masih di zaman enam ratus dua puluh tahun Sebelum Masehi dan hanya seorang budak sehingga kebebasannya benar-benar sangat terbatas. Pada saat itu Aesop membuat fable story sebenarnya hanya buat menghibur orang di sekitar loka dirinya menjadi budak.

Fable story karya Aesop ini baru dikumpulkan dan ditulis ulang sekitar abad tiga ratus Sebelum Masehi. Fabel story karya Aesop nan terkenal yaitu “Rubah dan Anggur”, fable story “Seriga Berbaju Domba” dan “Semut dan Belalang”.



Fable Story Semut dan Belalang Karya Aesop

Berikut ini ialah sedikit kisah tentang semut dan belalang nan dituliskan Aesop di dalam fable storynya.

Ada sebuah keluarga semut nan sepanjang musim panas bekerja siang dan malam mengumpulkan makanan buat persediaan makanan mereka di musim dingin. Mereka juga sibuk mengeringkan biji-biji gandum sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu nan lama selama musim panas kemarin.

Saat ini sudah memasuki musim gugur, satu keluarga semut tersebut masih tetap mencoba mengumpulkan bahan makanan nan bisa mereka simpan. Terus bekerja agar nanti di saat musim dingin keluarga mereka tak akan kelaparan.

Hari masih siang ketika seekor belalang pengembara datang dengan sebuah biola di tangannya. Belalang itu terlihat sangat kelaparan. Belalang itu lalu memohon kepada keluarga semut itu dengan sangat agar keluarga semut itu mau memberinya sedikit makanan.
Dengan marah salah seorang semut menjawabnya,

“Apa?! Tidakkah kamu juga telah menyimpan persediaan makananmu buat musim dingin? Apa saja nan selama musim panas kemarin kau lakukan?”

“Aku terlalu sibuk membuat lagu sehingga tak sempat mengumpulkan makanan,” sahut belalang itu memasang paras memelasnya.
Mendengar jawaban belalang itu, para semut itu pun langsung marah. Salah satu sebut bahkan berteriak kepada belalang itu, katanya,

“Baiklah, setelah lagu itu selesai kamu untuk sepanjang musim panas nan lalu, maka saat ini ialah saatnya kamu menari.”

Lalu semut-semut itu segera membalikkan badannya dan kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa mau peduli pada belalang tersebut.
Moral cerita dari fable story Semut dan Belalang ini ialah bahwa ada waktunya kita harus bekerja dan ada waktunya kita bermain. Kita tak boleh melupakan kewajiban kita hanya buat bermain.



Ciri-ciri Fable Story

Agar kita dapat mengenali dengan mudah fable story maka kita harus mengetahui ciri-ciri dari fable story ini. Berikut ini ialah ciri-ciri nan dapat kita temukan pada sebuah fable story:

  1. Tokoh-tokoh fable story menggunakan binatang nan dapat berbicara, bercerita bahkan bertingkah laku seperti manusia.
  1. Di dalam fable story berisi sikap-sikap dan penggambaran moral manusia di dalam kehidupan sehari-hari termasuk karakter-karakter nan banyak dimiliki oleh manusia beserta permasalahan nan ada di dalam kehidupan manusia.
  1. Fable story ialah sebuah cerita pendek nan padat, ringkas namun mengandung pesan dan pengertian nan mendalam.
  1. Kebanyakan nan dikisahkan pada fable story ialah karakter manusia nan kuat melawan manusia nan lemah.
  1. Fable story sering digunakan buat menggambarkan situasi di dalam masyarakat, terutama ketika berada di dalam masa penjajahan, masa perang atau buat melukiskan keadaan sebenarnya dengan cara nan disamarkan.
  1. Pilihan kata nan digunakan di dalam fable story menggunakan pilihan kata nan mudah dan sederhana.
  1. Biasanya lebih banyak menggunakan setting alam, hutan, taman atau pegunungan.
  1. Kadang-kadang ada pula penokohan nan menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai penggambaran karakter manusia dan permasalahan nan sedang dihadapi oleh manusia itu.
  1. Bentuk suatu fable story biasanya bisa berupa sajak atau lirik dan bisa pula berupa prosa atau epik. Namun pada perkembangannya, bentuk, struktur dan tema nan digunakan di dalam penulisan fable story ini tak memiliki batasan dan dapat dibuat sebebas mungkin asalkan masih dalam batasan sebuah cerita pendek dengan pesan moral nan terkandung di dalamnya dan menggunakan tokoh-tokoh berupa binatang dan tumbuhan.
  1. Fabel story ada juga nan menekankan pada kekayaan sastra nan terkandung di dalamnya. Fable story tersebut menggunakan pilihan kata beserta ungkapan-ungkapannya nan indah.