Sentra Wayang di Cirebon

Sentra Wayang di Cirebon

Anda pernah mendengar nama Wayang Cirebon ? Wayang ialah salah satu bukti diri kebudayaan bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa nan sangat lekat dengan kesenian wayang dalam kehidupan mereka.

Jenis wayang pun bermacam-macam diantaranya: wayang orang/wong (yang berkembang di Jawa Timur), wayang kulit (berkembang di Jawa Tengah dan Yogyakarta), dan wayang golek (berbentuk boneka kayu nan berkembang di Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan).

Wayang wong biasanya diperankan oleh manusia dan wayang golek umumnya berbentuk boneka kayu sehingga memiliki bentuk tiga dimensi. Sementara wayang kulit berbentuk dua dimensi di mana dalam setiap pertunjukan nan ditonton oleh penonton ialah bayangan wayang nan ditampilkan pada layar.

Dalam pementasannya wayang memiliki pakem atau sempalan cerita nan hampir sama yaitu umumnya merujuk pada kisah Ramayana dan Mahabharata. Namun dalam setiap pertunjukan, dalang memiliki keleluasaan buat memodifikasi cerita atau menambahkan pesan-pesan moral dalam lakon nan akan disampaikan.

Kerajinan wayang tak hanya didominasi oleh Jawa Tengah dan Yogyakarta. Jika Anda berkunjung ke Cirebon, Anda akan menemukan sentra kerajinan wayang khas Cirebon nan berbeda dengan wayang dari daerah lainnya.

Kesenian wayang di Cirebon mulai tumbuh dan berkembang sejak dibawa oleh Wali Songo yaitu Sunan Kalijaga . Menurut Babad Cirebon, Sunan Kalijaga ialah orang nan pertama kali melakukan pertunjukan wayang sekaligus menjadi dalangnya dengan diiringi gamelan sekaten orisinil Cirebon.



Riwayat Wayang Cirebon

Masyarakat Cirebon sangat berbangga sebab Wayang Cirebon memiliki keragaman bentuk seperti nan dituliskan oleh Tim Penulisan Naskah Kebudayaan Jawa Barat dan Wayang Kulit Purwa oleh Sukatno B.A. dalam buku “Sejarah Seni Budaya Jawa Barat”.



1. Wayang Kulit

Wayang Kulit Cirebon dibuat terutama dari kulit sapi atau kulit kerbau nan diberi kerangka dari bambu dilengkapi dengan gagang atau pegangan nan disebut cempurit nan berfungsi buat menggerakkan wayang serta menancapkan wayang tersebut pada batang pisang.

Setiap wayang memiliki bentuk, wajah, dan rona nan khas sinkron dengan ciri dan sifat masing-masing tokohnya. Wayang kulit di Cirebon juga biasa dikenal sebagai Wayang Purwa sebab dipandang sebagai jenis wayang paling awal (purwa = awal/permulaan)



2. Wayang Golek

Kesenian wayang golek pertama kali dikenalkan oleh pembuatnya yaitu Sunan Suci pada tahun 1583. Setelah menyebar di Jawa, kesenian wayang golek juga masuk ke Cirebon menyebar ke daerah-daerah lain di Jawa Barat terutama di kalangan masyarakat kelas atas atau kelompok elit.

Wayang golek nan saat itu banyak dipentaskan dalam Bahasa Jawa kurang begitu populer hingga situasi ini berubah ketika Jawa Barat berada di bawah pengaruh kekuasaan Mataram dan dilanjutkan dengan masa tanam paksa di mana penduduk Jawa Tengah pindah ke Jawa Barat.

Pada masa itu terjadi perkembangan baru dalam kesenian wayang, yaitu wayang nan biasa terbuat dari kulit, mulai diganti bahan pembuatannya dengan papan tipis. Seiring waktu dari abad 19 ke abad 20, wayang nan terbuat dari papan tipis ini mulai berbentuk seperti boneka dan dikenal sebagai wayang golek hingga sekarang ini.

Dalam pementasannya di Cirebon sendiri wayang golek mulai dipentaskan dalam Bahasa Sunda sehingga digemari oleh masyarakat luas. Terlebih dalam setiap pementasan wayang golek, sang dalang senantiasa menyisipkan cerita nan mengandung pesan moral.

