Organisasi Olahraga Tertua
Atletik Ditengah cabang Olahraga Lain
Organisasi ini merupakan organisasi olahraga nan memiliki usia paling tua di Indonesia, sekaligus sebagai wadah jenis olahraga nan juga tertua di global nan merupakan akar dari berbagai jenis olahraga lain. Persatuan olahraga ini dibentuk sebagai upaya memberikan dukungan terhadap perkembangan dan pengembangan atlet bidang atletik agar dapat dipantau dan diarahkan dengan lebih baik.
Entah apakah memang Indonesia tak mampu melahirkan atlet atletik nan mumpuni atau nan sangat hebat sekelas Bolt, pelari tercepat saat ini, nyatanya bidang olahraga satu ini belum mampu memberikan nan terbaik bagi negara. Tidak banyak juga anak muda nan mau menekuni olahraga satu ini. Mereka beranggapan bahwa bidang atletik memang minim hadiah dan tak banyak nan mau memberikan sponsor bagi atletnya.
Berbeda dengan cabang olahraga lainnya seperti bulutangkis, sepakbola, dan basket, nan bertaburan sponsor. Ditambah lagi satu cabang olahraga nan kini mulai digandrungi banyak orang, futsal. Cabang-cabang olahraga ini memang sangat populer dan banyak penggemarnya. Tidak salah kalau banyak nan menekuninya. Selain itu, adanya turnamen nan terjadwal sepanjang tahun baik di tanah air maupun di luar negeri, membuat kemampuan para atlet dapat meningkat dengan cepat.
Pertandingan-pertandingan itu tentunya meningkatkan kemampuan dan daya juang para atlet. Berbeda dengan atletik. Atlet Indonesia belum mampu menembus kejuaraan global sehingga mereka pun tak dapat mengikuti berbagai kejuaraan nan memang ada babak kualifikasinya. Catatan waktu atlet atletik Indonesia masih di bawah baku internasional. Ukuran tubuh nan tak terlalu tinggi tentunya mempengaruhi kemampuan para atlet buat mampu berlari atau melompat dengan lebih baik dibandingkan dengan atlet dari luar negeri. Di taraf Asia Tenggara pun, atlet Indonesia belum mampu memberikan nan terbaik.
Sponsor Kurang
Koran dan majalah pun kurang antusias mengangkat warta tentang atletik. Berbeda dengan warta tentang olahraga populer seperti sepakbola, tenis, bulutangkis, bola basket, nan setiap hari ada saja nan masuk dalam pemberitaan. Penampilan para atlet atletik secara fisik memang kurang dibandingkan dengan penampilan fisik atlet cabang olahraga populer itu. Atlet atletik dipandang kurang keren. Padahal penampilan fisik ini mampu mengangkat nama cabang olahraga tersebut.
Lihatlah penampilan atlet tenis, renang, basket, sepakbola nan mampu menjadi duta sebuah produk atau menjadi model di majalah. Bagaimanapun masyarakat memang cukup kejam dalam hal penampilan ini, Mereka datang ke arena kejuaraan pun terkadang sebab ingin melihat penampilan atlet kesayangannya dan bukan hanya prestasinya. Tidak sporadis prestasi itu malah menjadi sesuatu nan nomor dua. Walaupun tetap saja meski keren kalau tak berprestasi tak juga dilirik.
Inilah kehidupan global nan terkadang tak dapat dipastikan dan tak dapat dikendalikan. Cabang olahraga voli pun akhirnya tak terlalu diminati sebab pemainnya dianggap tak ada nan keren sehingga tak mampu menarik penonton buat datang ke gelanggang. Cabang olahraga seni bela diri sempat menaik ketika ada pendekar nan dianggap ganteng atau cantik. Model penyebaran informasi nan semakin canggih ini membuat seseorang dapat menjadi sangat populer walau buat sekejab.
Lihatlah ketika Irfan Bachdim menjadi idola. Irfan bahkan diminta menjadi model iklan dan bermain dalam film. Padahal menurut orang-orang nan paham sepakbola, penampilan dan kualitas Irfan bachdim ini tak terlalu istimewa. Ia memang sedikit terlihat seksi dan ganteng ketika penampilan timnas baik. Saat redupnya cahaya timnas sebab kalah terus dari lawannya, pamor Irfan Bachdim pun terjun bebas.
Kini Irfan Bachdim bahkan harus mencari kesebelasan di luar Indonesia nan mau memanfaatkan keahliannya. Ia pun mendarat di Thailand dengan meninggalkan warta tak sedap tentang gajinya nan tak dibayar selama berbulan-bulan. Kehidupan pemain sepakbola Indonesia memang sedang bermasalah seperti juga organisasi nan menaunginya. PASI memang tak bermasalah, namun, perjuangan buat mengukir sejarah prestasi itu memang cukup sulit. Minimnya atlet nan hebat dengan kekuatan nan dapat diandalkan membuat organisasi ini bagai terseok-seok.
