Mengapa Gagal?
Bagi perusahaan atau organisasi nan bergelut dengan karyawan nakal akan dibuat sebal. Mereka melakukan kesalahan berulang dan terus membandel. Konduite indispliner macam telat, berbohong, dan mark up membuat institusi berang bukan kepalang.
Cara ampuh buat mengatasi kelakuan bengal tersebut ialah surat peringatan pertama. Surat peringatan bertujuan buat memberi shock of theraphy sebelum diberi sanksi. Surat ini bersifat teguran terhadap sebuah kesalahan. Contoh surat peringatan pertama di beberapa situs internet dapat menjadi rujukan.
Tips
Timing pemberian surat peringatan pertama harus pas. Semakin abai perusahaan terhadap suatu kesalahan akan membuat preseden buruk. Berikut ini tips memberikan surat peringatan peretama:
- Segera. Ketika suatu anggaran telah dilanggar. Segera beri surat peringatan pertama. Tanpa ampun agar dapat jera.
- Komunikasi. Surat peringatan pertama bersifat formal. Mesti diimbangi komunikasi informal. Bicara dari hati ke hati tentang inti dari surat peringatan tersebut.
- Shock theraphy . Surat peringatan pertama harus membuat jera. Agar karyawan lain tak tergoda melakukan hal serupa. Terapi kejut ini dapat diberikan dengan pemilihan diksi kata dan ancaman sanksi.
- To the point . Surat peringatan pertama harus dibuat seringkas dan sepadat mungkin. Tidak bertele-tele. Tapi, langsung menusuk pada point pembicaraan.
- Jelas. Berikan klarifikasi nan utuh dan komprehensif mengenai letak kesalahan. Agar tak terjadi misspersepsi.
Mengapa Gagal?
Namun, tak semua surat peringatan pertama mampu berjalan baik. Karyawan punya alasan buat menunggu surat peringatan kedua bahkan ketiga. Surat peringatan pertama dianggap enteng. Terutama jika surat peringatan pertama berisi hal normatif. Budaya ini akan membuat reward & punishment di perusahaan akan bergerak mandet. Berikut ini beberapa penyebab kegagalan surat peringatan pertama.
- Sanksi. Hukuman nan diberikan nisbi ringan. Sehingga karyawan acuh. Menghiraukan surat peringatan pertama.
- Preseden. Surat peringatan pertama terus menerus diberikan. Namun, kesalahan nan sama terus menerus terjadi. Ini preseden jelek nan membuat karyawan menyepelekan surat peringatan pertama.
- Budaya. Kultur terhadap hukuman nan abai. Jadi tak ada sistem reward & punishment nan baik. Maka ketika satu kesalahan nan dibuat tak berarti.
- Content . Isi surat peringatan pertama nan bertele-tele. Dan malu dalam menyebut titik kesalahan. Membuat penerima hukuman jadi bingung. Terlalu formal.
- Context . Surat peringatan pertama tak harus selalu sama dengan pendahulu. Di lapangan kerap terjadi copy paste . Padahal context sekarang dengan kini berbeda. Usahakan agar membuat surat peringatan pertama nan asli sinkron dengan konteks nan terjadi.