Di Cirebon, wayang golek memiliki sebutan spesifik yaitu wayang bendo atau wayang cepak. Disebut demikian sebab tutup kepala wayang tersebut berbentuk seperti bendo atau rambut nan dicepak. Wayang Bendo dimainkan oleh dalang dengan diiringi gamelan.



Wayang Kulit Cirebon

Wayang kulit sebagai salah satu unsur budaya masyarakat memiliki peran nan krusial dalam perkembangan sejarah Islam di Cirebon. Ketika dipentaskan dalam berbagai acara seperti seremoni kelahiran, sunatan, resepsi pernikahan, ataupun upacara tolak bala, wayang kulit tak hanya berfungsi sebagai wahana rekreatif nan menghibur masyarakat.

Namun, wayang kulit juga memiliki fungsi religiusitas di mana di dalam pertunjukan wayang tersebut juga diselipkan muatan dakwah dan pesan-pesan keagamaan.

Asal-usul wayang menurut Ardian Kresna (2012:17) dimulai sekitar tahun 1500 SM di mana masyarakat pada saat itu meyakini bahwa setiap benda nan hayati niscaya mempunyai ruh baik dan ruh jahat. Kemudian wayang dibuat sebagai bentuk delusi atau bayangan serta perwujudan dari upaya penggambaran kehidupan manusia pada umumnya.

Wayang kemudian menjadi bagian dari prosesi upacara keagamaan pada masyarakat Hindu dan Budha dengan ditambahkannya sesaji. Kemudian, ketika Islam masuk, para Wali Songo menggunakan wayang tersebut buat menyebarkan agama dengan menyisipkan nama-nama dan lakon cerita nan bernafaskan Islam.

Mengacu pada klarifikasi Musium Wayang, para Wali Songo saat berperan dalam mempengaruhi bentuk wayang kulit di Cirebon. Karakteristik khas Wayang Kulit Cirebon ialah menggunakan pakaian, sementara wayangnya berwarna cat kehijauan dengan bentuk tatahan halus.

Hal ini terlihat pada Batara Kala atau Batara Narada nan memakai pakaian dan tak bertelanjang dada, berbeda dengan wayang kulit Purwa dari Yogyakarta dan Surakarta, di mana para Dewa tak memakai baju.

Dengan tujuan buat penyebaran agama Islam itu sendiri, pakem ceritera Wayang di Cirebon masih mengacu pada Kitab Ramayana dan Mahabharata kemudian oleh Sunan Anjung (Sunan Kalijogo) ceritanya dibuat bernafaskan Islam kemudian diperbarui dan disesuaikan dengan dasar-dasar ajaran agama Islam.

Tokoh punakawan pun menjadi 9 orang nan melambangkan jumlah 9 orang Wali Songo nan menjalankan dakwah Islamiyah diantaranya: Semar, Bagong, Ceblek, Gareng, Dawala, Cingkring, Witorata, Bagol Buntung, dan Curis.



Sentra Wayang di Cirebon

Kecamatan Geugeusik Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat telah lama dikenal sebagai sentra kerajinan wayang di Cirebon. Jika Anda berminat buat mengetahui proses pembuatan dan mengenal lebih jauh wayang khas Cirebon ini, maka pastikan Anda berkunjung ke daerah ini.

Kecamatan Geugeusik hanya berjarak 20 km dari Kota Cirebon dan hanya memerlukan waktu tempuh sekitar setengah jam dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.

Jadi jangan sampai dilewatkan, siapa tahu Anda dapat mendapatkan wayang dengan kualitas terbaik dan harga nan miring dengan berkunjung langsung ke sentranya.



Penjualan Wayang Cirebon

Anda nan berminat buat membeli atau melengkapi koleksi wayang Anda dengan Wayang Cirebon, Anda dapat mendapatkannya di Cirebon atau di daerah lain seputar Cirebon seperti Tegal, Brebes, Majalengka, dan Indramayu. Untuk harga mungkin agak membuat Anda sedikit terpengarah tapi sesungguhnya sepadan dengan nilai budaya, historis, dan artistik nan dikandung oleh wayang tersebut.

Harga Wayang Cirebon berkisar 2-3 juta rupiah. Anda juga mesti menyiapkan dana puluhan juta hingga ratusan juta rupiah jika Anda ingin mengoleksi satu set wayang nan terdiri atas 275 tokoh pewayangan. Tentunya harga tak menjadi soal bukan, jika Anda memang memiliki minat nan besar dalam upaya pelestarian budaya bangsa ini.