Pendanaan pun menjadi salah satu hal klasik nan dihadapi. Bob Hasan nan menjadi ketuanya pun terpaksa mengeluarkan dana nan mungkin berasal dari kantongnya sendiri. Bob Hasan memang dipandang sebagai pengusaha kaya walaupun pernah dipenjara di Nusakambangan. Ia tersandung masalah korupsi. Kini diusianya nan cukup sepuh, beliau terus berupaya mendukung PASI. Para atlet pensiunan nan dulu pernah berjaya pun terkatung-katung dimasa tua mereka.
Cukup menyedihkan memang. Tetapi dengan kondisi PASI nan seperti itu, para pengurus pun tak dapat berbuat banyak. Donasi dari pemerintah juga tak banyak. Adanya permainan diwilayah aturan juga menjadi hambatan tersendiri. Inilah paras PASI dan paras olahraga di Indonesia. Dengan jumlah penduduk nan ratusan jiwa ini, bangsa ini belum mampu melahirkan atlet atletik nan luar biasa. Negara-negara di benua Afrikalah nan sering kali memberikan kejutan demi kejutan dengan lahirnya para pelari atau atlet atletik nan luar biasa.
Organisasi Olahraga Tertua
Persatuan Atletik Seluruh Indonesia memberikan kontribusi bagi olahraga atletik Indonesia. Pada awal didirikannya, PASI diketuai olah Azis Shaleh. Selama kepemimpinan Azis Saleh, PASI masih berusaha merintis segala sesuatu nan berkenaan dengan olahraga atletik. Kepemimpinan Azis kemudian dilanjutkan oleh Sugiharto dan seterusnya dipimpin oleh Sayidiman Suryohadiprodjo. Semua pengurus berusaha memberikan nan terbaik dengan menyusun program pemusatan latihan dan memberikan bimbingan nan baik dengan mendatangkan instruktur nan baik pula.
Pada 1950 hingga 1982 PASI dijabat oleh tiga orang, setelahnya dari 1982 ketua PASI dijabat oleh Bob Hasan. Mereka, para pemegang kekuasaan paling tinggi di PASI memiliki latar belakang nan berbeda dan karakter kepemimpinan nan juga berbeda, namun satu kecenderungan nan mereka miliki ialah sama-sama mencintai Indonesia dan bidang olahraga atletik Indonesia. Bob Hasan ditunjuk mungkin sebab ia diharapkan dapat mendatangkan dana ke tubuh PASI. Dengan demikian, PASI dapat bergerak lebih cepat.
Keberadaan organisasi-organisasi olahraga di Indonesia seperti PASI di Indonesia tentunya membutuhkan biaya operasional nan tak sedikit. Hal itulah nan sering menjadi hambatan bagi sebagian besar organisasi-organisasi olahraga. PASI menyadari betul bahwa prestasi Indonesia dalam olahraga atletik tak terlalu baik, namun bagaimana pun biaya buat memfasilitasi para atlet harus tetap digelontorkan.
Fasilitas nan idealnya diberikan kepada seorang atlet ialah fasilitas nan berkenaan dengan pemenuhan gizi serta pemeliharaan kesehatan. Belum lagi ditambah dengan biaya perawatan gedung serta pembayaran pelatih. Permasalahan nan tengah dialami oleh PASI rasanya semakin bertambah berat ketika ada sebuah Undang-Undang nan mengharuskan organisasi PASI membayar sewa gedung nan selama ini telah ditempatinya. Hal ini tentu saja sangat sulit. Apalagi tak banyak sponsor nan mau mendukung PASI.
PASI menggunakan Stadion Madya sebagai tempatnya berlatih, sebab muncul peraturan seperti itu, mau tak mau hal tersebut mengganggu kelancaran proses latihan para atlet olahraga atletik. Mereka tak dapat fokus dan sulit menghindarkan diri dari hal-hal nan diluar olahraga itu sendiri. Konsentrasi mau tidak mau juga pecah dan ikut prihatin. Kondis psikologis ini membuat kekuatan fisik menjadi terganggu pula.
Atletik ialah salah satu bidang olahraga nan sering dipertandingkan pada kejuaraan Olimpiade, oleh karena itu sebagai sebuah organisasi atletik, PASI bernaung di bawah KOI atau Komite Olimpiade Indonesia. Peraturan KOI nan tak membolehkan bekas narapidana memimpin sebuah organisasi olahraga kembali menimbulkan masalah baru dalam tubuh PASI. Bob Hasan sendiri selaku ketua PASI ialah bekas narapidana kasus penebangan pohon secara liar.
Meskipun demikian, Bob Hasan rupanya tak kehilangan dukungan dari tokoh-tokoh PASI terdahulu, seperti Sayidiman Suryohadiprojo. PASI berkiprah selama lebih dari setengah abad. Selama itu jugalah PASI mengamali berbagai permasalahan nan terdengar cukup memprihatinkan. Namun, semangat PASI dalam memperjuangkan olahraga atletik Indonesia tak mengenal lelah. PASI terus berjuang meskipun sering mengalami berbagai permasalahan nan memprihatinkan.