Fungsi Chichen Itza
Di antara bangunan lama peninggalan peradaban manusia terdahulu, Chichen Itza di Meksiko ialah salah satu nan paling menakjubkan. Dalam bahasa Suku Maya, chi ialah mulut, chen artinya sumur dan Itza ialah nama salah satu penguasa di lokasi tersebut. Berarti chichen Itza ialah sumur nan dimiliki oleh para Itza. Oleh Unesco situs Chichen Itza ini dimasukkan ke dalam 7 keajaiban dunia.
Sekilas Bangsa Maya
Sebelum membahas lebih lanjut tentang bangunan lama peninggalan suku Maya ada baiknya, mari mengulas terlebih dahulu siapa Suku Maya itu. Bangsa Maya merupakan masyarakat nan tinggal di Amerika Tengah, mereka merupakan suku orisinil benua Amerika. Tepatnya di Semenanjung Yucatan, Meksiko .
Kepercayaan suku Maya ialah animisme, mereka menyembah dewa matahari sebagai sumber kehidupan manusia. Mereka membangun kuil atau candi nan terbuat dari batu, alam nan disusun sedemikian rupa, nan dipakai buat altar. Candi-candi Maya ukurannya sangat besar, menyerupai piramida tapi atasnya tidak ada kerucutnya melainkan bentuknya mendatar. Setiap ritual, mereka mengorbankan satu orang manusia buat persembahan kepada dewa. Itulah sisi gelap dari animesme pada bangsa Maya.
Di sisi lain peradaban Maya menghasilkan sistem pertanian nan terbilang maju, antara lain membangun saluran irigrasi nan rapi guna mengairi kebun jagung dan kebun kentangnya. Kemudian, suku maya merupakan masyarakat pertama nan menggunakan sumur sebagai upaya mencari cadangan air minum.
Pada abad 16, bangsa Spanyol melakukan invansi ke Amerika Tengah. Pada masa itu terjadi pertempuran antara suku Maya sebagai pribumi dengan tentara Spanyol nan berusaha menguasai tanah harapan. Namun pertempuran itu tidak imbang, sebab tentara Spanyol sudah dilengkapi dengan persenjataan baik. Masa itu sudah ditemukan serbuk misiu sebagai pelontar gotri dan bahan peledak.
Sejarah Pendirian Chichen Itza
Chichen Itza terletak di dataran tinggi batu kapur sebelah utara Semenanjung Yucatan, Mexico. Di sini terdapat sumur nan berjumlah dua buah, menara pengamatan langit, seperti observatorium saat ini nan dinamakan El Caracol, serta piramida primer nan diberi nama piramida Kukulkan atau El Castillo.
Bangunan-bangunan lama itu diperkirakan dibangun pada 502-522 masehi, di saat puncak kejayaan Indian Maya nan berkembang pada 250 - 800 M. Setelah itu, Bangsa Maya mengalami kemunduran, mungkin sebab endemi penyakit, kekeringan atau bala kelaparan.
Pada 1000 M, di saat Bangsa Maya sudah semakin lemah, Chichen Itza mendapat agresi dari suku Toltecs dari peradaban Indian Aztec nan dipimpin oleh rajanya, Topiltzin. Agresi dari suku Toltecs tersebut membuat Chichen Itza mengalami sedikit kerusakan, namun oleh mereka dibangun kembali dengan membawa pengaruh kebudayaan Toltecs. Oleh sebab itu Chichen Itza merupakan bangunan nan mencerminkan perpaduan budaya Maya dan Toltecs.
Fungsi Chichen Itza
Oleh Bangsa Maya, Chichen Itza dijadikan sebagai pusat kegiatan keagamaan, pengetahuan, sosial, dan politik. Demikian pula oleh bangsa Toltecs sebagai penguasa sesudahnya. Cenotes atau dua buah sumur nan ada di sana diyakini oleh para pakar sejarah sebagai loka pengorbanan/ persembahan bagi Dewa Chaac, dewa hujan Bangsa Maya.
Gadis-gadis nan dipersembahkan dimasukkan ke dalam sumur tersebut sebagai permohonan agar tanah mereka tak kekeringan. Demikian pula dengan piramida primer nan puncaknya datar, pemukaannya nan datar itu bagaikan altar nan digunakan sebagai meja persembahan kepada para Dewa. Sedangkan menara pengamatan El Caracol digunakan sebagai pusat pengamatan benda-benda langit.
Tak mengherankan bila bangsa Maya dikenal sebagai pakar astronomi, mereka sudah bisa menagmati dan menuliskan gerakan bulan, matahari, dan Venus. Berdasarkan pengamatan tersebut Bangsa Maya sudah mengenal sistem kalender sekaligus meramalkan kejadian di masa depan.
