Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Lambang Kerajaan Sriwijaya merupakan lambang kerajaan maritim nan pernah berjaya di Nusantara, bahkan wilayah kekuasaannya mencapai Asia Tenggara. Pusat Kerajaan Sriwijaya terletak di Pulau Sumatra, tepatnya di daerah Sumatra Selatan. Namun, pengaruh kekuasaannya terbentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, hingga pesisir Kalimantan.

Nama Sriwijaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Sri nan berarti bercahaya atau gemilang dan wijaya yang bermakna kemenangan atau kejayaan. Jadi, nama Sriwijaya bermakna kemenangan nan gemilang.



Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Tidak banyak catatan sejarah nan memberi informasi tentang sejarah kerajaan Sriwijaya secara utuh. Informasi dari wikipedia menyebutkan bahwa pada zaman dahulu Kerajaan Sriwijaya dikenal dengan berbagai sebutan nama.

Orang Tionghoa mengenal Sriwijaya dengan nama Shih - li - fo - shih atau San - fo - ts’I atau San Fo Qi . Sementara dalam Bahasa Sanskerta, Sriwijaya dikenal dengan sebutan Yavadesh dan Jaavadeh . Bangsa Arab memberi nama Zabaj , dan bangsa Khmer menyebutnya dengan Melayu.

Pada masanya, Sriwijaya menjadi simbol kejayaan dan kebesaran Sumatra. Sriwijaya merupakan Kerajaan Nusantara terbesar, selain Majapahit.

Kedua kerajaan tersebut–Majapahit dan Sriwijaya—yang menjadi landasan bagi kaum nasionalis dan pendiri bangsa ini buat menyatukan nusantara dalam negara satu kesatuan. Karena, semenjak sebelum masa penjajahan Belanda, Nusantara sudah manunggal di bawah pimpinan dua kerajaan besar tersebut.

Ada beberapa pendapat berbeda mengenai pusat Kerajaan Sriwijaya. Menurut Pierre-Yves Manguin nan melakukan observasi sekitar tahun 1993, pusat Kerajaan Sriwijaya terdapat di Daerah Genre Sungai Musi yaitu antara Bukit Seguntang dan Sabokingking di Provinsi Sumatera Selatan.

Lokasi tersebut sekarang dijadikan sebagai Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya . Pendapat Pierre-Yves Manguin ini dilandasi oleh adanya foto udara nan diambil tahun 1984 nan menunjukkan adanya bangunan air nan terdiri atas jaringan kanal, pulau buatan, dan kolam nan tersusun rapi, nan dipastikan merupakan hasil desain dan protesis manusia.

Selain itu, inovasi berbagai artefak peninggalan purbakala menunjukkan bahwa daerah tersebut dahulunya pernah menjadi pusat pemukiman manusia. Sementara itu, Soekmono dalam bukunya Pengantar Sejarah kebudayaan Indonesia terbitan Kanisius berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya terletak di kawasan hilir Batang Hari, yaitu antara Muara Sabak hingga Muara Tembesi di Provinsi Jambi.

Sebelumnya, Soekmono juga berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya terletak di kawasan Candi Muara Takus nan berlokasi di Provinsi Riau. Anggapan ini berkaitan dengan informasi tentang adanya sebuah pembangunan sebuah candi nan spesifik dibuat buat persembahan Raja Sriwijaya (Sri Cudamaniwarmadewa, tahun 1003) kepada Kaisar Cina.

Candi tersebut dinamakan dengan Candi Bungsu. Salah satu bagian dari Candi Bungsu tersebut terletak di Muara Takus.



Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Mengenal sejarah dan lambang Kerajaan Sriwijaya harus didasarkan pada sumber sejarah nan jelas. Adapun, sumber sejarah nan bisa digunakan buat mempelajari sejarah Kerajaan Sriwijaya di Nusantara, antara lain sebagai berikut.

1. Catatan I Tsing

I Tsing ialah seorang rahib Tiongkok. Dalam catatannya, ia menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 dan bermukim di sana selama lebih kurang enam bulan. Catatan I Tsing banyak memberikan petunjuk tentang keberadaan dan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Nusantara.

2. Prasasti-Prasasti

Keberadaan prasasti-prasasti ini merupakan bukti sejarah tentang eksistensi Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Beberapa prasasti nan bisa menjadi bukti sejarah Kerajaan Sriwijaya, yaitu sebagai berikut.

a. Prasasti Kedukan Bukit (683).

b. Prasasti Talang Tuo (684).

c. Prasasti Kota Kapur (686).

d. Prasasti Karang Brahi.

e. Prasasti Palas Pasemah.

f. Prasasti Ligor.

g. Prasasti Telaga Batu.

h. Prasasti Kalasan.

i. Prasasti Kelurak.

j. Prasasti Leiden.

k. Prasasti Tanjore.

l. Prasasti Grahi.

