Geliat Bisnis Syariah
Istilah bisnis syariah makin hari semakin nyaring di telinga kita. Tetapi, belum semua memahami definisinya. Kita hanya tahu bahwa bisnis tersebut dikelola berdasarkan Islam. Namun, bagaimana prinsip, konsep, dan aplikasinya mungkin banyak dari kita nan belum memahaminya.
Bicara bisnis berarti bicara tentang modal, laba, dan rugi. Ya, orang berbisnis buat mendapatkan untung. Tidak ada satu orang pun nan mau merugi dalam berbisnis atau berdagang. Kalau begitu, mengapa sine qua non embel-embel syariah? Emangnya apa itu bisnis syariah?
Bisnis berkonsep syariah ialah bisnis nan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam aktivitas perbisnisan/perdagangan. Bisnis ini sangat berbeda dengan ekonomi sekuler atau kapitalis. Bagi kapitalis, bisnis ya bisnis, yaitu bagaimana mencari laba tanpa terikat etika dan moral. Kegiatan dagang apapun nan dapat menghasilkan laba dan dengan cara apa pun, itu layak dijalankan.
Sementara, bisnis berkonsep syariah terikat oleh moral dan etika. Silakan Anda berdagang dan mencari keuntungan, tapi jangan rugikan orang lain, pelihara lingkungan, jauhkan spekulasi, riba, dan berbisnislah dengan barang dan jasa nan diperbolehkan oleh Islam. Etika ialah basis dari segala aktivitas bisnis syariah. Berbisnis tak berarti menghalalkan segala cara. Aktivitas perdagangan nan merupakan salah satu aspek kehidupan manusia nan penting, tak berarti mengabaikan aspek-aspek lainnya. Islam membangun keterpaduan dan ekuilibrium antara kebutuhan duniawi dan ukhrawi, materiil dan spritual, antara kepentingan individu dan kepentingan bersama.
Pemihakan terhadap satu aspek hanya akan menimbulkan ketimpangan dalam hayati manusia. Pada akhirnya, akan menjadi bala bagi manusia itu sendiri. Meski demikian, bukan berarti bisnis syariah sepi dari keuntungan. Prinsip-prinsipnya justru membuatnya semakin dilirik pelanggan. Contoh agung praktik ekonomi Islam itu ialah bisnis nan dijalankan Rasulullah saw. sendiri. Beliau merupakan pedagang berhasil nan berdagang dengan etika dan moral. Begitu juga dengan para sahabat lainnya, seperti Abu Bakar, Abdurrahman bin Auf, dan Utsman bin Affan. Ini ialah contoh konkret bahwa etika dan moral tak mempersurut keuntungan.
Ekonomi kapitalis nan dulu diagung-agungkan ternyata rapuh. Ekonomi ini malah meninggalkan tragedi kemanusian nan luar biasa. Bersamaan dengan itu, bisnis berkonsep syariah mulai dan terus dilirik oleh dunia. Bukan hanya oleh kalangan muslim, masyarakat luar Islam juga tertarik dengan bisnis ini.
Prinsip-Prinsip Bisnis Syariah
Bisnis syariah tak terlepas dan sangat berkaitan erat dengan ajaran-ajaran Islam. Bagi Islam, manusia diciptakan buat beribadah kepada Allah. Aktivitas apa pun nan dilakukan manusia seharusnya ditujukan buat ibadah nan bisa mempererat interaksi kepada Allah dan kebaikan buat manusia lainnya. Untuk itu, kegiatan dan aktivitas apa pun, termasuk bisnis ialah jalan menuju kebaikan, bukan sebaliknya.
Namun, kenyataannya kegiatan perdagangan manusia malah menyebabkan kerugian dan ketimpangan bagi manusia lainnya. Islam datang menawarkan konsep bisnis nan manusiawi. Bisnis ini ialah praktik bisnis nan menerapkan nilai-nilai manusiawi dan mendatangkan kebermanfaatan bagi pedagang dan customer (pembeli) sekaligus.
Berikut ini prinsip-prinsip bisnis berkonsep syariah:
-
Tidak ada unsur-unsur kezaliman
Unsur-unsur kezaliman itu ialah riba. Persoalan riba menjadi perhatian Islam. Banyak sekali ayat-ayat nan mengharamkan praktik riba. Allah berfirman, nan artinya, "Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba . (Q.S. Al-Baqarah: 275).
Dalam ayat nan lain, "Hai orang-orang nan beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda." (Q.S. Ali Imran: 130). Bukan hanya itu saja, Allah bahkan sangat membenci pelaku riba. Sampai-sampai Allah akan memerangi para pelakunya, " Maka jika kamu tak mengerjakan (meninggalkan riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu ." (Q.S. Al-Baqarah: 279).
Dalam transaksi apa pun, termasuk di dalamnya perdagangan, Islam tak membenarkan adanya unsur-unsur riba. Biasanya, praktik riba banyak terjadi dalam bisnis keuangan. Misalnya, Anda meminjam uang dengan syarat adanya kembang nan harus Anda bayarkan maka transaksi seperti ini termasuk praktik riba.
