Memahami Hakikat Pernikahan
Kapan akan Menikah?
Tahukah Anda apa nan sering dipertanyakan orang-orang kepada seseorang gadis nan dianggapan masyarakat terkait sudah cukup berumur? Apa lagi kalau bukan pertanyaan klasik, ‘Kapan lagi mau menikah? Awas jadi perawan tua lho!’ Dahulu saat kita menempuh masa study di bangku perkuliahan atau pun sekolah, nan selalu orang lontarkan ke kita tentu saja pertanyaan, ‘Kapan selesai? Kapan lulus’.
Lantas setelah kita lulus pertanyaan itu akan berganti menjadi, ‘Kapan bisa kerja? Kerja di mana sekarang?’ Dan setelah kita mendapatkan pekerjaan pertanyaan itu pun beubah lagi, “Kapan lagi mau menikah? Toh kamu sudah mapan dan bisa kerja.’Apakah pertanyaannya hanya sampai di situ? Tentu saja belum, masih akan ada lagi pertanyaan susulan berikutnya, ‘Kapan mau punya momongan?’ dan kalau sudah punya momongan pun akan kembali ditanya, ‘Kapan mau nambah momongan lagi?’
Dari sekian banyak pertanyaan tadi, nan terkadang menimbulkan persoalan cukup serius ialah pertanyaan kapan mau menikah. Terlebih bagi kaum wanita nan sudah berumur dan kesulitan mendapatkan jodoh, pertanyaan ini bisa memicu seseorang merasa pesimis dalam menghadapi kehidupannya. Tak sporadis kadang mereka pun mengambil langkah buat bertanya tentang Ramalan Pernikahan mereka kepada para tukang ramal.
Pernikahan ialah salah satu fase kehidupan seseorang nan hampir niscaya terjadi pada setiap orang. Meskipun ada sebagian orang nan merasa enggan menikah sebab alasan eksklusif dan memilih buat hayati membujang selamanya. Tapi tentu saja kebanyakan orang lebih memilih buat menikah sebab akan mendapatkan ketentraman batin dari sebuah pernikahan.
Di samping itu, hakikat pernikahan sebetulnya dimaksudkan buat kemuliaan kaum wanita itu sendiri, memperoleh kehormatan di masyarakat serta memudahkan seorang warga negara buat mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara.
Memahami Hakikat Pernikahan
Ramalan pernikahan juga menjadi hal nan menarik buat diperbincangkan. Ramalan seperti ini juga banyak saat ini kita temui secara online di internet. Misalnya melalui aneka kuis di facebook; tahun berapa kamu akan menikah? Dengan orang asal mana kamu akan menikah? Pada usia berapa kamu akan menikah? Dan seterusnya. Rata-rata para pengunjung online sangat antusias mengikuti kuis-kuis seperti ini, sebab menyangkut hal-hal sensitif dalam kehidupan mereka.
Terkait dengan ramalan pernikahan nan akan dijalani seseorang, perlu kita perhatikan beberapa hal krusial berikut;
1. Pernikahan itu hanya dapat kita rancang dan kita prediksikan, sementara buat kepastiannya tergantung pada kehendak Tuhan. Sama dengan jodoh, pernikahan tidak lain ialah perwujudan dari jodoh nan sudah ditentukan Tuhan buat kita. Sifatnya ialah aqad nan menjamin absah tidaknya interaksi sepasang insan baik di mata manusia maupun di hadapan
Tuhan. Banyak orang nan sudah mati-matian merancang pernikahan mereka selama bertahun-tahun, namun setelah tiba saatnya, nan ada justru kegagalan nan dirasakan.
Ada juga orang nan sama sekali belum merencanakan akan menikah, tiba-tiba ia berjumpa jodohnya dan dalam waktu singkat ia pun menikah, inilah salah satu bukti ramalan pernikahan itu bersifat abstrak, karena ia masih dalam serangkaian jodoh nan diberikan Tuhan kepada kita. Menikah ialah pintu gerbang buat menuju ke fase kehidupan nan baru buat seseorang.
2. Menikahlah buat satu tujuan nan mulia, tidak hanya nafsu biologis semata. Salah satu faktor penyebab kegagalan sebuah rumah tangga ialah apabila orientasi primer nan dibangun oleh seseorang nan akan menikah hanya bersumber pada keinginan nafsu semata.
Nafsu manusia selalu tak pernah merasa puas akan sesuatu, terlebih jika ia mendapatkan pasangannya tak sama dengan apa nan ada di pikirannya. Perkiraannya terhadap pasangannya secara biologis meleset, maka jika dari awal tujuan primer pernikahan nan dibangun hanya sebatas kemerdekaan nafsu, maka bersiaplah buat menghadapi pasangan Anda mencari pemuas nafsu nan lain.
Menikahlah buat mencari pasangan hidup, hayati ini penuh lika liku dan tajamnya persoalan silih berganti, tentu kita akan menjadi kuat dengan orang-orang nan kita cintai dan selalu setia dengan kita.
