Wujud danBentuk Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah merupakan salah satu tugas dan kewajiban kita sebagai makhluk ciptaanNya. Hal ini merupakan bentuk darma tanpa batas nan harus kita lakukan buat Sang Pencipta. Secara singkat Iman kepada Allah berbasis pada kata Iman.
Iman kita artikan sebagai mempercayai sesuatu dengan hati, mengucapkan secara lisan, dan mewujudkannya dengan perbuatan nan dilakukan oleh tubuh.
Ini merupakan sebuah keyakinan nan tak bisa berbantah lagi karena ini merupakan pencerahan atas kehakikian hidup. Bahwa, ada nan berkuasa atas kehidupan ini dan kita harus meyakininya sebagai sesuatu nan hakiki. Tidak ada sesuatu nan bisa mengalahkan kekuasaanNya tersebut.
Apapun dan siapapun di global ini harus tunduk dan meyakini atas keberadaanNYA. Siapapun di global ini beriman kepada Allah sebagai sumber kehidupan dan penghidupan. Dengan kemampuan nan dimilikiNya, maka Allah bisa melakukan apapun terhadap global dan seisinya.
Dalam agama Islam dengan jelas iman kepada Allah tersebut ditulis dalam salah satu ayat nan diterjemahkan sebagai Aku bersaksi bahwa tak ada Tuhan selain Allah. Ayat ini jelas-jelas menginformasikan kepada kita bahwa dalam hayati dan kehidupan kita tak ada Tuhan nan patut disembah dan diagungkan selain Dia.
Wujud danBentuk Iman Kepada Allah
Dalam kepercayaan agama Islam, kita mengenal adanya rukun iman. Rukun iman ini ada 6 (enam) dan salah satunya dan pertama adalahberiman kepada Allah. Beriman kepada Allah ini sebenarnya merupakan aspek dasar dalam kehidupan nan mengikuti ajaran agama Islam.
Hal ini bisa kita buktikan dari fenomena bahwa ketika seseorang akan memeluk agama Islam, maka kepadanya diwajibkan buat mengucapkan kalimat syahadat. Kalimat syahadat ialah salah satu ungkapan dan keyakinan nan dimiliki seseorang beragama Islam terkait dengan beriman kepada Allah.
Sementara buat perwujudan iman kepada Allah ini bisa kita lihat berdasarkan beberapa hal dalam kehidupan seseorang. Hal-hal tersebut merupakan cerminan sikap dan pola kehidupn kita. Dan, jika kembali pada konsep dasar dari kata iman, setidaknya kita bisa mengatakan ada 3 (tiga) perwujudan iman kepada Allah dalam kehidupan kita nan bisa dilihat berdasarkan:
• Keyakinan dirinya kepada Tuhan
Keyakinan bawah ada sesuatu nan sangat berkuasa dalam hayati dan kehidupan kita, dimana kekuatan tersebut tak bisa tergantikan oleh siapa dan apapun. Sedemikian berkuasanya sesuatu tersebut sehingga tak ada nan mampu menandingi kemampuan atau kekuasaan tersebut.
Orang nan beriman kepada Allah berarti orang nan meyakini bahwa Allah itu ada. Keyakinan nan dimilikinya membuatnya tak ragu lagi atas keberadaan Allah di sekitar kita, walaupun kita tak bisa melihat secara langsung.
Kita konfiden bahwa Allah ada di dalam ketiadaanNya. Artinya Allah itu memang ada walaupun kita tak bisa melihatnya secara pasti, setidaknya kita merasakan keberadaannya dalam hati kita.
Orang-orang nan mempunyai iman kepada Allah niscaya merasa nyaman dalam hidupnya. Hal ini sebab mereka konfiden bahwa Allah selalu menjaga kehidupannya. Bagaimanapun kondisi kehidupan, mereka konfiden ada nan mengatur semua ini. Inilah keyakinan nan ada dalam diri kita.
Semakin besar rasa konfiden kita kepada Allah, berarti semakin besar pula rasa Iman kepada Allah.Ya, keimanan seseorang memang sangat tergantung pada taraf keyakinan seseorang terhadap Allah. Iman itu memang sangat tergantung pada keyakinan.
Seseorang beriman, berarti seseorang itu konfiden atas nan diimani. Begitulah nan kita maksudkan dengan beriman kepada Allah. Kita merasa konfiden dengan mengucapkan secara kesan, dan melakukan sesuatu nan konkret buat mewujudkan rasa iman tersebut.
• Ucapan nan mengikuti keyakinannya
Untuk mengetahui taraf keyakinan seseorang atau membuktikan keimanan seseorang kepada Allah, maka kita bisa mengetahuinya dari wujud ucapan nan diungkapkannya. Kita bisa mengetahui ucapan keyakinannya atas keberadaan Allah.
Ucapannya bahwa dia beriman kepada Allah merupakan wujud keseriusannya dalam perasaan imannya. Bukankah dalam kehidupan kita sehari- hari, kita harus mengucapkan rasa cinta kita kita kepada seseorang agar seseorang itu mengerti apa nan kita inginkan.
Dengan ucapan nan disampaikan, maka kita dan banyak orang mengetahui bahwa seseorang mempunyai keimanan kepada Allah. Untuk menunjukkan bahwa kita mencintai seseorang, maka kita harus mengucapkan rasa cinta tersebut kepada orang nan kita cintai tersebut. Jika tidak, maka orang tersebut tak akan mengetahui bahwa kita mencintainya.