Islam memandang bahwa riba ialah bentuk kezaliman kepada customer . Mungkin orang mengira bahwa kembang nan disyaratkan tidaklah memberatkan. Padahal, kalau diteliti secara mendalam (makro) akibat nan ditimbulkannya begitu hebat.
Bahkan, negara sekali pun dapat tergadai oleh riba nan diberikan oleh lembaga-lembaga bank dunia. Yang untung ialah para pemilik modal, sementara peminjam diberatkan oleh setoran kembang nan makin lama semakin menumpuk. Kalau begitu, dari mana laba forum keuangan? Dalam hal ini, bisnis syariah dengan forum keuangannya menawarkan konsep bagi-hasil. Konsep bagi-hasil menempatkan kedua pihak sama-sama bertanggung jawab atas kegiatan bisnis nan mereka lakukan. Besarnya laba dan kerugian sama-sama dipikul.
-
Tidak ada penipuan
Tidak terhitung penipuan nan terjadi dalam praktik perdagangan, menutupi kecacatan barang, habisnya masa berlaku ( expired) , pencampuran barang dengan barang lain seperti mencampur susu dengan air, dan bentuk penipuan lainnya. Bisnis berkonsep syariah tak melakukan praktik-praktik licik semacam ini. Interaksi penjual dan pembeli ialah simbiosis mutualisme (saling menguntungkan). Tidak dibenarkan merugikan pihak lain. Dengan begitu, customer percaya terhadap barang nan ditawarkan.
-
Halal
Kehalalan produk dalam bisnis syariah sangat diperhatikan sekali. Kehalalan itu mengacu pada hukum Islam. Minuman keras, makanan mengandung lemak babi dan zat berbahaya, narkoba, atau jasa pengiriman barang nan diharamkan tak boleh dipraktikkan dalam bisnis syariah.
Dalam bisnis keuangan syariah juga tak membenarkan investasi bisnis nan dilarang Islam, seperti perjudian, pembangunan kawasan prostitusi, maupun pembangunan tempat-tempat maksiat lainnya. Dengan begitu, uang masyarakat nan disimpan di forum keuangan syariah tak dipakai buat hal-hal nan merusakkan moral bangsa.
-
Aman
Bisnis berkonsep syariah tak mempraktikkan perdagangan spekulatif. Investasi nan ditanam bisa dibuktikan secara rill baik barang, untung-rugi maupun sistem nan digunakan sehingga pihak-pihak nan terkait bisa melihat dengan jelas proses jalannya bisnis mereka. Hal inilah nan dilakukan oleh forum keuangan Islam nan lebih berinvestasi pada sektor rill perdagangan.
Bisnis syariah tak melulu bicara soal laba dan rugi, tapi juga bertanggung jawab atas keharmonisan pelaku bisnis. Prinsipnya ialah win-win solution, sama-sama untung.
Sekarang ini, banyak orang mengaku menjalankan bisnis berkonsep syariah, mulai dari bisnis penyewaan, penggadaian, keuangan, MLM, sampai bisnis hiburan dan hotel. Lalu, bagaimana kita tahu kalau usaha nan mereka lakukan benar-benar menerapkan bisnis syariah? Untuk melihat bisnis itu syariah atau tidak, kita harus melihat dengan jelas sistem nan digunakan serta barang dan jasa nan ditawarkan. Namun, tentu saja tak semua orang mengerti dengan jelas sistem dan nan dijalankan itu.
Agar memudahkan, kita bisa bertanya pada ahlinya. Dapat juga dengan mengecek keberadaan sertifikat nan dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional MUI (Majelis Ulama Indonesia) bahwa perusahaan atau forum tersebut benar-benar mejalankan bisnis syariah.
Geliat Bisnis Syariah
Kini, global tak bisa menolak kehadiran bisnis berkonsep syariah. Bak jamur tumbuh di musim hujan, bisnis ini tumbuh dan berkembang leluasa. Perusahaan dan lembaga-lembaga bisnis berlomba-lomba menerapkan sistem syariah.
Di Indonesia, telah berdiri dan marak bank-bank berlabel syariah. Bahkan, bank konvensional sekalipun membuat divisi syariahnya. Belum lagi bisnis atau lembaga-lembaga nan mengaku menjalankan bisnis tersebut. Terlepas dari niat masing-masing, ini ialah bukti bahwa bisnis syariah cukup menjanjikan.
Bukan di Indonesia saja -yang mayoritas berpenduduk Islam-, negara-negara Eropa nan menganut ekonomi kapitalis juga turut menerapkan bisnis berkonsep syariah, di antaranya ialah Inggris, nan sudah lama mendalami ekonomi syariah dan sudah banyak mengeluarkan regulasi buat memudahkan berkembangnya ekonomi syariah di negara tersebut.
Infrastruktur mereka lebih matang. London terang-terangan ingin menjadi pusat keuangan syariah ( Islamic Financial Hub ). Dengan begitu, pada gilirannya akan bermunculan bisnis-bisnis berkonsep syariah lainnya. Satu demi satu negara-negara di luar Islam tertarik dengan keuangan syariah. Selain Inggris, terdapat juga Belanda, Singapura, Amerika, dan negara-negara lainnya. Bisnis syariah cukup ampuh membendung krisis moneter nan menimpa negara-negara dunia.