Keunikan Piramid El Castilo
Apabila ada orang nan menaiki tangga di piramida ini, maka suaranya akan terdengar seperti suara tetesan air hujan, sedangkan suara tepuk tangan akan terdengar seperti suara burung quetzal Meksiko, hewan nan dianggap kudus oleh bangsa Maya. Hal ini menarik perhatian Nico Declercq seorang peneliti Belgia dari Universitas Ghent.
Ia dan timnya lalu mengadakan penelitian di pyramid El Castilo ini. Hasilnya ternyata piramid ini bagaikan resonator penghasil gema raksasa, nan bisa mengubah suara. Suara gema nan dihasilkan tergantung pada banyak faktor diantaranya ialah lebar dan ketinggian anak tangga piramid.
Anak-anak tangga tersebut berfungsi sebagai filter akustik nan bisa menguatkan beberapa frekuensi suara namun menekan frekuensi lainnya. Disamping lebar dan tingginya anak tangga suara gema tersebut juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti campuran frekuensi sumber suara.
Tak salah bila Chichen Itza dimasukkan ke dalam 7 keajaiban dunia, sebab memang sejarah dan keunikan bangunan lama tersebut patut dilestarikan agar generasi mendatang dapat menikmati dan mempelajari kemasyuran peninggalan bangsa Maya.
Sistem kalender nan menggemparkan
Walaupun peradaban suku Maya sudah lama musnah sebab terserang endemi penyakit. Ternyata masih ada beberapa peninggalan nan gaungnya mampu menggemparkan masyarakat modern.
Kalender maya merupakan salah satu peninggalan suku nan tinggal di lembah Andes. Dalam kalender ini mengatakan bahwa kehidupan akan berakhir pada tahun 2012. Dengan kata lain kiamat akan datang pada penghujung 2012, tidak pelak sistem kalender ini menggemparkan para pakar sejarah. Issue ini diangkat dalam lembaga ilmiah, klenik dan menjadi sebuah diskusi hangat. Ramalan kiamat ini kemudian menjalar menjadi issue internasional.
Tak ketinggalan pelaku industry film Hollywood, memanfaatkan issue ini menjadi sebuah film nan penuh adegan kekacauan dunia. Tentu dilengkapi dengan rekaya visual nan dahsyat. Komodifikasi sineas Hollywood mendatangkan keuntungan nan luar biasa banyak. Bahkan film 2012 masuk dalam deretan film box office terlaris.
Komodifikasi ramalan kiamat ala kalender Suku Maya, tidak berhenti pada film, penerbit buku pun berlomba-lomba menerbitkan tentang kiamat tersebut dan profil tentang bangsa Maya.
Di sisi lain ada juga sebagian pihak nan kontra dengan ramalan kimat dari kalender Maya. Pihak nan kontra antara lain, ilmuwan, pakar sejarah dan tentu dari golongan rohani dan agamawan. Mereka menolak ramalan itu sebab bertentangan dengan keyakinan dan kaidah agama. Kiamat merupakan misteri Sang Pencipta, dan tidak ada satu manusia pun nan mengetahui kapan datangannya. Pro kontra pun memanas, bahkan ada organisasi massa nan berbasis agama giat mengampanyekan boikot film 2012
Musnahnya Bangsa Maya
Menjadi cerita nan ironis ketika Bangsa Maya meramal akhir global akan datang pada 2012, ternyata mereka telah mengalami kiamat duluan. Suku Maya dan peradabannya musnah sejak tahun 800 masehi. Faktor penyebab punahnya Suku Maya datang dari kemarau panjang nan mengakibatkan kekeringan masif dan hilangnya cadangan air minum. Sungai-sungai dan danau mengering, imbas domino berimbas pada pertanian, petani tidak dapat menanam kentang dan jagung nan notabene sebagai makan pokok bangsa Maya.
Penyebab kedua ialah endemi penyakit pes nan melanda Amerika Utara, hingga mengakibatkan separuh populasi masyarakat Maya mati. Masa itu belum ada satu pun orang nan dapat menyembuhkan endemi pes nan ditularkan oleh tikus. Penyakit ini menyerang siapa saja, orang tua maupun anak-anak.
Akibat kemarau panjang, sebagian bangsa Maya meninggalkan lembah Andes dan bermigrasi ke utara dan selatan. Menuju Venezuela, Bolivia dan Brazil. Selama menempuh perjalanan jauh menuju daerah baru mereka berjuang melawan ganasnya alam, dan agresi dari suku-suku lokal dan binatang buas. Belum lagi iklim nan esktrim menjadi sebagian para migrant wafat di tengah jalan. Mereka hayati terpencar-pencar di sejumlah daerah di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Sekarang bangsa Maya modern dapat dijumpai di beberapa negara antara lain di Honduras, El Savador, Meksiko, Guatamala, Belize.
Itulah kisah bagaimana peradaban masyarakat tercerabut dari tanah kelahirannya sebab faktor kenyataan alam dan wabah. Yang tersisa sekarang hanya bangunan lama, saksi bisu kejayaan peradaban Maya pada tahun 250 M silam.