Begitu juga halnya rasa cinta ataupun iman kepada Allah , harus kita ucapkan sehingga semua orang mengetahui bahwa kita beriman kepada Allah. Pada sisi lain, ucapan rasa iman kita merupakan proklamasi kita atas keputusan kita buat beriman kepada Allah.
Dan, selanjutnya hal tersebut mengabarkan kepada masyarakat bahwa kita telah menjadi bagian dari agama tersebut. Misalnya buat pemeluk agama Islam, keyakinan tersebut bisa kita ucapkan dengan membaca kalimat syahadat.
Kita memang masih harus mengucapkan rasa atau keimanan kita agar semakin konfiden dalam diri kita terkait dengan keimanan tersebut. Ucapan kita saat mengucapkan kalimat syahadat merupakan wujud kita dalam mengaktualisasikan rasa iman kepada Allah.
• Melakukan berbagai kegiatan hidup
Beriman kepada Allah bisa kita wujudkan dengan berbagai kegiatan hayati dalam kehidupan kita. Tentunya keimanan ini memang perlu diaktualisasikan dalam kegiatan hidup. Bagaimana kita menjalani kehidupan ini merupakan wujud dari keimanan kita kepada Allah. Apa nan kita lakukan dalam kehidupan kita mencerminkan taraf keimanan kita pada Allah.
Semakin bagus tingkah laku kita dalam kehidupan, maka keimanan kita boleh dibilang semakin bagus pula.Setidaknya dalam hal ini kita perlu mengakui bahwa beriman kepada Allah bisa diwujudkan dalam tingkah laku kita. Bagaimana kita menjalani kehidupan kita merupakan cerminan keimanan kita.
Pada umumnya, mereka nan mempunyai taraf keimanan tinggi memang pola kehidupannya selalu terjaga baik. Jikaberiman kepada Allah kita semakin banyak diisihal-hal positif, maka semakin beriman, kehidupan semakin positif. Semakin sedikit keimanan, maka kehidupan semakin negatif. Hal ini bisa kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Berapa banyak orang nan beriman nan selalu menerapkan pola kehidupan positif, dan berapa banyak orang nan tak beriman dan selalu menerapkan pola kehidupan negatif? Hal ini memang tak bisa kita abaikan begitu saja.
Setiap perwujudan iman dalam kehidupan nan berupa tingkah laku atau perbuatan, maka dalam keseharian selalu menjaga agar tingkah lakunya selalu positif. Setiap orang nan beriman akan menerapkan pola kehidupan positif agar bisa menjadi teladan bagi orang lain sehingga bisa bersikap sama dalam menjalani kehidupan.
Perwujudan iman kepada Allah memang harus kita pahami secara sahih agar kita bisa menjalani kehidupan semakin baik. Jika masyarakat kita banyak nan beriman, maka semakin bagus pola kehidupan masyarakatnya.
Seperti nan kita ketahui selama ini, bahwa kehidupan di lingkungan pondok, pola kehidupannya lebih baik karena semua penghuninya beriman. Dan, sudah seharusnya kita berusaha agar masyarakat kita tetap menjalankan keimanan kepada Allah secara baik agar kehidupan masyarakat juga baik. Hal ini sangat krusial agar masyarakat kita terjaga dari tindak negatif nan justru akan membahayakan kehidupan bangsa.
Agar kehidupan bangsa kita menjadi lebih baik, maka kita harus meningkatkan keimanan kepada Allah. Masyarakat kita harus dikondisikan agar tata pergaulan hayati selalu didasari oleh nilai-nilai positif kehidupan.
Dan nilai-nilai positif tersebut hanya bisa kita capai kalau kita mempunyai taraf keimanan nan tinggi. Sebenarnya, jika kita meninjau cara kita beriman kepada Allah, maka setidaknya kita menjumpai 2 (dua) cara, yaitu:
• Iman kepada Allah nan bersifat Ijmali
Cara iman seperti ini mempercayai Allah secara generik atau secara garis besar. Dalam hal ini, posisi Al Qur an dipakai sebagai sumber ajaran pokok islam karena telah memebrikan panduan kepada kita dalam mengenal Allah. Dalam hal ini Allah ialah Dzat nan maha Esa dan Maha Suci. Allah ialah Maha Pencipta, Maha Mendengar, maha Kuasa, dan Maha Sempurna
• Iman kepada Allah bersifat Tafshili
Bersifat tafshili artinya kita mempercayai Allah secara rinci. Dalam hal ini, kita berkewajiban memeprcayai adanya Alah dengan sepenuh hati dan dalam hal ini mengisyaratkan bahwa Allah memiliki sifat-sifat nan berbeda dengan sifat-sifat makhlukNya.
Konsep ini diwujudkan dengan adanya ‘Asmaul Husna’. Dan, kita dianjurkan buat berdoa dengan membaca Asmaul Husna serta menghafal serta meresapi dalam hati dengan penghayatan arti nan terkandung dalam Asmaul Husna. Iman kepada Alah memang menuntut sikap dan menyikapan terhadap kondisi dan sikap positif terhadap keberadaan Allah dalam kehidupan kita.