3. Ketika memang sudah ada niat nan muncul di dalam hati buat menyegerakan diri agar bisa menikah maka lakukanlah hal nan sahih buat menyambut niat ini. banyak orang nan merasa bahwa menikah tidaklah mudah buat diputuskan sebab harus menemukan sosok nan tepat nan bisa diajak buat menikah.
Karenanya, dalam mencari sosok nan tepat ini maka kebanyakan dari orang memulainya dengan sebuah proses nan dinamakan dengan “pacaran”. Pacaran dianggap sebagai sebuah proses perkenalan. Dalam pacaran ini tentunya akan dinilai apakah memang pasangan kita akan menjadi pasangan nan tepat buat dijadikan pasangan hayati sehidup semati.
Maka dari itu, di dalam pacaran diupayakan oleh kedua orang nan menjalani buat bisa mengetahui hal nan sebenarnya dari diri mereka. Karena jika memang bisa ditemukan kecocokan di dalam keduanya maka akan bisa diputuskan buat membawa interaksi ke jenjang nan lebih serius lagi yaitu pernikahan.
Namun dalam penerapannya, proses pacaran ini tidak selalu berjalan dengan tujuan nan seperti diharapkan di atas. Karena memang semua orang ingin dianggap nan terbaik oleh pasangannya maka di dalam pacaran hanya ditampilkan apa nan paripurna dalam dirinya dan berusaha buat menutupi apa nan dinilai kurang atau jelek dalam dirinya.
Sehingga ketika suatu saat pasangannya menemukan apa nan disembunyikan maka hal ini akan menyebabkan adanya kekacauan dalam interaksi tersebut atau bahkan berakhirnya interaksi nan dijalin.
Maka dari itu, proses pacaran ini bukanlah satu-satunya cara buat bisa mengenal pasangan nan akan dinikahi. Karena memang akan banyak sekali kebohongan atau kejadian nan direkayasa hanya buat membuat pasangan semakin tergila-gila dengan dirinya.
Proses nan lebih baik dijalani ialah dengan menggunakan proses taaruf secara islami nan dikenal dengan sebutan ta’aruf. Ta’aruf di sini tidaklah sama dengan makna pacaran nan biasa ada walaupun memang inti dari kedua proses ini sama yaitu buat mengenal pasangan lebih jauh dan melihat apakah memang cocok dan sinkron buat dijadikan pasangan hidup.
Hanya saja, buat ta’aruf semuanya dilakukan dalam koridor hukum syara’. Tidak ada keadaan nan memperbolehkan adanya rendezvous berduaan antara laki-laki dan perempuan.
Ta’aruf dimulai dari adanya seorang nan memiliki niat nan tulus buat menikah. Lalu, ia mendatangi orang nan ia percaya buat dicarikan orang lain nan juga memiliki niat nan tulus juga buat menikah.
Karena sejatinya cinta akan datang dengan sendiri ketika memang sudah didasari dan diawali oleh sebuah niat nan tulus buat menikah. Dengan siapapun itu dan akan menyerahkan segalanya kepada bagaimana nantinya Allah akan menuntun langkah kakinya.
Jika memang sudah ditemukan sosok nan juga memiliki niat tulus nan sama maka kedua orang ini akan dipertemukan buat saling mengenal. Saling mengenal inipun juga dibatasi pada segala hal nan hanya diperbolehkan di dalam anggaran Islam, tak ada tindakan di luar apa nan tidak diperbolehkan atau dilarang di dalam Islam.
Dalam proses ini, keduanya benar-benar menyerahkan kepada Allah segala urusan ini. dan memang akan terjadi semacam sebuah ilham. Bahwa jika memang orang nan sedang berproses dengannya ialah orang nan cocok buat dirinya maka segala hal akan dimudahkan. Ditambah adanya rasa mantap buat menjalani hayati bersama.
Jika nan dirasakan ialah suatu hal nan berbeda dari nan telah dijelaskan. Misalnya ialah tak ada kemantapan, setiap mengingat atau menemui orang tersebut buat berta’aruf hari semakin ragu dan risi buat melangkah bersamanya.
Atau bahkan jalan nan ditempuh buat menuju jenjang pernikahan seakan begitu sulit buat dilalui, maka bisa diambil konklusi bahwa memang si dia dapat jadi ialah bukan jodoh nan dikirim Tuhan buat kita.
Namun jika memang sudah dirasa ada kecocokan dan kematnapan hati maka interaksi nan dijalin dapat berlanjtu ke jenjang nan lebih serius. Si laki-laki dapat melamar si wanita buat dijadikan istrinya. Setelahnya si laki-laki bisa meminta langsung kepada pihak keluarga si wanita. Dan proses nan dinantikan yaitu pernikahan bisa segera dilaksanakan. Semua proses di atas bisa dijalani tanpa menimbulkan adanya banyak dosa seperti ketika menjalani proses pacaran.
Itulah bagaimana seorang wanita bisa menjemput apa nan ada di dalam ramalan pernikahan bagi dirinya dan kehidupannya.