3. Publikasi Sejarawan Prancis George Cœdès dari École française d'Extrême-Orient (tahun 1918)

Kemunduran pengaruh Sriwijaya di Nusantara diakibatkan oleh agresi dari Raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada tahun 990. Kemudian, agresi Rajendra Chola I dari Koromel pada tahun 1025. Akhirnya, Sriwijaya jatuh ke Kerajaan Dharmawangsa. Setelah itu, keberadaan kerajaan maritim tersebut sempat terlupakan. Kemudian, muncul kembali melalui publikasi nan ditulis oleh sejarawan Prancis George Coedes pada tahun 1918.

Raja-raja nan Pernah Berkuasa di Kerajaan Sriwijaya

Penguasa paling tinggi Kerajaan Sriwijaya dikenal dengan sebutan Dapunta Hyang atau Maharaja. Sebagaimana sistem kerajaan pada umumnya, lingkar keluarga raja Sriwijaya diatur secara berurutan, yaitu terdapat putra mahkota ( yuvaraja ), putra mahkota kedua ( pratiyuvaraja ), dan pewaris berikutnya ( rajakumara ) nan secara berurutan menjadi pewaris kerajaan berikutnya.

Berikut ialah nama-nama Maharaja nan memerintah di Kerajaan Sriwijaya.

1. Dapunta Hyang atau Sri Jayanasa (671 M).

2. Sri Indrawarman (702 M).

3. Rudra Vikraman (728 M).

4. Sri Maharaja (775 M).

5. Dharanindra atau Rakai Panangkaran (778 M).

6. Samaragrawira atau Rakai Warak (782 M).

7. Samaratungga atau Rakai Garung (792 M).

8. Balaputradewa (856 M).

9. Sri Udayaditya Warmadewa (960 M).

10. Sri Cudamani Warmadewa (988 M).

11. Sri Mara-Vijayottunggawarman (1008 M).

12. Sangrama-Vijayottunggawarman (1025 M).

13. Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1183 M).

Lambang Kerajaan Sriwijaya

Tidak banyak informasi nan memberikan citra tentang lambang kerajaan maritim terbesar di kawasan Asia Tenggara ini. Namun, jika Anda searching di mesin pencari Google dengan kata kunci lambang Sriwijaya atau lambang Kerajaan Sriwijaya, maka akan ditemukan beberapa logo nan menunjukkan lambang kerajaan tersebut. Di sana, Anda akan melihat beberapa versi lambang kerajaan tersebut.



Warisan Kerajaan Sriwijaya

Peninggalan arkeologi kerajaan Sriwijaya tidaklah banyak. Hal tersebut disebabkan sedikitnya peninggalan arkeologi nan dapat menjadi petunjuk sejarah keberadaan Kerajaan Sriwijaya nan memang sempat terlupakan. Padahal, kejayaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim terbesar di kawasan Asia Tenggara sangat membanggakan.

Namun demikian, Sriwijaya telah meninggalkan banyak warisan budaya dan menjadi sumber inspirasi bagi persatuan dan keutuhan negara maritim ini. Adapun, warisan-warisan terpenting dari Kerajaan Sriwijaya, di antaranya sebagai berikut.

1. Bahasa

Kekuatan ekonomi dan militer Kerajaan Sriwijaya selama berabad-abad telah berperan krusial dalam menyebarkan luaskan bahasa melayu antik di wilayah Nusantara dan Asia tenggara. Terutama, bahasa tersebut digunakan di wilayah-wilayah pesisir pantai nan menjadi pusat perdagangan.

Selama berabad-abad pula, bahasa melayu antik menjadi bahasa kerja, bahasa penghubung ( lingua franca ) antaretnis nan melakukan transaksi perdagangan, dan berbagai kepentingan lainnya. Hal ini pula nan kemudian memuluskan bahasa melayu menjadi bahasa nasional di Malaysia.

Bahasa Indonesia juga sebagian besar berasal dari bahasa melayu kuno. Jadi, tak bisa dielakkan, bahwa peran bahasa melayu sebagai penghubung dan bahasa pemersatu nusantara sangatlah penting.

2. Nama Sriwijaya

Kegemilangan Kerajaan Sriwijaya telah menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia, khususnya masyarakat Palembang nan diyakini sebagai pusat perkembangan dan pemerintahan Kerajaaan Sriwijaya.

Kebanggaan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk penggunaan nama Sriwijaya sebagai nama atau bukti diri daerah. Misalnya, Universitas Sriwijaya (Perguruan Tinggi), Kodam II Sriwijaya (unit komando militer), Sriwijaya Footbal Club (klub olahraga sepak bola), Pupuk Sriwijaya (perusahaan), Sriwijaya Pos (surat kabar), Sriwijaya Air (maskapai penerbangan), dan lain-lain.

3. Alat Transportasi

Sebagai kerajaan laut nan pernah berjaya dan gilang gemilang pada masanya, Kerajaan Sriwijaya tentu meninggalkan warisan berupa alat transportasi bahari nan digunakan oleh masyarakat dan keluarga kerajaan pada masa itu. Replika bahtera Sriwijaya dengan ukuran sebenarnya pernah dipamerkan pada upacara pembukaan SEA Games 2011 di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang.

Warisan kerajaan Sriwijaya tersebut, menjadi epilog artikel ”Mengenal Sejarah dan Lambang Kerajaan Sriwijaya”. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi pembaca.